- LATAR BELAKANG
Retinoblastoma adalah salah satu
penyakit kanker primer pada mata yang paling sering dijumpai pada bayi dan
anak. Penyakit ini tidak hanya dapat mengakibatkan kebutaan, melainkan juga
kematian. Di negara berkembang, upaya pencegahan dan deteksi dini belum banyak
dilakukan oleh para orang tua. Salah satu sebabnya adalah pengetahuan yang
masih minim mengenai penyakit kanker tersebut.
Dalam penelitian menyebutkan bahwa
5-10% anak usia prasekolah dan 10% anak usia sekolah memiliki masalah
penglihatan. Namun seringkali anak-anak sulit menceritakan masalah penglihatan
yang mereka alami. Karena itu, skrining mata pada anak sangat diperlukan untuk
mendeteksi masalah penglihatan sedini mungkin. Skrining dan pemeriksaan mata
anak sebaiknya dilakukan pada saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4 tahun,
dan dilanjutkan pemeriksaan rutin pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak
diperiksakan ke dokter mata setiap 2 tahun dan harus lebih sering apabila telah
ditemukan masalah spesifik atau terdapat faktor risiko.
Untuk itu kami menyusun makalah ini
dengan tujuan berbagi pengetahuan tentang penyakit retina blastoma ke
masyarakat luas dan rekan-rekan mahasiswa keperawatan yang mana di negara
Indonesia masih kurang di perhatikan.
- TUJUAN
1. Tujuan
Umum
Mengetahui secara umum mengenai penyakit retini blastoma
serta asuhan keperawatan yang tepat terhadap penyakit retino blastoma tersebut.
2. Tujuan Khusus
Setelah
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan retinoblastoma, Penulis
mampu :
1. Mengetahui Pengertian dari penyakit retino blastoma.
2. Mengetahui etiologi dari penyakit
retino blastoma.
3. Mengetahui manifestasi klinis dari
penyakit retina blastoma.
4. Mengetahui patofisiologi dari penyakit
retino blastoma.
5. Mengetahui penatalaksanaan terhadap pasien retino
blastoma.
6. Mengetahui asuhan keperawatan yang
tepat pada pasien retino blastoma.
- Manfaat
Manfaat yang diharapkan dengan diperolehnya materi-materi pada
makalah ini adalah :
1.
Sebagai
suatu sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan menganalisa askep pada pasien
dengan otitis
media dan mastoiditis yang
telah didapat dari materi.
2.
Sebagai
masukan bagi semua mahasiswa dalam upaya menjelaskan maupun berdiskusi dalam
perkuliahan.
3.
Dapat
digunakan sebagai acuan dan referensi dalam pembelajaran.
4.
Kita
yang nantinya sebagai tenaga kesehatan dapat mengetahui dan paham akan asuhan
keperawatan yang tepat untuk pasien retina
blastoma,sehinggga didunia rumah sakit nanti dapat menerapkan asuhan
keperawatan ke pasien retino blastoma dengan tepat.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Perkembangan Sistem Organ Penglihatan
Pada Bayi
Minggu
ke-5 adalah permulaan periode embrionik (dari minggu 5 – 10 kehamilan), suatu
periode yang sangat penting di dalam perkembangan organ janin. Embrio Ibu saat
ini berusia 3 minggu. Peristiwa yang paling khas dalam minggu kelima adalah
gastrulasi, yaitu proses yang membentuk ketiga lapisan germinal pada embrio.
Tiga lapisan yang berkembang yaitu endoderm, mesoderm, dan, ektoderm,
masing-masing akan membentuk organ. Lapisan endoderm atau lapisan terdalam akan
membentuk saluran pencernaan, usus, hati, dan paru. Lapisan tengah atau
mesoderm akan membentuk jantung, alat kelamin, otot, tulang, dan ginjal.
Lapisan terluar, yaitu ektoderm akan membentuk rambut, kulit, mata, dan sistim
saraf.
Pada
akhir minggu ke-5 embrio akan membentuk dasar kerangka sumbu badan, otak, serta
jantung primitif. Embrio akan berukuran 0,36 mm – 1 mm dan memiliki berat
kurang dari 1 gram. Minggu ini adalah suatu tahapan yang sangat peka terhadap
gangguan-gangguan teratogenik (kecacatan janin).
Pada
akhir minggu, embrio yang sebelumnya hanya berbentuk kumpulan sel, saat ini
berbentuk tabung dengan bagian atas dan bagian bawah yang melebar. Terbentuk
alur saraf yang memanjang dari atas ke bawah. Lipatan saraf kranial sudah
membagi diri menjadi bagian-bagian dari otak. Pembuatan jantung primitif akan
dimulai pada tengah minggu ke-5, jantung akan terbagi menjadi 4 ruang engan
menggunakan USG atau echocardiografi fetal, pergerakan jantung embrio dapat
terlihat.
Berikut
ini adalah masa2 dan tahapan bagaimana fungsi penglihatan berkembang sebagai
sebuah upaya pencegahan dalam trauma bahwa diluar keluarga kita memiliki
seorang anak yang memiliki kelainan refraksi tanpa tahu darimana
asalnya.Sebagai imbuhan,perkembangan penglihatan anak2 cukup pesat hingga usia
2 tahun dari sejak lahir dan fase penglihatan secara normal akan dicapai pada
usia 5 tahun.
1.
Baru lahir
Bayi
yang baru lahir cenderung akan menggerakkan kepalanya ke arah sumber cahaya
yang kuat. Keadaan yang dimaksud adalah tingkat iluminasi tinggi atau dalam
bahasa lebih mudahnya kira2 berapa watt sumber pelita di dekat sang
bayi.semakin besar maka bayi akan merespon dengan aktif tanpa dinyana.
2.
6 minggu
Ketika
berumur 6 minggu dimulailah fase fiksasi atau bahasa kerennya saat balita sudah
dapat berkonsentrasi dalam melihat sebuah obyek tertentu.Sengaja atau tidak,
buah hati anda telah mulai mengenal obyek dan akan mempelajari apa yang
dilihatnya, kemudian disimpan dalam gudang memori(baca otak)
3.
3 bulan
Gerakan
mata secara simultan dan dinamis mulai terangkai.Kerapkali keadaan ini
dijadikan sinyalemen bahwa bayi mengerti berbicara atau berhadapan dengan siapa
bagi masyarakat awam.
