BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Retardasi
mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi Negara
berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0,3%
dari seluruh populasi dan hampir 3% mempunyai IQ dibawah 70.Sebagai sumber daya
manusia tentunya mereka tidak bias dimanfaatkan karena 0,1% dari anak-anak ini
memerlukan perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya.(Swaiman
KF, 1989).
Prevalensi
retardasi mental sekitar 1 % dalam satu populasi. Di indonesia 1-3 persen
penduduknya menderita kelainan ini. Insidennya sulit di ketahui karena
retardasi metal kadang-kadang tidak dikenali sampai anak-anak usia pertengahan
dimana retardasinya masih dalam taraf ringan. Insiden tertinggi pada masa anak
sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun. Retardasi mental mengenai 1,5
kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
Sehingga
retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan
masyarakat. Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih
merupakan masalah yang tidak kecil.
1.2.Tujuan
1.
Tujuan Umum
Mengetahui
konsep teori, masalah keperawatan dan asuhan keperawatan pasien anak dengan
retardasi mental.
2.
Tujuan Khusus
a. Mahasiswa
dapat mengetahui asuhan keperawatan apa yang harus di berikan pada pasien anak dengan retardasi mental.
b. Mahasiswa
dapat mengetahui pengertian, etiologi, rentang/jenis,
proses terjadinya retardasi mental,
manifestasi klinis, dan penatalaksanaan
pasien anak dengan retardasi
mental.
c. Mahasiswa
dapat mengetahui masalah keperawatan dan asuhan keperawatan pasien anak dengan retardasi
mental.
1.3.Manfaat
a. Mahasisawa
dapat membuat asuhan keperawatan yang cocok atau sesuai dengan pasien retardasi mental baik
di rumah sakit jiwa,
maupun di masyarakat pada umumnya.
b. Mahasiswa
mampu memberikan penanggulangan terhadap
ganguuan jiwa khususnya retardasi mental.
c. Mahasiswa
dapat memberikan penanganan darurat yang tepat jika menemui pasien dengan retardasi mental.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Kasus
An.
Najah (6thn) dating ke poli tumbang karena ibunyamengeluh perkembangan anaknya
berbeda dengan anak seusianya. Setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan
dijumpai anak Najah mengalami kesulitan dalam belajar dan kesulitan dalam
bersosialisasi, tidak mampu memahami/ melaksanakan instruksi, perbendaharaan
kata terbatas, kesulitan dalam bertingkah laku yang sesuai dengan usianya, An
Najah cenderung lebih memilih anak-anak yang usianya lebih rendah dari dirinya
sebagai temannya. Hasil pemeriksaan intelegensi skor menunjukkan nilai 45.
2.2Konsep
Teori
1.
Perkembangan Perilaku pada anak
Perkembangan
merupakan sebuah proses perubahan menuju ke hal-hal yang lebih sempurna, maka
pada setiap fasenya, seorang individu mesti sukses melakukan tugas-tugas
perkembangannya, tahap demi tahap. Kegagalan seorang individu melakukan tugas
perkembangannya pada suatu masa, akan menghambat kesuksesan tugas perkembangan
berikutnya. Satu hal penting yang menentukan sukses tidaknya seseorang
menjalankan tugas perkembangan adalah lingkungan. Lingkungan yang pertama dan
utama bagi setiap seseorang adalah keluarga, intinya orang tua, lebih khusus
lagi, ibu . Bagi seorang ibu, mengamati seorang anak yang sedang
berkembang merupakan hal yang sangat mengasyikan. Perubahan perkembangan
seorang bayi yang hanya bisa terlentang pasif, kemudian dapat tengkurap,
duduk, berdiri, berjalan sampai berlari-lari dengan aktif, dan dari ketika
tidak mengerti apa-apa, mengoceh, kemudian dapat berbicara, merupakan
pemandangan dan peristiwa yang sangat menakjubkan. Seorang ibu
cenderung akan merasa cemas manakala perkembangan anaknya tidak
menunjukkan kemajuan sebagaimana yang diharapkan. Namun kadang-kadang hal yang
diharapkan ini kurang pada tempatnya. Seringkali harapan muncul karena
membandingkan begitu saja dengan perkembangan anak lain yang seusia. Untuk itu
perlu diluruskan.
Menurut
beberapa pakar psikologi bahwa tiap-tiap anak memiliki tempo/waktu dan irama
perkembangan yang tidak sama. Ada anak yang memiliki tempo perkembangan cepat
ada yang lambat. Ada anak yang tetap berjiwa anak, tetapi ada pula
yang lekas berfikir dan bertindak seperti orang dewasa. Ada anak yang lancar
proses perkembangannya pada masa kanak-kanak, ada juga yang lebih lancar pada
masa remaja. Perkembangan seringkali bersifat menggelombang, bukan berjalan
lurus. Pada suatu saat seseorang memiliki sifat tenang disaat berikutnya
disusul sifat memberontak, goncang tapi akhirnya tenang lagi. Prinsip ini
menyimpulkan bahwa anak yang memiliki umur kronologis yang sama tidak selalu
mengalami taraf dan sifat-sifat perkembangan yang sama.
Perkembangan
dapat dibagi menjadi perkembangan
fisik, perkembangan intelektual, perkembangan bahasa dan perkembangan
psikososial. Perkembangan ini merupakan suatu kesatuan yang utuh,
pembagian tersebut semata-mata hanya untuk memudahkan pengamatan, diagnosis dan
penanganan bila terdapat suatu penyimpangan (Hardjono, 2003). Sebuah
perkembangan dikatakan mengalami penyimpangan jika menunjukkan hal-hal
yang tidak sebagaimana mestinya . Ke’semestian” ini, merupakan ciri
perkembangan umumnya manusia. Misalnya, anak umur 2 tahun dikatakan memiliki
penyimpangan fisik, jika pada usia ini dia belum mampu berjalan. Anak umur 3
tahun dikatakan memiliki penyimpangan emosi jika pada usia ini ia belum
mampu diajak berkomunikasi, dsb. Berkaitan dengan hal itu, dengan
demikian penyimpangan atau kelainan
perkembanganpun meliputi 4 aspek, yaitu
kelainan fisik, mental/intelektual, bahasa dan psikososial.