4.
4-6 bulan
Koordinasi
dalam melihat sebuah obyek dirangkai dengan kemampuan menggerakkan mata.
Seringkali saat ini dipergunakan sebagai tolak ukur perkembangan penglihatan
setiap insan.
5.
6-8 bulan
Pengenalan
obyek diraih karena organ mata dan perangkatnya berupa otot dan syaraf telah
melakukan organisasi atas sebuah melihat lingkungan sekitarnya.
6.
9 bulan
Tajam
penglihatan dengan nilai desimal 0.1 atau 6/60 tercipta. Benda yang dapat
dilihat manusia normal dalam jarak 6 meter dapat dikenali pada jarak 60 meter
bagi bayi.
7.
1 tahun
Progress
yang positif mulai berkembang satu tahapan dengan kemampuan penglihatan yang
bertambah pada nilai desimal 0.2 atau 6/30.
8.
2 tahun
Peningkatan
pada kemampuan organ penglihatan mencapai nilai desimal 0.5 atau 6/12.
9.
3 tahun
Nilai
desimal 0.65 atau 6/9 tak dapat dipelak sebagai nilai kemampuan melihat bayi
pada masa ini.
10.
5 tahun
Penglihatan
secara normal dan sempurna didapat pada usia ini. balita dapat melihat apapun
sama seperti manusia dengan indera penglihatan normal pada umumnya.
2.2
Struktur Organ Penglihtan Pada Bayi
Mata
merupakan organ fotosensoris yaitu organ yang menerima rangsangan
cahaya. Cahaya masuk melintasi kornea, lensa, dan beberapa struktur refraksi di
dalam orbita. Cahaya kemudian difokuskan oleh lensa ke bagian saraf mata yang
sensitif terhadap cahaya yaitu retina. Retina mengandung sel-sel batang dan
kerucut yang akan mengubah impuls cahaya menjadi impuls saraf. Setelah
melintasi suatu rangkaian lapisan sel saraf dan sel-sel penyokong informasi
penglihatan diteruskan oleh saraf optik ke otak untuk diproses.
Secara embriologis proses pembentukan
mata dimulai pada minggu ke 4 masa embrio. Proses pembentukan mata berasal dari
3 sumber yaitu
1. Penonjolan forebrain yang akan
membentuk retina dan saraf optik
2. Permukaan
ektoderm yang akan diinduksi menjadi lensa dan beberapa struktur pelengkap di
bagian depan mata.
3. Jaringan
mesenkim yang mengumpul membentuk tunika dan struktur-struktur yang berkaitan
dengan orbita.
Dinding bola mata disusun oleh 3 tunika
(lapisan ) yaitu:
A. Tunika
fibrosa (lapis sklera-kornea) merupakan lapisan luar bola mata terdiri atas
sklera dan kornea.
B. Tunika
vaskularis (lapis uvea) merupakan lapisan tengah bola mata terdiri atas
khoroid, badan siliaris dan iris.
C. Tunika
neuralis (lapis retina) merupakan lapisan dalam bola mata terdiri atas retina.
A.
TUNIKA FIBROSA (LAPISAN SKLERA-KORNEA)
Tunika fibrosa membentuk sebuah kapsula
fibroelastik yang kokoh penyokong bola mata. Lapis fibrosa ini dibagi menjadi
dua bagian yaitu sclera dan kornea. Sklera merupakan bagian yang putih
melingkupi lima-perenam bagian bola mata dan terletak di sebelah belakang,
sementara kornea merupakan bagian yang jernih dan transparan melingkupi
seperenam depan bola mata. Tempat sambungan sklera dan kornea dikenal dengan
nama limbus.
SKLERA
Sklera merupakan bagian bola mata yang
putih seolah-olah tidak mengandung pembuluh darah. Sklera disusun oleh
serat-serat kolagen tipe 1 yang diselang-selingi oleh jala-jala serat elastin.
Susunan seperti ini membentuk struktur bola mata yang kokoh, disokong oleh
tekanan intraokular yang berasal dari humor akwaeus yang terletak di sebelah
depan lensa dan badan vitreus yang terletak di belakang lensa. Di bagian
belakang sklera ditembus oleh serat-serat saraf optik pada lamina kribrosa
(Gb-1). Sklera mengandung pembuluh darah terutama pada limbus (tempat pertautan
sklera dan kornea).
KORNEA
Kornea merupakan bagian tunika fibrosa
yang transparan, tidak mengandung pembuluh darah, dan kaya akan ujung-ujung
serat saraf. Kornea berasal dari penonjolan tunika fibrosa ke sebelah depan
bola mata. Secara histologik kornea terdiri atas 5 lapisan yaitu:
1.
Epitel kornea
Merupakan lanjutan dari konjungtiva disusun
oleh epitel gepeng berlapis tanpa lapisan tanduk. Lapisan ini merupakan lapisan
kornea terluar yang langsung kontak dengan dunia luar dan terdiri atas 7 lapis
sel. Epitel kornea ini mengandung banyak
ujung- ujung serat saraf bebas. Sel-sel yang terletak di permukaan cepat
menjadi aus dan digantikan oleh sel-sel yang terletak di bawahnya yang
bermigrasi dengan cepat.
2.
Membran Bowman
Merupakan lapisan fibrosa yang terletak di
bawah epitel tersusun dari serat kolagen tipe 1.
3.
Stroma kornea
Merupakan lapisan kornea yang paling tebal
tersusun dari serat-serat kolagen tipe 1 yang berjalan secara paralel membentuk
lamel kolagen. Sel-sel fibroblas terletak di antara serat-serat kolagen.
4.
Membran Descemet
Merupakan membran dasar yang tebal tersusun
dari serat-serat kolagen.
5.
Endotel kornea
Lapisan ini merupakan lapisan kornea yang
paling dalam tersusun dari epitel selapis gepeng atau kuboid rendah. Sel-sel
ini mensintesa protein yang mungkin diperlukan untuk memelihara membran
Descement. Sel-sel ini mempunyai banyak vesikel dan dinding selnya mempunyai
pompa natrium yang akan mengeluarkan
kelebihan ion-ion natrium ke dalam kamera okuli anterior. Ion-ion
klorida dan air akan mengikuti secara pasif. Kelebihan cairan di dalam stroma
akan diserap oleh endotel sehingga stroma tetap dipertahankan dalam keadaan
sedikit dehidrasi (kurang cairan), suatu faktor yang diperlukan untuk
mempertahankan kualitas refraksi kornea.
Kornea bersifat avaskular (tak berpembuluh
darah) sehingga nutrisi didapatkan dengan cara difusi dari pembuluh darah
perifer di dalam limbus dan dari humor akweus dibagian tengah. Kornea menjadi
buram bila endotel kornea gagal mengeluarkan kelebihan cairan di stroma.
Limbus
Limbus merupakan tempat pertemuan antara
tepian kornea dengan sklera. Pada tempat ini terdapat lekukan atau sudut akibat
perbedaan kelengkungan kornea dan sklera. Bagian luarnya diliputi epitel
konjungtiva bulbi yang merupakan epitel berlapis silindris dengan lamina
propria di bawahnya. Stromanya merupakan tepian sklera yang menyatu dengan
kornea. Stroma ini tersusun dari jaringan ikat fibrosa. Di bagian dalam stroma
ini membentuk taji sklera (scleral spur). Pada bagian anterior taji ini
terdapat jaringan trabekula (trabecula sheet) dengan jalinan ruang-ruang di
antaranya dikenal sebagai ruang trabekula (trabecular spaces/ space of
Fontana). Di atas trabekula terdapat
suatu saluran lebar dan panjang disebut kanal Schlemm.
Kanal
Schlemm
Merupakan suatu pembuluh berbentuk cincin
yang melingkari mata tepat anterior dan eksternal skleral spur. Di sebelah luar
dibatasi oleh jaringan sklera dan di dalam oleh lapisan jaringan trabekula yang
lebih dalam. Lumen kanal ini di batasi oleh selapis sel endotel. Kanal ini akan
meneruskan diri ke dalam pleksus sklera dan akhirnya bermuara pada pleksus vena
sklera. Di bagian posterior taji sklera, pada korpus siliaris terdapat otot polos,
muskulus siliaris yang berfungsi untuk mengatur akomodasi mata.
B.
TUNIKA VASKULOSA / UVEA
Tunika vaskulosa terdiri atas 3 bagian
yaitu khoroid, badan siliaris dan iris.
Khoroid
(choroid)
Khoroid merupakan lapisan yang banyak
mengandung pembuluh darah dan sel-sel pigmen sehingga tampak bewarna hitam.
Lapisan ini tersusun dari jaringan penyambung jarang yang mengandung
serat-serat kolagen dan elastin, sel-sel fibroblas, pembuluh darah dan
melanosit. Khoroid terdiri atas 4 lapisan yaitu
1. Epikhoroid
merupakan lapisan khoroid terluar tersusun dari serat-serat kolagen dan
elastin.
2. Lapisan
pembuluh merupakan lapisan yang paling tebal tersusun dari pembuluh darah dan
melanosit.
3. Lapisan
koriokapiler, merupakan lapisan yang terdiri atas pleksus kapiler,
jaring0-jaring halus serat elastin dan kolagen, fibroblas dan melanosit.
Kapiler-kapiler ini berasal dari arteri khoroidalis Pleksus ini mensuplai nutrisi untuk bagian
luar retina.
4. Lamina
elastika, merupakan lapisan khoroid yang berbatasan dengan epitel pigmen
retina. Lapisan ini tersusun dari jarring-jaring elastik padat dan suatu
lapisan dalam lamina basal yang homogen.
Badan
Siliaris (Korpus siliaris)
Korpus siliaris (badan siliaris) adalah
struktur melingkar yang menonjol ke dalam mata terletak di antara ora serrata
dan limbus. Struktur ini merupakan perluasan lapisan khoroid ke arah depan.
Korpus siliar disusun oleh jaringan penyambung jarang yang mengandung
serat-serat elastin, pembuluh darah dan melanosit.
Badan siliaris membentuk tonjolan-tonjolan
pendek seperti jari yang dikenal sebagai prosessus siliaris. Dari prosessus
siliaris muncul benang-benang fibrillin yang akan berinsersi pada kapsula lensa
yang dikenal sebagai zonula zinii.
Korpus
siliaris dilapisi oleh 2 lapis epitel kuboid (Gb-7). Lapisan luar kaya akan
pigmen dan merupakan lanjutan lapisan epitel pigmen retina. Lapisan dalam yang
tidak berpigmen merupakan lanjutan lapisan reseptor retina, tetapi tidak
sensitif terhadap cahaya. Sel-sel di lapisan ini akan mengeluarkan cairan
filtrasi plasma yang rendah protein ke dalam bilik mata belakang (kamera okuli
posterior).
Humor
akweus mengalir dari bilik mata belakang (kamera okuli posterior) ke bilik mata
depan (kamera okuli anterior) melewati celah pupil (celah di antara iris dan
lensa), lalu masuk ke dalam jaringan trabekula di dekat limbus dan akhirnya
masuk ke dalam kanal Schlemm. Dari kanal Schlemm humor akweus masuk ke pleksus
sklera dan akhirnya bermuara ke sistem vena.
Korpus
siliar mengandung 3 berkas otot polos yang dikenal sebagai muskulus siliaris.
Satu berkas karena orientasinya akan menarik khoroid sehingga membuka kanal
Schlemm untuk aliran humor akweus. Dua berkas lain yang menempel pada skleral
spur berfungsi untuk mengurangi tekanan pada zonula Zinii sehingga lensa
menjadi lebih tebal dan konveks. Fungsi ini disebut akomodasi.
Glaukoma merupakan suatu keadaan klinis yang
ditandai oleh peningkatan tekanan intraokuler yang tinggi dalam waktu lama
akibat kegagalan penyaluran humor akweus dari bilik mata depan. Bila keadaan
ini dibiarkan dapat menyebabkan kebutaan.
Iris
(Iris, pelangi)
Iris merupakan bagian yang paling depan
dari lapisan uvea. Struktur ini muncul dari badan siliar dan membentuk sebuah
diafragma di depan lensa. Iris juga memisahkan bilik mata depan dan belakang.