Anak-anak yang mengalami penyimpangan atau kelainan ini, dikalangan
profesioanl disebut dengan anak-anak
khusus. Disebut demikian, selain
kekhususan perkembangannya, anak-anak dengan kelainan tertentu, memiliki
kebutuhan dan cara perawatan yang khusus pula. Berikut akan dibahas secara
garis besar.
USIA
|
KEMAMPUAN
MOTORIK
|
KECERDASAN
|
KEMAMPUAN
WICARA
|
Baru lahir
|
Menyusu
|
Timbul reflek menggenggam jika
telapak tangan disentuh
|
Hanya menangis
|
4 minggu
|
Menyusu
|
Bereaksi pada suara dan mata bisa
melihat
|
Bersuara
dari tenggorokan
|
6 minggu
|
Menoleh ke kanan dan kiri
|
Suatu saat tersenyum
|
Mendengkur/mendekut
|
3 bulan
|
Bila tengkurap bisa mengangkat
kepala dan bahu
|
Suatu saat tersenyum
|
Mendengkur/mendekut
|
4 bulan
|
Menguasai gerakan kedua tangan dgn
serentak
|
Ingin mengambil suatu benda
|
Mencari arah suara
|
5 bulan
|
Tengkurap sendiri
|
Mencoba mencari benda jauh
|
Mengoceh
|
6 bulan
|
Duduk dengan sedikit sandaran
|
Mengambil benda di atas meja dan
lebih banyak gerak
|
Mengoceh lebih banyak
|
7½ bulan
|
Duduk sendiri tanpa sandaran
|
Dapat makan biscuit sendiri
|
Dapat bicara suku kata tunggal
|
8 bulan
|
Bisa merangkak sendiri
|
Memindahkan benda ke tangan yang
lain
|
Dapat bicara suku kata tunggal
|
9 bulan
|
Berdiri dgn bergandeng an
|
Menaikkan benda ke atas
|
Meniru berbicara dari suara yang
didengar
|
10 bulan
|
Berjalan dgn bantuan
|
Dapat menggunakan ibu jari untuk
mengambil
|
Dapat mengucapkan suku kata ganda
|
12 bulan
|
Bisa berdiri & menurun
|
Bisa meminta sesuatu tanpa
menangis
|
Dapat berkata lebih jelas
|
14 bulan
|
Berjalan sendiri dan merangkak
naik tangga
|
Dapat menyusun benda di atas denda
lain
|
Tambah perbendaharaan kata
|
15 bulan
|
Berjalan sendiri dan merangkak
naik tangga
|
Dapat minum sendiri dgn cangkir
|
Tambah perbendaharaan kata
|
18 bulan
|
Lari tertatih-tatih
|
Dapat menyusun benda di atas denda
lain lebih banyak
|
Dpt berbicara ± 20 perkataan
|
2 tahun
|
Bisa naik turun tangga &
melompat ke tempat rendah
|
Dapat membuat garis lurus &
melepas kaos kaki
|
Mempunyai perbendaha raan kata ±
250 dan dapat menyusun kalimat
|
2½ tahun
|
Berjalan sambil menjin jitkan kaki
|
Dpt mengenal ± 3 macam warna
|
Banyak menggunakan kata benda
& kata kerja
|
3 tahun
|
Dapat berjalan dgn satu kaki
|
Dpt menggambar lingkaran
|
Menguasai kata ganti
|
4 tahun
|
Membuat pintu gerbang dari 5 kubus
Memasang kancing
|
-
|
Kalimat terdiri dari 4-5 kata
sekali bercerita
|
5 tahun
|
Mengikatkan tali sepatu
|
-
|
Menanyakan arti suatu kata
Menghitung sampai 20
|
6 tahun
|
Membuat tangga dan dinding dari
beberapa kubus tanpa contoh
|
-
|
-
|
2.
Bentuk Perilaku
Retardasi Mental
Penderita mental tidak hanya
mengalami Mental Retarded, tetapi juga mengalami Behavior Retarded.
► Secara Psikososial memiliki kedudukan khusus dalam keluarga.
● Menjadi kambing hitam dari semua masalah (merupakan proses belajar menjadi agresif atau penarikan diri (withdrawl)
● Menjadi bayi terus (penebusan rasa bersalah orangtua)
● Sebagai pet/klangenan/kesayangan (reaksi formasi dari ketidaksukaan)
► Dari Perkembangan Moral
● Kholberg menyatakan behwa perkembangan moral didasarkan pada moral reasoning. Perilaku adalah ekspresi dari moral reasoning seseorang. Moral reasoning berkaitan dengan perkembangan kognisi seseorang. Sehingga penderita mental retarded yang kognisinya rendah, otomatis juga akan memiliki moral reasoning yang rendah, sehingga bentuk perilakunya adalah (sesuai derajat berat-ringannya retardasi mental yang dialami) agresi, hiperaktif, withdrwal (bila terus-menerus dapat disebut autism), penyimpangan seksual.
► Secara Psikososial memiliki kedudukan khusus dalam keluarga.