Celah di antara iris kiri dan kanan dikenal sebagai pupil (pupil, gadis kecil)
Iris
disusun oleh jaringan ikat longgar yang mengandung pigmen dan kaya akan
pembuluh darah. Permukaan depan iris yang menghadap bilik mata depan (kamera
okuli anterior) berbentuk tak teratur dengan lapisan pigmen yang tak lengkap
dan sel-sel fibroblas. Permukaan posterior iris tampak halus dan ditutupi oleh
lanjutan 2 lapisan epitel yang menutupi permukaan korpus siliaris. Permukaan
yang menghadap ke arah lensa mengandung banyak sel-sel pigmen yang akan
mencegah cahaya melintas melewati iris. Dengan demikian cahaya akan terfokus
masuk melalui pupil.
Pada iris terdapat 2 jenis otot
polos yaitu otot dilatator pupil dan
otot sfingter/konstriktor pupil. Kedua otot ini akan merubah diameter pupil.
Otot dilatator pupil yang dipersarafi oleh persarafan simpatis akan melebarkan
pupil, sementara otot sfingter pupil yang dipersarafi oleh persarafan
parasimpatis (N. III) akan memperkecil diameter pupil.
Jumlah sel-sel melanosit yang terdapat
pada epitel dan stroma iris akan mempengaruhi warna mata. Bila jumlah melanosit
banyak mata tampak hitam, sebaliknya bila melanosit sedikit mata tampak bewarna
biru.
Lensa
Mata
Lensa terdiri atas 3 lapisan yaitu kapsul
lensa, epitel subkapsul dan serat-serat lensa. Kapsul lensa merupakan lamina
basal yang umumnya disusun oleh serat-serat kolagen tipe IV dan glikoprotein.
Kapsul ini elastik, jernih dan kompak. Epitel subkapsul hanya terdapat pada
permukaan anterior lensa tepat di bawah kapsul lensa. Epitelnya terdiri atas
selapis sel kuboid. Di sebelah dalam dari epitel subkapsul terdapat serat-serat
lensa yang di bentuk dari sel-sel yang kehilangan inti dan organel sel lainnya.
Serat-serat ini kemudian diisi dengan protein lensa kristalin (crystallins).
Adanya kristalin ini akan meningkatkan index refraksi lensa.
Lensa sama sekali tidak mengandung
pembuluh darah. Nutrisi untuk lensa diperoleh dari humor akweus dan korpus
vitreus. Lensa bersifat impermeabel, tetapi dapat ditembus cahaya dengan mudah.
Pada orang tua sering dijumpai kekeruhan
pada lensa yang menyebabkan menurunnya kemampuan untuk melihat. Keadaan ini
dikenal sebagai katarak. Kondisi mungkin disebabkan oleh bertumpuknya pigmen
atau substansi lain dan keterpaparan sinar ultra violet secara berlebihan. Di
samping itu pada orang tua terjadi suatu keadaan yang dikenal sebagai
presbiopia yaitu ketidakmampuan mata untuk melihat benda-benda dalam jarak
dekat yang disebabkan karena menurunnya elastisitas lensa akibat proses
penuaan. Sebagai akibatnya lensa tidak dapat mencembung guna memfokuskan
bayangan benda secara tepat pada retina. Keadaan ini dapat diatasi dengan pemakaian
kaca mata.
Lensa digantung ke korpus siliaris oleh
penggantung lensa yang dikenal sebagai zonula Zinii.
Korpus
Vitreus
Korpus vitreus merupakan suatu agar-agar
jernih yang mengisi ruang vitreus (ruang antara lensa dan retina). Korpus
vitreus disusun hampir seluruhnya oleh air (99%) dan mengandung elektrolit,
serat-serat kolagen dan asam hialuronat. Korpus vitreus melekat pada seluruh
permukaan retina. Di tengah korpus vitreus berjalan sisa suatu saluran yang
berisi cairan dikenal sebagai kanal hialoidea, yang semula mengandung arteri
hialodea pada masa janin. Badan vitreus berfungsi untuk memelihara bentuk dan
kekenyalan bola mata.
Ruang-ruang
mata
Ada 2 ruang mata yaitu kamera okuli
anterior dan posterior. Kamera okuli anterior merupakan suatu ruangan yang
dibatasi di sebelah depan oleh sisi belakang kornea dan di sebelah belakang
dibatasi oleh lensa, iris dan permukaan depan badan siliar. Batas lateralnya
adalah sudut iris atau limbus yang ditempati oleh trabekula yang merupakan
tempat penyaluran humor akweus ke kanal schlemm.
Kamera okuli posterior adalah ruangan
yang dibatasi di sebelah depan oleh iris dan disebelah belakang oleh permukaan
depan lensa dan zonula Zinii serta diperifer oleh prosessus siliaris.
Kedua ruangan mata ini terisi oleh humor
akweus, yaitu suatu cairan encer yang disekresi sebagian oleh epitel siliar dan
oleh difusi dari kapiler dalam prosessus siliaris. Cairan ini mengandung materi
yang dapat berdifusi dari plasma darah, tetapi mengandung kadar protein yang
rendah. Humor akweus disekresi secara kontinu ke dalam kamera okuli posterior,
mengalir ke ruang kamera okuli anterior melalui pupil dan disalurkan melalui
jaringan trabekula ke dalam kanal Schlemm. Dalam kondisi normal jumlah cairan
yang disekresi dan dikeluarkan berimbang sehingga tekanan di dalam ruang mata
ini berkisar kira-kira 23 mmHg. Bila terjadi sumbatan dalam pengeluaran cairan
sementara sekresi berlangsung terus, maka tekanan dalam bola mata akan
meningkat. Keadaan ini disebut glaukoma dan dapat mengakibatkan kerusakan retina
dan kebutaan bila dibiarkan.
C.
TUNIKA NEURALIS (RETINA)
KOMPONEN
RETINA
Retina merupakan lapisan terdalam bola
mata, mengandung sel-sel fotoreseptor yaitu sel-sel batang dan kerucut.
Retina
berkembang dari cangkir optik (optic cup (Gb-9)), suatu struktur berbentuk
cangkir yang terbentuk sebagai hasil proses invaginasi (penonjolan ke arah
dalam) gelembung optik primer (primary optic vesicle). Gelembung optik primer
ini berkembang dari penonjolan keluar prosencephalon (otak depan). Tangkai dari
cangkir optik (optic stalk) akan berkembang menjadi saraf optikus (optic
nerve). Dinding luar cangkir optik (optic cup) berkembang menjadi lapisan
pigmen luar sementara bagian saraf retina (neural retina) berkembang dari
lapisan dalam cangkir optik.
Lempeng optik (optik disk) yang terletak
di dinding belakang bola mata merupakan tempat keluarnya nervus optikus.
Serat-serat saraf di daerah ini akan bertumpuk membentuk suatu tonjolan yang
disebut papila nervus optikus. Daerah ini tidak mengandung sel-sel
fotoreseptor, tidak peka terhadap cahaya, sehingga di sebut juga sebagai bintik
buta (blind spot).
Pada papila nervus optikus terdapat
arteri dan vena sentralis. Pada umumnya arteri sentralis merupakan satu-satunya
arteri bagi retina. Sumbatan pada arteri ini dapat mengakibatkan kebutaan yang
menetap. Pada beberapa individu sebagian kebutuhan darah untuk retina juga
disuplai dari arteri silioretina untuk makula. Penyumbatan arteri sentralis
pada individu ini mengakibatkan kehilangan penglihatan perifer, karena makula
tak terganggu.
Saraf optik bukan merupakan saraf perifer
tetapi suatu traktus sistem saraf pusat antara sel ganglion retina dan otak
tengah (midbrain). Saraf ini berjalan ke posterior ke kiasma optikus dan
mengandung lebih dari seribu berkas serat saraf bermielin yang disokong oleh
neuroglia (astrosit) dan bukan endoneurium. Selaput otak dan ruang subarakhnoid
melanjutkan diri dari otak sebagai sarung pembungkus saraf optik.
Kira-kira 2,5 mm lateral dari bintik buta
terdapat daerah berpigmen kuning yang dikenal sebagai Makula lutea (bintik
kuning). Bagian tengah makula lutea dikenal sebagai fovea sentralis yang
merupakan daerah penglihatan yang paling peka. Fovea sentralis merupakan suatu
sumur dangkal berbentuk bulat terletak 4 mm ke arah temporal dari lempeng optik
dan sekitar 0,8 mm di bawah meridian meridian horizontal. Cekungan ini
disebabkan tidak adanya lapisan dalam retina, pada retina di daerah ini. Sel
penglihat pada lantai fovea terdiri dari hanya kerucut yang tersusun rapat dan
berukuran lebih panjang di bandingkan dengan yang dibagian perifer retina.
Retina optikal atau neural melapisi
khoroid mulai dari papila saraf optik di bagian posterior hingga ora serrata di
anterior. Pada irisan histologik (Gb-9,
Gb-12 dan Gb-13) terdapat 10 lapisan retina dari luar ke dalam yaitu:
1. Epitel pigmen
2. Lapisan batang dan kerucut
3. Membran limitans luar
4. Lapisan inti luar
5. Lapisan pleksiform luar
6. Lapisan inti dalam
7. Lapisan pleksiform dalam
8. Lapisan sel ganglion
9. Lapisan serat saraf
10. Membran limitans dalam
Epitel pigmen adalah suatu lapisan sel
poligonal yang teratur, ke arah ora serrata bentuk selnya menjadi lebih gepeng.
Inti sel berbentuk kuboid dengan sitoplasmanya kaya akan butir-butir melanin.
Fungsi epitel pigmen adalah
1. Menyerap cahaya dan mencegah
terjadinya pemantulan.
2. Berperan dalam nutrisi fotoreseptor
3. Penimbunan dan dan pelepasan vitamin A
4. Berperan dalam proses pembentukan
rhodopsin
Lapisan batang dan kerucut mengandung 2
jenis sel fotoreseptor yaitu sel batang dan sel kerucut yang merupakan
modifikasi sel saraf. Lapisan ini mengandung badan sel batang dan kerucut. Sel
batang merupakan sel khusus yang ramping dengan segmen luar berbentuk silindris
dengan panjang 28 mikrometer mengandung fotopigmen rhodopsin dan suatu segmen
dalam yang sedikit lebih panjang yaitu sekitar 32 mikrometer. Keduanya
mempunyai ketebalan 1,5 mikrometer. Inti selnya terletak di dalam lapisan inti
luar. Ujung segmen luar tertanam dalam epitel pigmen. Segmen luar dan dalam
dihubungkan oleh suatu leher yang sempit. Dengan mikroskop electron segmen luar
tampak mengandung banyak lamel-lamel membran dengan diameter yang seragam dan
tersusun seperti tumpukan kue dadar. Sel batang ini di sebelah dalam membentuk
suatu simpul akhir yang mengecil pada bagian akhirnya pada lapisan pleksiform
luar yang disebut sferul batang (rod spherule). Sel batang yang hanya
teraktivasi dalam keadaan cahaya redup (dim light) sangat sensitive terhadap
cahaya. Sel ini dapat menghasilkan suatu sinyal dari satu photon cahaya. Tetapi
sel ini tidak dapat menghasilkan sinyal dalam cahaya terang (bright light) dan
juga tidak peka terhadap warna.
Cahaya yang masuk ke dalam retina
diserap oleh rhodopsin, suatu protein
yang tersusun dari opsin (protein transmembran) yang terikat pada aldehida
vitamin A. Penyerapan cahaya ini akan menyebabkan isomerisasi rhodopsin dan
memisahkan opsin dari ikatannya dengan aldehida vitamin A menjadi opsin bentuk
aktif. Opsin bentuk aktif kemudian memfasilitasi pengikatan guanosin
triphosphate (GTP) dengan protein transducin. Kompleks GTP-transducin ini
kemudian mengaktifkan ensim cyclic guanosin monophosphate phosphodiesterase
suatu ensim yang berperan dalam pembentukan senyawaan cyclic guanosin
monophosphate (cGMP). Siklik guanosin monophosphate (cGMP) ini berperan dalam
pembukaan kanal natrium di dalam plasmalema sel batang dan menyebabkan masuknya
natrium dari segmen luar sel batang menuju ke segmen dalam sel batang. Keadaan
ini akan menyebabkan hiperpolarisasi di segmen dalam sel batang dan merangsang
dilepaskannya neurotransmitter dari sel batang menuju ke sel bipolar. Oleh sel bipolar
rangsang kimiawi ini dirubah menjadi impuls listrik yang akan diteruskan menuju
ke sel ganglion untuk selanjutnya dikirim ke otak.