● Menjadi kambing hitam dari semua masalah (merupakan proses belajar menjadi agresif atau penarikan diri (withdrawl)
● Menjadi bayi terus (penebusan rasa bersalah orangtua)
● Sebagai pet/klangenan/kesayangan (reaksi formasi dari ketidaksukaan)
► Dari Perkembangan Moral
● Kholberg menyatakan behwa perkembangan moral didasarkan pada moral reasoning. Perilaku adalah ekspresi dari moral reasoning seseorang. Moral reasoning berkaitan dengan perkembangan kognisi seseorang. Sehingga penderita mental retarded yang kognisinya rendah, otomatis juga akan memiliki moral reasoning yang rendah, sehingga bentuk perilakunya adalah (sesuai derajat berat-ringannya retardasi mental yang dialami) agresi, hiperaktif, withdrwal (bila terus-menerus dapat disebut autism), penyimpangan seksual.
3.
Penyebab Retardasi Mental
Retardasi Mental (mental
retardation) adalah keterlambatan yang mencakup rentang yang luas dalam
perkembangan fungsi kognitif dan social (APA,2000)
Retardasi mental didiagnosis berdasarkan kombinasi dari 3 kriteria :
1. skor rendah pada tes intelegensi formal (skor kira-kira 70 atau di bawahnya)
2. adanya bukti hendaknya dalam melakukan tugas sehari-hari dibandingkan dengan orang lain yang seusia dalam lingkup budaya tertentu, dan
3. perkembangan gangguan terjadi pada usia 18 tahun
Penyebab Retardasi Mental
- Sindrom Down dan Abnormalitas Kromosom Lainnya
sindrom down adalah kondisi yang disebabkan oleh adanya kelebihan kromosom pada pasangan ke-21 dan ditandai dengan retardasi mental serta anomli fisik yang beragam.
- Sindrom Fragile X dan Abnormalitas Genetic Lainnya
Sindrom fragile X merupakan bentuk retardasi mental yang diwariskan dan disebabkan oleh mutasi gen pada kromosom X
- Phenylketonuria (PKU)
Retardasi mental didiagnosis berdasarkan kombinasi dari 3 kriteria :
1. skor rendah pada tes intelegensi formal (skor kira-kira 70 atau di bawahnya)
2. adanya bukti hendaknya dalam melakukan tugas sehari-hari dibandingkan dengan orang lain yang seusia dalam lingkup budaya tertentu, dan
3. perkembangan gangguan terjadi pada usia 18 tahun
Penyebab Retardasi Mental
- Sindrom Down dan Abnormalitas Kromosom Lainnya
sindrom down adalah kondisi yang disebabkan oleh adanya kelebihan kromosom pada pasangan ke-21 dan ditandai dengan retardasi mental serta anomli fisik yang beragam.
- Sindrom Fragile X dan Abnormalitas Genetic Lainnya
Sindrom fragile X merupakan bentuk retardasi mental yang diwariskan dan disebabkan oleh mutasi gen pada kromosom X
- Phenylketonuria (PKU)
Merupakan gangguan yang menghambat metabolisme asam phenylpyruvic, menyebabkan retardasi mental kecuali bila pola makan amat dikontrol.
- Faktor-faktor Prenatal
Beberapa kasus retardasi mental disebabkan oleh infeksi atau penyalah gunaan obat selama ibu mengandung.
Penyakit ibu yang juga dapat menyebabkan retardasi pada anak adalah sifilis, cytomegalovirus, dan herpes genital
- Penyebab-penyebab Budaya-Keluarga
Suatu bentuk retardasi mental ringan uang dipengaruhi oleh lingkungan yang miskin. Faktor-faktor psikososial, seperti lingkungan rumah atau social yang miskin, yaitu yang memberi stimulasi intelektual, penelantaran atau kekerasan dari orang tua, dapat menjadi penyebab atau memberi kontribusi dalam perkembangan retardasi mental pada anak-anak.
PENGERTIAN ANAK RETARDASI MENTAL
Berdasarkan definisi
dari Asosiasi Retardasi Mental di Amerika (America Associatian On Mental
Retardasi-AAMR), anak dengan keterbelakangan mental mempunyai 2 ciri utama
sebelum usia 18 th :
- Memiliki taraf kecerdasan yang
secara signifikan berada di bawah rata-rata kecerdasan umum anak
sebayanya, keadaan ini diindikasikan dengan nilai IQ yang berada di bawah
70. Kemudian kemampuan belajarnya lebih lambat dan memiliki prestasi
berada jauh di bawah rata-rata kelasnya dan merata dihampir seluruh mata
pelajaran.
- Tidak dikuasainnya perilaku
adaptif, yaitu perilaku yang berkaitan denngan ketrampilan kegiatan harian
Anak dengan
keterbelakangan mental menunjukan keterbatasan dalam kecerdasan praktis yaitu
untuk mengarahkan diri untuk melakukan aktifitas harian dan kecerdasan social
yaitu melakukan perilaku yang sesuai dengan situasi social. Biasanya anak
dengan keterbelakangan mental mengalami kesulitan dalam ranah perilaku adaptasi
seperti komunikasi, bantu diri dan aspek lainnya.
PENYEBAB RETARDASI
MENTAL
Penyebab retardasi
mental secara umum dapat terjadi karena factor genetic, biologis non keturunan,
dan lingkungan
1. Faktor genetic
Lebih dari 150
kerusakan gen yang diketahui dapat menyebabkan keterbelakangan mental, walaupun
kebanyakan jarang terjadi. Dalam hal ini gen gagal memberikan perintah
memproduksi enzim atau pembentukan enzim yang salah. Keadaan ini berlangsung
sejak individu berada pada masa konsepsi. Terjadi kelainan kromosom karena
penambahan atau pengurangan suatu kromosom, akibatnya terjadi kelainan
fisik maupun fungsi-fungsi kecerdasannya.