Sel kerucut mempunyai struktur yang
mirip dengan sel batang tetapi segmen luar yang mengecil dan membesar ke arah
segmen dalam, sehingga berbentuk seperti botol. Inti sel kerucut lebih besar
dibandingkan dengan sel batang. Sel kerucut di sebelah dalam melebar pada
bagian akhirnya pada lapisan pleksiform luar membentuk kaki kerucut (cone
pedicle). Sel kerucut teraktivasi dengan cahaya terang (bright light) dan
menghasilkan aktivitas visual yang lebih besar di bandingkan sel batang. Sel
kerucut merupakan sel fotoreseptor yang peka terhadap warna. Ada 3 jenis sel
kerucut yang masing-masing mengandung pigmen iodopsin yang berbeda. Setiap
jenis iodopsin mempunyai sensitivitas tertentu terhadap warna merah, biru dan
hijau.
Membran limitans luar merupakan rangkaian
kompleks tautan antara sel batang, sel kerucut, dan sel Muller. Dengan
mikroskop cahaya tampak sebagai garis. Lapisan inti luar merupakan lapisan yang
terdiri atas inti-inti sel batang dan kerucut bersama badan selnya. Lapisan
pleksiform luar dibentuk oleh akson sel batang dan kerucut bersama dendrit sel
bipolar dan sel horizontal yang saling bersinaps. Lapisan inti dalam dibentuk
oleh inti-inti dan badan sel bipolar, sel horizontal, sel amakrin, dan sel
Muller. Sel bipolar dapat mempunyai dendrit yang panjang atau pendek. Aksonnya
lurus dan berjalan vertikal ke dalam lapisan pleksiform dalam disini berhubungan
dengan dendrit sel ganglion. Sel horizontal mempunyai badan sel yang lebih
besar daripada sel bipolar. Dendritnya berakhir dalam keranjang berbentuk
cangkir disekeliling sejumlah besar kaki kerucut. Sel amakrin terletak pada
baris kedua atau ketiga sebelah dalam lapisan inti dalam. Bentuknya seperti
buah pir dengan sebuah tonjolan yang berjalan ke arah dalam untuk berakhir pada
lapisan pleksiform dalam. Di lapisan ini tonjolan sel ini bercabang secara luas
dan bersinaps dengan beberapa sel ganglion. Sel Muller disebut juga gliosit
retina, berukuran raksasa dengan intinya terletak pada lapisan inti dalam. Dari
badan sel, juluran sitoplasma yang panjang dan tipis meluas ke membran limitans
luar dan dalam.
Lapisan pleksiform dalam dibentuk oleh
sinaps antara sel bipolar, amakirn, dan sel ganglion.
Lapisan ganglion dibentuk oleh badan dan
inti sel ganglion. Sel ganglion merupakan sel yang besar, sangat mirip dengan
neuron pada otak dengan suatu massa terdiri dari materi kromofil (badan Nissl)
dalam badan sel. Akson sel ganglion membentuk serat saraf optik. Aksonnya tak
pernah bercabang.
Lapisan serat saraf optikus dibentuk oleh
akson sel ganglion.
Membran limitans dalam sebenarnya adalah
membrana basalis sel Muller yang memisahkan retina dari korpus vitreum.
Media
Refraksi
Media refraksi merupakan bangunan
transparan yang harus dilalui berkas cahaya untuk mencapai retina. Komponen
media refraksi adalah
1. Kornea
2. kamera okuli anterior
3. kamera okuli posterior
4. lensa
5. badan vitreus.
ORGAN
TAMBAHAN MATA
Bola mata terletak di dalam rongga
tulang yang membuka ke anterior. Celah ini ditutup oleh kelopak mata atas dan
bawah yang bila saling mendekat akan bertemu di fissura palpebra. Konjungtiva
akan melipat dari bagian tepi kornea untuk melapisi permukaan dalam kelopak
mata. Lipatan ini disebut forniks superior dan inferior.
Organ-organ tambahan mata terdiri atas
1. Kelopak mata
2. konjungtiva
3. Kelenjar lakrimal
KELOPAK
MATA
Kelopak mata terdiri atas lempeng
penyokong di bagian tengah yang terdiri dari jaringan ikat dan otot rangka yang
diliputi kulit di bagian luar dan suatu membran mukosa di dalam.
Kulit di bagian depan merupakan kulit
tipis dengan rambut kecil, kelenjar keringat, kelenjar sebasea dan suatu dermis
yang terdiri dari jaringan ikat halus yang banyak serat elastin. Dermis lebih
padat pada tepi kelopak mata dan disini mengandung tiga atau empat baris rambut
panjang yang kaku disebut bulu mata, yang menembus dalam ke dermis. Di antara
dan sebelah belakang bulu mata terdapat kelenjar apokrin yang saluran keluarnya
bermuara pada folikel bulu mata disebut kelenjar Moll.
Di bawah kulit terdapat lapisan otot
lingkar mata (muskulus orbikularis okuli) yang merupakan otot rangka. Bagian
atau berkas serat otot ini yang berada di belakang saluran keluar kelenjar
Meibom disebut muskulus siliaris Riolani.
Di bagian tengah palpebra terdapat
jaringan ikat fibrosa yang menjadi kerangka kelopak mata yang disebut tarsus.
Tarsus ini tebal pada pangkal kelopak mata dan makin ke ujung makin semakin
sempit. Di dalam tarsus terdapat untaian kelenjar sebasea yang disebut kelenjar
Meibom yang bermuara bersama ke dalam
satu saluran keluar dan tidak berhubungan dengan folikel rambut. Epitel
konjungtiva makin ke pangkal makin tinggi dan di dalam forniks terdapat lipatan
mukosa.