2. Biologis
non-keturunan
a. Radiasi
sinar X, dapat menyebabkan cacat pada Ibu selama kehamilan, walaupun
bahaya tidak diketahui dengan jelas radiasi dapat mengakibatkan
bermacam-macam gangguan pada bayi yang belum lahir termasuk kematian, kelainan
bentuk, kerusakan otak, kemudahan terkena kanker tertentu, umur pendek dan
mutasi gen yang akibatnya baru terasa pada beberapa generasi berikutnya.
b. Keadaan
gizi Ibu yang buruk ketika kehamilan, hal ini cukup beralasan kalau
mengingat bahwa janin yang sedang tumbuh memperoleh makanan dari aliran darah
ibunya, melalui membrane yang semi permiabel dari plasenta dan tali pusar.
Kekurangan gizi bagi Ibu hamil mengakibatkan pembentukan sel-sel otak yang
terjadi selama kehamilan mengalami gangguan. Berdasarkan penelitian anak-anak
yang cacat lahir dan keterbelakangan mental diakibatkan oleh kekurangan gizi
pada saat di dalam kandungan.
c. Obat-obatan,
alasan penting kekhawatiran penggunaan obat-obatan ialah terjadi kerusakan
anatomi pada anggota tubuh sekelompok bayi dan dicurigai mengakibatkan cacat
lahir yang ibunya meminum obat thalidomid selama hamil. Termasuk di dalamnya
beberapa antibiotic, hormon, steroid, antikoagulan, narkotika dan obat penenang
serta beberapa obat halusinogenik seperti LSD dan PCP.
d. Faktor Rhesus,
menunjukkan adanya factor kimia yang terdapat dalam darah sekitar 85% manusia,
walaupun terdapat variasi ras dan etnik. Selama kehamilan, anti bodi
dalam darah ibu dapat menyerang darah Rh-positif bayi yang belum lahir.
Penghancuran yang terjadi dapat dibatasi sehingga timbul sebagai anemia ringan
atau ekstensif sehingga mengakibatkan celebral palsy, ketulian, keterbelakangan
mental bahkan kematian.
3. Lingkungan
Selain keadaan genetic
dan biologis, factor lingkungan juga dapat berperan sebagai penyebeb retardasi
mental terutama berkaitan dengan kesempatan stimulasi yang diberikan pada anak.
Misalnya penolakan orangtua, anak yang tidak diterima oleh orang tuanya sangat
mungkin telah mendapat stimulasi yang cukup untuk optimalisasi perkembangannya.
Klasifikasi
Retardasi Mental
Klasifikasi retardasi mental menurut
DSM-IV-TR yaitu :
1. Retardasi
mental berat sekali IQ dibawah 20 atau 25. Sekitar 1 sampai 2 % dari orang yang
terkena retardasi mental.
2. Retardasi
mental berat IQ sekitar 20-25 sampai 35-40. Sebanyak 4 % dari orang yang
terkena retardasi mental.
3. Retardasi
mental sedang IQ sekitar 35-40 sampai 50-55. Sekitar 10 % dari orang yang
terkena retardasi mental.
4. Retardasi
mental ringan IQ sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85 % dari orang yang terkena
retardasi mental. Pada umunya anak-anak dengan retardasi mental ringan tidak
dikenali sampai anak tersebut menginjak tingkat pertama atau kedua disekolah.
Tingkatan
Retardasi Mental
Untuk
menentukan berat-ringannya retardasi mental, kriteria yang dipakai adalah:
1. Intelligence
Quotient (IQ),
2. Kemampuan
anak untuk dididik dan dilatih,
3. Kemampuan
sosial dan bekerja (vokasional).
Berdasarkan
kriteria tersebut kemudian dapat diklasifikasikan berat-ringannya retardasi
mental yang menurut GPPDGJ – 1 (W.F. Maramis, 2005: 390-392) adalah :
1. Retardasi
Mental Taraf Perbatasan (IQ = 68 – 85),
2. Retardasi
Mental Ringan (IQ = 52 – 67),
3. Retardasi
Mental Sedang (IQ = 36 – 51),
4. Retardasi
Mental Berat (IQ = 20 – 35),
5. Retardasi
Mental Sangat Berat (IQ = kurang dari 20).
Penyebab
Retardasi Mental
Menurut Pedoman Penggolongan Diagnosis
Gangguan Jiwa Ke-1 (W.F. Maramis, 2005: 386-388) faktor-faktor penyebab
retardasi mental adalah sebagai berikut.
a. Infeksi
dan atau intoksinasi
Infeksi yang
terjadi pada masa prenatal dapat berakibat buruk pada perkembangan janin, yaitu
rusaknya jaringan otak. Begitu juga dengan terjadinya intoksinasi, jaringan
otak juga dapat rusak yang pada akhirnya menimbulkan retardasi mental.
Infeksi
dapat terjadi karena masuknya rubella, sifilis, toksoplasma, dll. ke
dalam tubuah ibu yang sedang mengandung. Begitu pula halnya dengan intoksinasi,
karena masuknya “racun” atau obat yang semestinya dibutuhkan.
b. Terjadinya
rudapaksa dan / atau sebab fisik lain
Rudapaksa sebelum
lahir serta trauma lainnya, seperti hiper radiasi, alat kontrasepsi, dan usaha
melakukan abortus dapat mengakibatkan kelainan berupa retardasi mental.