KONJUNGTIVA
Konjungtiva adalah membran mukosa jernih
yang melapisi permukaan dalam kelopak mata (konjungtiva palpebra) dan menutupi
permukaan sklera pada bagian depan bola mata (konjungtiva bulbi). Konjungtiva
di susun oleh epitel berlapis silindris yang mengandung sel goblet yang
terletak di atas suatu lamina basal dan lamina propia yang terdiri atas
jaringan ikat longgar. Sekret sel-sel goblet ikut menyusun tirai air mata yang
berfungsi sebagai pelumas dan pelindung epitel mata bagian depan. Pada
corneoscleral junction, tempat berawalnya kornea, konjungtiva melanjutkan diri
sebagai epitel kornea berlapis gepeng kornea dan tidak mengandung sel goblet.
Konjungtivitis adalah peradangan
konjungtiva yang biasanya ditandai oleh konjungtiva yang hiperemis (merah) dan
sekret yang banyak. Hal ini mungkin disebabkan oleh bakteri, virus, alergen
atau parasit-parasit lainnya.
KELENJAR
LAKRIMAL
Kelenjar lakrimal utama terletak pada
sudut superolateral rongga mata. Ukurannya sebesar kenari, tubuloasinar dan
serosa, dengan sel mioepitel yang menyolok. Lobus kelenjar yang terpisah
mencurahkan isinya melalui 10-15 saluran keluar ke dalam bagian lateral forniks
superior konjungtiva. Juga ditemukan banyak kelenjar lakrimal tambahan/
assesoris dalam lamina propria kelopak mata atas dan bawah.
Air mata mengandung banyak air dan
lisosim suatu zat anti bakteri. Air mata berfungsi untuk memelihara agar epitel
konjungtiva tetap lembab, kedipan kelopak mata akan menyebabkan air mata
tersebar di atas kornea seperti wiper pada kaca mobil dan berguna untuk
mengeluarkan benda asing seperti partikel debu. Penguapan air mata yang
berlebihan dicegah oleh suatu lapisan/film mukus (dari sel goblet konjungtiva
tarsal) di atas film air dan minyak (dari kelenjar meibom). Air mata disapukan
ke arah medial dan kelebihannya memasuki pungta lakrimal (lacrimal puncta) yang
terletak disetiap sudut medial palpebra superior dan inferior. Dari sini air
mata kemudian masuk ke kanalikuli lakrimal (lacrimal canaliculi), dan akhirnya
masuk sakus lakrimal. Dinding kanalikuli lakrimal tersusun oleh epitel
bertingkat silindris bersilia. Sakus lakrimalis merupakan bagian superior
duktus nasolakrimalis yang melebar. Air mata kemudian masuk ke duktus
nasolakrimal yang juga dilapisi epitel bertingkat silindris bersilia. Dari sini
air mata kemudian dikeluarkan ke meatus inferior yang terletak di dasar rongga
hidung.
2.3 BIOOPTIC
Optik geometik
Cahaya adalah gelombang elektro manektik dengan
sifat-sifat :
1. Gelombang
transfersal( dibuktikan dengan peristiwa polarisasi )
2.
Dapat merambat dalam ruang hampa
3.
Cepat rambatnya tergntung dari
indeks dias medium rambat
4. Bila cahaya
merambat dari medium satu ke medium Lain maka:
- frekuensi tetap
- panjang gelombang dan
kecepatan berubah
- intensitas dan
amplitude berubah
5. Kecepatan cahaya
dalam ruang hampa adalah 3 x 10* ms-* :
6. Cahaya dapat
mengalami:
- pemantulan ( refleksi
)
- pembiasaan (refleksi )
- interferensi
- difraksi
- polarisasi
Pemantulan cahaya
ada dua jenis pemantila cahaya yaitu pemantulan baur
dan pemantulan teratur.
- Pemantulan baur terjadi jika suatu berkas cahaya
sejajar dating pada permukaan yang
tidak rata.
- pemantulan teratur terjadi jika suatu berkas cahaya
sejajar datang pada pemukaan
yang datang.
Pemantulan cahaya
Pemantulan pada cermin
datar
Sifat bayangan yang di bentuk cermin datar :
- Maya
- Sama besar dengan bendanya
- sama tegak dan menghadap berlawanan arah terhadap
bendanya
- jarak benda
terhadap cermin sama dengan jarak bayangan terhadap cermin
Jika dua cermin di susun berhadapan membentuk sudut a,
akan terbentuk bayangan
sejumlah :
Dimana n = jumlah bayangan yang di bentuk oleh dua
cermin
A = sudut kedua cermin
Pembiasan
(refraksi)
Refraksi (atau pembiasan)
dalam optika
geometris didefinisikan sebagai perubahan arah rambat partikel
cahaya akibat terjadinya percepatan.
Pada optika era optik
geometris, refraksi cahaya yang
dijabarkan dengan Hukum Snellius, terjadi bersamaan dengan refleksi gelombang
cahaya tersebut, seperti yang dijelaskan
oleh persamaan Fresnel pada masa transisi menuju era optik fisis. Tumbukan antara gelombang
cahaya dengan antarmuka dua medium menyebabkan kecepatan
fasa gelombang
cahaya berubah. Panjang gelombang akan
bertambah atau berkurang dengan frekuensi yang sama, karena
sifat gelombang
cahaya yang transversal (bukan longitudinal). Pengetahuan ini yang membawa kepada penemuan lensa dan refracting telescope. Refraksi di era optik fisis dijabarkan sebagai fenomena perubahan arah rambat gelombang yang tidak saja
tergantung pada perubahan kecepatan, tetapi juga
terjadi karena faktor-faktor lain yang disebut difraksi dan dispersi.
Contoh terjadinya refraksi yang sangat umum dijumpai adalah
seperti ilustrasi gambar di samping. Dengan adanya perbedaan indeks bias antara udara (1,0003) dan air (1,33) di dalam sebuah mangkok, sebuah benda lurus seperti
pensil atau sedotan akan
tampak seperti patah dengan kedalaman air yang tampak lebih dangkal.
Refraksi
(pembiasan) gelombang-gelombang cahaya di air. Persegi gelap menunjukkan posisi
sebenarnya sebatang pensil yang diletakkan dalam semangkuk air. Persegi terang
menunjukkan posisi tampak dari pensil itu. Perhatikan bahwa ujungnya (X)
seakan-akan terlihat di Y, posisi yang jelas lebih dangkal.