Pada waktu
proses kelahiran (perinatal) kepala bayi dapat mengalami tekanan sehingga
timbul pendarahan di dalam otak. Mungkin juga karena terjadi kekurangan oksigen
yang kemudian menyebabkan terjadinya degenerasi sel-sel korteks otak yang kelak
mengakibatkan retardasi mental.
c. Gangguan
metabolisme, pertumbuhan atau gizi
Semua
retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan metabolisme
(misalnya gangguan metabolism karbohidrat dan protein), gangguan pertumbuhan,
dan gizi buruk termasuk dalam kelompok ini. Gangguan gizi yang berat dan
berlangsung lama sebelum anak berusia 4 tahun sangat mempengaruhi perkembangan
otak dan dapat mengakibatkan retardasi mental. Keadaan seperti itu dapat
diperbaiki dengan memberikan gizi yang mencukupi sebelum anak berusia 6 tahun,
sesudah itu biarpun anak tersebut dibanjiri dengan makanan yang bergizi,
inteligensi yang rendah tersebut sangat sukar untuk ditingkatkan.
d. Penyakit
otak yang nyata
Dalam
kelompok ini termasuk retardasi mental akibat beberapa reaksi sel-sel otak yang
nyata, yang dapat bersifat degeneratif, radang, dst. Penyakit otak yang terjadi
sejak lahir atau bayi dapat menyebabkan penderita mengalamai keterbelakangan
mental.
e. Penyakit
atau pengaruh prenatal
Keadaan ini
dapat diketahui sudah ada sejak dalam kandungan, tetapi tidak diketahui
etiologinya, termasuk anomaly cranial primer dan defek congenital yang tak
diketahui sebabnya.
f. Kelainan
kromosom
Kelainan
kromosom mungkin terjadi pada aspek jumlah maupun bentuknya. Kelainan pada
jumlah kromosom menyebabkan sindroma down yang dulu sering disebut mongoloid. .
g. Prematuritas
Retardasi
mental yang termasuk ini termasuk retrdasi mental yang berhubungan dengan
keadaan bayi yang pada waktu lahir berat badannya kurang dari 2500 gram
dan/atau dengan masa kehamilan kurang dari 38 minggu.
h. Akibat
gangguan jiwa yang berat
Retardasi
mental juga dapat terjadi karena adanya gangguan jiwa yang berat pada masa
kanak-kanak.
i. Deprivasi
psikososial
Devripasi
artinya tidak terpenuhinya kebutuhan. Tidak terpenuhinya kebutuhan psikososial
awal-awal perkembangan ternyata juga dapat menyebabkan terjadinya retardasi
mental pada anak.
Gejala dan Tanda Retardasi Mental
Retardasi
mental didiagnosis berdasarkan intelegensi, riwayat penyakit, gambaran klinik,
laporan sosial dari orang tua dan laporan kemajuan sekolah dari guru, riwayat
kehamilan , riwayat persalinan dan perkembangan anak. Untuk anak dibawah usia 3
tahun tidak ada standar tes yang dipakai, diagnosis hanya berdasarkan atas
observasi tingkah laku anak dibandingkan dengan anak normal pada umur yang sama
(Rumini, 1987).
Untuk
mendiagnosis retardasi mental yang tepat, perlu diambil anamnesa dati orang tua
dengan teliti mengenai kehamilan, persalinan dan perkembangan anak. Bila
mungkin dilakukan pemeriksaan psikologik, laboratorium, evaluasi pendengaran
dan bicara. Observasi psikiatrik dikerjakan untuk mengetahui adanya gangguan
psikiatri disamping retardasi mental (Maramis, 1980).
3.1. Pada
masa bayi
Adanya
abnormalitas pada tawa dan tangisnya, kemampuan menahan kepala terganggu,
demikian pula daya untuk merayapnya. Tingkah laku yang tidak biasa pada saat
disusui atau disuapi. Sikap tubuh yang masih fetal walau anak sudah berumur
6-12 bulan (Roan, 1979).
3.2. Pada
masa kanak-kanak
Anak
golongan debilitas lebih sukar dinilai daripada golongan imbisil. Kartono
(1989) membedakan golongan debil menjadi dua tipe, yaitu:
a. Tipe
stabil dengan ciri-ciri waktu berkembang sangat lambat, sukar menilai sesuatu,
sukar untuk melanjutkan sesuatu sampai selesai, tampak bingung atau melamun,
mengerjakan sesuatu berulang kali dengan hasil sama atau tanpa variasi,
pandangan kosong, mulut terbuka, tanpa ekspresi muka, tanpa ada pengertian.
b. Tipe
tidak stabil dengan ciri-ciri semua tindakan tampaknya serba cepat dan tepat,
jawaban diberikan dengan cepat dan cepat, bahkan kadang-kadang pertanyaan belum
selesai sudah dijawab, tampak aktif dan penuh akal, kesannya sangat pandai,
defisit semakin kentara pada masa sekolah.
3.3. Pada
masa sekolah
Rumini
(1987) mengamati dari hal-hal sebagai berikut, kesulitan belajar, prestasi
kurang, kebiasaan kerja yang kurang baik, perhatian mudah dialihkan, kemampuan
motorik kurang, perkembangan bahasa jelek, kesulitan mengembangkan diri.
3.4. Pada
masa puber dan remaja
Terjadi
hambatan pada perkembangan mental dan kepribadian yang tidak sempurna.
Mengalami kesulitan dalam pergaulan, pengendalian emosi, menempatkan diri,
hubungan dengan teman yang berlainan jenis kelamin dan dalam mengikuti norma
yang berlaku. Disamping itu juga mudah terpengaruh oleh orang lain, baik dalam
hal kebaikan maupun dalam hal yang tidak baik (Roan, 1979).
Patofisiologi
Retardasi Mental
Retardasi
mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Retardasi
mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada
masa kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan
di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai
keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif :
berbicara dan berbahasa , kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan,
ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri ,
kesehatan dan keamanan , akademik fungsional, bersantai dan bekerja. Penyebab
retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal.
Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.
Pemeriksaan
Diagnostik
Seorang anak RM menunjukkan
perkembangan yang secara signifikan lebih lambat dibandingkan dengan anak lain
yang sebaya.
Tingkat kecerdasan yang
berada dibawah rata-rata bisa dikenali dan diukur melalui tes kecerdasan standar
(tes IQ), yang menunjukkan hasil kurang dari 2 SD (standar deviasi) dibawah
rata-rata (biasanya dengan angka kurang dari 70, dari rata-rata 100).
Penatalaksanaan
Medis
Tujuan pengobatan yang utama
adalah mengembangkan potensi anak semaksimal mungkin. Sedini mungkin diberikan pendidikan
dan pelatihan khusus, yang meliputi pendidikan dan pelatihan kemampuan sosial
untuk membantu anak berfungsi senormal mungkin.
Pendekatan perilaku sangat
penting dalam memahami dan bekerja sama dengan anak RM. Berikut
ini adalah obat-obat yang dapat digunakan : Obat-obat psikotropika
§ ( tioridazin,Mellaril untuk remaja
dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri
§ Psikostimulan untuk remaja yang
menunjukkan tanda-tanda gangguan
§ konsentrasi/gangguan hyperaktif. Antidepresan
( imipramin (Tofranil)
§ Karbamazepin ( tegrevetol) dan
propanolol ( Inderal )
Pencegahan
:
§ Meningkatkan perkembangan otak yang
sehat dan penyediaan pengasuhan dan lingkungan yang merangsang pertumbuhan
Harus memfokuskan pada kesehatan
§ biologis dan pengalaman kehidupan awal
anak yang hidup dalam kemiskinan dalam hal ini ;
-
perawatan prenatal
–
pengawasan kesehatan reguler
–
pelayanan dukungan keluarga
Untuk dapat
mengoptimalkan kemampuan anak dengan retardasi mental, penanganannya harus
secara komprehensif antara orangtua, psikolog(konselor), docter, guru dan
terapis. Untuk bidang pendidikan, penanganan anak retardasi mental dapat
ditekankan pada pengembangan ketrampilan bersosialisasi dan aktivitas bantu
diri sederhana.
Sebagai seorang guru
dalam memberikan materi pelajaran, ada beberapa cara yang diterapkan seperti :
1.Mengenalkan materi
pelajaran yang baru dengan perlahan-lahan. Pastikan bahwa anak memahami apa
yang disampaikan. Beri kesempatan untuk berlatih secara langsung. Misalkan
untuk mengajarkan bahwa ketika masuk sekolah, anak harus berjabat tangan dengan
guru dan mengucapkan salam, begitu seterusnya
2.Dalam memberikan
instruksi atau keterangan hendaknya guru membantu anak memusatkan perhatiannya
terlebih dahulu pada apa yang akan disampaikan oleh guru. Misalnya, dengan
menggunakan kata-kata “coba perhatikan Ibu”,”lihat”,”dengar”.
3.Keterangan yang
disampaikan hendaknya diterangkan dalam bentuk yang nyata dan secara bertahap.
Misalnya, untuk mengajarkan bahwa selesai makan anak harus mencuci tangan, guru
harus melatihkan setiap langkahnya
(Adhi S, Tugas Kuliah
Kesehatan Mental, 2008)
Penanganan terhadap penderita retardasi mental
bukan hanya tertuju pada penderita saja, melainkan juga pada orang tuanya.
Mengapa demikian? Siapapun orangnya pasti memiliki beban psiko-sosial yang
tidak ringan jika anaknya menderita retardasi mental, apalagi jika masuk
kategori yang berat dan sangat berat. Oleh karena itu agar orang tua dapat
berperan secara baik dan benar maka mereka perlu memiliki kesiapan psikologis
dan teknis. Untuk itulah maka mereka perlu mendapatkan layanan konseling.
Konseling dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan agar orang tua
penderita mampu mengatasi bebab psiko-sosial pada dirinya terlebih dahulu.
Untuk mendiagnosis retardasi mental dengan
tepat, perlu diambil anamnesis dari orang tua dengan teliti mengenai:
kehamilan, persalinan, dan pertumbuhan serta perkembangan anak. Dan bila perlu
dilakukan pemeriksaan laboratorium.
a. Pentingnya Pendidikan dan Latihan untuk Penderita Retardasi Mental
1) Latihan untuk mempergunakan dan mengembangkan kapasitas yang
dimiliki dengan sebaik-baiknya.
2) Pendidikan dan latihan diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat
yang salah.
3) Dengan latihan maka diharapkan dapat membuat keterampilan
berkembang, sehingga ketergantungan pada pihak lain menjadi berkurang atau
bahkan hilang.
Melatih penderita retardasi mental pasti lebih sulit dari pada melatih anak
normal antara lain karena perhatian penderita retardasi mental mudah terinterupsi.
Untuk mengikat perhatian mereka tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan
merangsang indera.
b. Jenis-jenis Latihan untuk Penderita Retardasi Mental
Ada beberapa jenis latihan yang dapat diberikan
kepada penderita retardasi mental, yaitu: 1) Latihan di rumah: belajar makan
sendiri, membersihkan badan dan berpakaian sendiri, dst., 2) latihan di
sekolah: belajar keterampilan untuk sikap social, 3) Latihan teknis: latihan
diberikan sesuai dengan minat dan jenis kelamin penderita, dan 4) latihan
moral: latihan berupa pengenalan dan tindakan mengenai hal-hal yang baik dan
buruk secara moral.
Penanganan penderita retardasi
mental di puskesmas
Puskesmas
dapat berperan dalam menangani retardasi mental, baik dalam pencegahan,
perawatan dini maupun perawatan lanjutan bagi penderita retardasi mental yang
sangat membutuhkan bimbingan dari puskesmas. Usaha puskesmas untuk menemukan
kasus secara dini kelainan tumbuh kembang melalui deteksi dini kelainan tumbuh
kembang anak. Melalui usaha tersebut diharapkelainan tumbuh kembang anak. rita
retaangan intelektual dan adaptasi sangat rlebihan dan tidak menghiraukkan
penanganan penderita retardasi mental dapat lebih cepat dan adekuat.