Refraksi ganda
Refraksi ganda atau birefringence
atau double refraction
adalah dekomposisi sinar cahaya menjadi
dua sinar cahaya yang disebut ordinary
ray dan extraordinary ray.
Refraksi ganda terjadi pada saat gelombang
cahaya melalui medium material
anisotropik seperti kristal kalsit atau
Boron nitrat. Jika material tersebut mempunyai sumbu optis atau sumbu
anisotropik tunggal, maka pembiasan yang
terjadi disebut uniaxial birefringence dengan 2 buah indeks bias material
anisotropik, masing-masing untuk 2 buah
arah polarisasi dengan intensitas menurut persamaan:
n = ne
– no
di
mana no dan ne adalah indeks bias untuk polarisasi
tegak lurus ordinary ray dan polarisasi paralel extraordinary ray
terhadap sumbu
anisotropik.
Refraksi ganda juga dapat terjadi dengan sumbu
anisotropik ganda yang disebut biaxial birefringence atau trirefringence, seperti yang
terjadi pada pembiasan sinar cahaya pada material
anisotropik layaknya kristal atau berlian. Untuk material
semacam ini, tensor indeks bias n, secara
umum memiliki tiga eigenvalues yang berbeda, yaitu na, nß
and n?.
Refraksi gradien
Refraksi gradien adalah refraksi yang terjadi pada medium dengan indeks bias gradien. Pada umumnya, indeks bias gradien terjadi
karena peningkatan kepadatan medium yang menyebabkan peningkatan indeks bias secara tidak
linear, seperti pada kaca, sehingga cahaya yang merambat melaluinya dapat mempunyai jarak tempuh yang
melingkar dan terfokus.
Indeks bias gradien juga
terjadi apabila cahaya yang
merambat melalui medium dengan indeks bias konstan,
mempunyai intensitas yang sangat tinggi akibat kuatnya medan listrik, seperti pada sinar laser, sehingga
menyebabkan indeks bias medium bervariasi sepanjang jarak tempuh sinar tersebut. Jika indeks bias berbanding
kuadrat dengan medan listrik/berbanding linear dengan intensitas, akan terjadi
fenomena self-focusing dan self-phase modulation yang disebut efek optis
Kerr.
Fenomena refraksi
gradien dengan indeks bias berbanding linear
dengan medan listrik (yang terjadi pada medium yang tidak mempunyai inversion symmetry) disebut efek
Pockels.
Refraksi negatif
Refraksi negatif adalah refraksi yang terjadi seolah-olah sinar cahaya insiden dipantulkan oleh sumbu normal antarmuka dua medium pada sudut refraksi yang secara umum tunduk pada hukum Snellius, namun
bernilai negatif.
Refraksi negatif terjadi pada pembiasan antarmuka antara medium yang mempunyai indeks bias positif dengan medium material
meta yang mempunyai indeks bias negatif oleh
desain koefisien permitivitas medan listrik dan permeabilitas medan magnet tertentu menurut persamaan:
Untuk
kebanyakan material, besaran permeabilitas μ sangat dekat dengan nilai 1
pada frekuensi
optis, sehingga nilai n
disederhanakan dengan pendekatan permitivitas: .
Menurut persamaan ini, maka indeks bias dapat bernilai
negatif, misalnya seperti pada sinar x.
Lensa
mata
2.4 Retinoblastoma.
PENGERTIAN
Retinoblastoma adalah tumor retina yang terdiri atas sel neuroblastik yang tidak berdiferensiasi dan merupakan tumor ganas retina pada anak.
PENYEBAB
Retinoblastoma terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13g14. Bisa karena mutasi atau diturunkan.Mutasi terjadi akibat perubahan pada rangkaian basa DNA. Peristiwa ini dapat timbul karena kesalahan replikasi, gerakan, atau perbaikan sel. Mutasi dalam sebuah sel benih akan ditransmisikan kepada turunan sel tersebut. Sejumlah faktor, termasuk virus, zat kimia, sinar ultraviolet, dan radiasi pengion, akan meningkatkan laju mutasi. Mutasi kerapkali mengenai sel somatic dan kemudian diteruskan kepada generasi sel berikutnya dalam suatu generasi.
PATOFISIOLOGI
Retinoblastoma adalah tumor retina yang terdiri atas sel neuroblastik yang tidak berdiferensiasi dan merupakan tumor ganas retina pada anak.
PENYEBAB
Retinoblastoma terjadi karena kehilangan kedua kromosom dari satu alel dominan protektif yang berada dalam pita kromosom 13g14. Bisa karena mutasi atau diturunkan.Mutasi terjadi akibat perubahan pada rangkaian basa DNA. Peristiwa ini dapat timbul karena kesalahan replikasi, gerakan, atau perbaikan sel. Mutasi dalam sebuah sel benih akan ditransmisikan kepada turunan sel tersebut. Sejumlah faktor, termasuk virus, zat kimia, sinar ultraviolet, dan radiasi pengion, akan meningkatkan laju mutasi. Mutasi kerapkali mengenai sel somatic dan kemudian diteruskan kepada generasi sel berikutnya dalam suatu generasi.
PATOFISIOLOGI
Retinoblastoma
merupakan tumor ganas utama intraokuler yang ditemukan pada anak-anak, terutama
pada usia di bawah 5 tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional, dapat
terjadi unilateral (70 %) dan bilateral (30 %). Sebagian besar kasus bilateral
bersifat herediten yang diwariskan melalui kromosom.
Massa
tumor dapat tumbuh ke dalam vitreous
(endofilik) dan tumbuh menembus keluar lapisan retina atau ke ruang
sub retina (endofilik). Kadang-kadang tumor berkembang difus.Pertumbuhan
endofilik lebih umum terjadi. Tumor
endofilik timbul dari lapisan inti dalam lapisan serabut saraf dan
lapisan ganglion retina. Tipe eksofilik timbul dari lapisan inti luar dan dapat
terlihat seperti ablasio retina yang solid.
Perluasan
retina okuler ke dalam tumor vitreous
dapat terjadi pada tipe endofilik dan dapat timbul sebaran
metastase lewat spatium subretina atau melalui tumor vitreous. Selain itu tumor
dapat meluas lewat infiltrasi pada lamina cribrosa langsung ke nervus optikus
dengan perluasan ke lapisan koroid dapat ditemukan infiltrasi