Usaha
pencegahan dapat dilakukan melaui pendidikan kesehatan jiwa di masyarakat,
konseling genetik dan tindakan kedokteran misalnya perawatan prenatal yang
baik, kehamilan pada wanita yang berumur lebih dari 40 tahun dikurangi.
Konseling terhadap orang tua penderita dilakukan secara itensif, dengan tujuan
antara lain membantu mereka dalam menghadapi frustasi karena mempunyai anak
yang menderita retardasi mental. Selain itu juga untuk memantau kemajuan
perkembangan anak serta membantu orang tua anak jika mereka menghadapi
kesulitan-kesulitan sehubungan dengan upaya mereka mendidik anak retardasi
mental.Orang tua hendaknya memperhatikan benar perawatan diri anak retardasi
mental, sehubungan dengan fungsi peran anak dalam merawat diri kurang. Orang
tua perlu mengetahui bahwa anak yang menderita retardasi mental bukanlah
kesalahan dari mereka, tetapi merupakan kesalahan orang tua seandainya tidak
mau berusaha mengatasi keadaan anak yang retardasi mental. Menyarankan kepada
orang tua anak retardasi mental, agar anak tersebut dimasukkan di dalam
pendidikan atau latihan khusus yaitu di Sekolah Luar Biasa agar mendapat
perkembangan yang optimal.
Puskesmas
perlu juga bekerjasama dengan instansi-instansi tekait lainnya misalnya Depkes
dan Depsos dalam upaya mengembangkan dan mendayagunakan fungsi sosial anak
retardasi mental seoptimal mungkin sehingga merekapun dapat hidup wajar di
lingkungan hidup normal.
Komplikasi yang dapat terjadi pada Retardasi
Mental
v Serebral palcy
v Gangguan kejang
v Gangguan kejiwaan
v Gangguan konsentrasi /hiperaktif
v Defisit komunikasi
v Konstipasi
v Serebral palcy
v Gangguan kejang
v Gangguan kejiwaan
v Gangguan konsentrasi /hiperaktif
v Defisit komunikasi
v Konstipasi
Uji Laboratorium pada Retardasi Mental
v Uji
intelegensi standar ( stanford binet, weschler, Bayley Scales of infant
development )
v Uji
perkembangan seperti DDST II
v Pengukuran
fungsi adaftif ( Vineland adaftive behaviour scales, Woodcock-Johnson Scales of
independent Behaviour, School edition of the adaptive behaviour scales ).
Farmakologi Retardasi Mental
Berikut ini adalah obat-obat yang dapat digunakan :
§ Obat-obat psikotropika ( tioridazin,Mellaril untuk remaja dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri
§ Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan konsentrasi/gangguan hyperaktif.
§ Antidepresan ( imipramin (Tofranil)
§ Karbamazepin ( tegrevetol) dan propanolol ( Inderal )
Berikut ini adalah obat-obat yang dapat digunakan :
§ Obat-obat psikotropika ( tioridazin,Mellaril untuk remaja dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri
§ Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan konsentrasi/gangguan hyperaktif.
§ Antidepresan ( imipramin (Tofranil)
§ Karbamazepin ( tegrevetol) dan propanolol ( Inderal )
Gizi yang
dapat diberikan pada Retardasi Mental
1. Protein
Protein memiliki fungsi untuk membangun dan memelihara sel-sel dan
jaringan tubuh. Asam amino yang terkandung dalan protein beperan dalam
pembentukan sel – sel neuron baru serta pembentukan dan perbaikan selubung
mieling, yang akan memperlancar proses penyerapan dan pengolahan
pesan dalam otak. Contoh makanan, ikan air tawar seperti ikan
salem, herring, makarel dan sarden.
2. Lemak
Hampir 60% lemak pada sistem syaraf diotak adalah asam lemak tak jenuh
ganda yakni Omega 3 dan 6. Keduanya merupakan asam lemak esensial
bagi tubuh dan kemudian diubah menjadi AA dan DHA sehingga berpengaruh pada
ketajaman penglihatan dan tingkat kecerdasan bayi. Contoh makanan, telur, susu
organik dan keju.
3. Vitamin C dan B1
3. Vitamin C dan B1
Fungsi vitamin adalah untuk membentuk enzim dalam proses metabolisme
tubuh. Enzim ini berperan untuk mengatur reaksi – reaksi biokimia dalam otak
bayi dan balita yang tumbuh dan berkembang pesat. Vitamin C memiliki
khasiat sebagai antioksidan untuk melindungi sel-sel saraf otak. Sedangkan vitamin
B1, berfungsi untuk mempertahankan stamina otak dan sel saraf. Contoh
makanan, jeruk dan tomat.
4. Zat besi
Zat memiliki peran sebagai pembawa oksigen
untuk proses metabolisme otak. Poses ini mendukung kemampuan anak
untuk berkonsentrasi dan berprestasi dalam belajar. Contoh makanan, kedelai dan
hati ayam.
5. Kolin
Kolin memegang peran penting sebagai komposisi
utama membran sel normal serta menjaga keutuhan membran sel
dalam proses-proses biologi, seperti rangsangan informasi, komunikasi
intrasel dan bioenergi. Intinya, makanan yang mengandung kolin membantu
memperkuat ingatan pada otak. Contoh makanan, telur dan gandum.
Pencegahan :
§ Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan pengasuhan dan lingkungan yang merangsang pertumbuhan
§ Harus memfokuskan pada kesehatan biologis dan pengalaman kehidupan awal anak yang hidup dalam kemiskinan dalam hal ini ;
- perawatan prenatal
– pengawasan kesehatan reguler
– pelayanan dukungan keluarga
Pathway.
G3 motorik dan Sensorik
|
Infeksi
dan Intoksinasi
|
Rudapaksa / Fisik lain
|
Nutrisi
|
congenital
|
Depresi psikososial
|
Rusaknya jaringan otak
|
G3 metabolisme
( KH Protein )
|
Pada masa anak “
|
G3 jiwa berat
|
Umur 4 tahun / < 6 Th
|
Abnormalitas struktur otak
|
IQ
|
RM sedang ( IQ 36 – 51 )
|
RM ( < 20 )
|
RM ( IQ 20 – 35 )
|
RM Ringan ( IQ 52-67 )
|
Retardasi Mental
( RM )
|
G3 Neurotransmiter
|
Cemas
|
Keterlambatan Tumbuh Kembang
|
- Asuhan Keperawatan
Kasus
An. Najah (6th)
datang ke poli tumbang karena ibunya mengeluh perkembangan anaknya berbeda
dengan anak seusianya. Setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan dijumpai An.
Najah mengalami kesulitan dalam belajar dan kesulitan dalam bersosialisasi,
tidak mampu memahami/melaksanakan instruksi, perbendaharaan kata terbatas,
kesulitan dalam bertingkah laku yang sesuai dengan usianya. An. Najah cenderung
lebih memilih anak-anak yang usianya lebih rendah dari dirinya sebagai
temannya. Hasil pemeriksaan intelegensi skor menunjukkan nilai 45.
Pengkajian
DS:
·
Ibu klien
mengeluh perkembangan anaknya berbeda dengan anak seusianya
·
Ibu klien
mengatakan anaknya lebih memilih anak-anak yang usianya lebih rendah dari
dirinya sebagai temannya
DO:
·
An. Najah
mengalami kesulitan dalam belajar
·
An. Najah
kesulitan dalam bersosialisasi
·
tidak mampu
memahami/melaksanakan instruksi
·
perbendaharaan
kata terbatas
·
kesulitan dalam
bertingkah laku yang sesuai dengan usianya
·
Hasil
pemeriksaan intelegensi skor menunjukkan nilai 45
ANALISA
DATA
Tgl /Jam
|
Data
|
Problem
|
Etiologi
|
DS:
·
Ibu klien
mengeluh perkembangan anaknya berbeda dengan anak seusianya
·
Ibu klien
mengatakan anaknya lebih memilih anak-anak yang usianya lebih rendah dari
dirinya sebagai temannya
DO:
·
An. Najah
mengalami kesulitan dalam belajar
·
An. Najah
kesulitan dalam bersosialisasi
·
tidak
mampu memahami/melaksanakan instruksi
·
perbendaharaan
kata terbatas
·
kesulitan
dalam bertingkah laku yang sesuai dengan usianya
·
Hasil
pemeriksaan intelegensi skor menunjukkan nilai 45
|
Keterlambatan
Tumbuh Kembang
|
Kurang
Stimulus dan lingkungan
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan kurang
stimulus dan lingkungan ditandai dengan IBu anak Najah mengeluh perkembangan
anaknya berbeda dengan anak seusianya, dari hasil pemeriksaan anak Najah
mengalami kesulitan dalam belajar dan kesulitan dalam bersosialisasi, Tidak
mampu memahami/ melaksanakan instruksi, Perbendaharaan kata terbatas, Kesulitan
dalam bertingkah laku yang sesuai dengan usianya, Anak Najah cenderung memilih
anak-anak yang usianya lebih rendah dari dirinya sebagai temannya, Hasil
pemeriksaan intelegensi skor menunjukkan 45.
Tgl/
Jam
|
No
DP
|
Tujuan
dan Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
22 Maret 2012
08.00 WIB
|
1.
|
Kterlambatan tumbang
teratasi setelah di lakukan
tindakan keperawatan selama 3 bulan dengan kriteria hasil :
|
|
|
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Retardasi
mental ialah keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa
perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan
mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi
yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang
atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental.
Retardasi
mental bukan suatu penyakit walaupun retardasi mental merupakan hasil dari
proses patologik di dalam otak yang memberikan gambaran keterbatasan terhadap
intelektual dan fungsi adaptif. Retardasi mental dapat terjadi dengan atau
tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya.
Retardasi
Mental sebenarnya bukan suatu penyakit walaupun retardasi mental merupakan
hasil dari proses Patologik di dalam otak yang memberikan gambaran keterbatasan
terhadap Intelektualitas dan fungsi Adaptif. Retardasi Mental ini dapat terjadi
dengan atau tanpa gangguan jiwa maupun gangguan fisik lainnya.
Jadi,
sebagai orangtua harus menjaga dan mengerti atas kebutuhan anaknya, serta tidak
menjatuhkannya namun, membimbing ia agar menjadi anak yang memiliki potensi
khusus di balik kekurangannya.
3.2. Saran
1. Sebagai
mahasiswa/mahasiswi calon perawat agar dapat lebih memperdalam ilmu serta
wawasan mengenai klien dengan retardasi
mental dan dapat mengaplikasikanya dalam dunia
keperawaatan.
2. Bagi
masyarakat agar lebih peduli dan berpartisipasi dalam menjaga kesehatan dan
jangan mengabaikan tanda dan gejala yang muncul sebagai penyakit yang wajar
tetapi segera periksakan kedokter atau pelayanaan kesehatan yang terdekat utuk mencegah komplikasi dan prognosis yang buruk.
DAFTAR PUSTAKA
Stuart,
Gail Wiscarzt. Buku Saku Keperawatan Jiwa
edisi 3. 2002. Jakarta: EGC.
Tomb,
David A. Buku Saku Psikiatri Edisi 6.
2003. Jakarta: EGC.
NN.
29 Oktober 2007. Waham.
http//www.Id.wikipedia.org/wiki/waham.
Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of
Psykiatric Nursing (5 th ed.).St.Louis
Mosby Year Book, 1995
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa,Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa
Semarang :RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
Tim Direktorat Keswa, Standar
Asuhan Keperawatan Jiwa,Edisi
1, Bandung, RSJP Bandung, 2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar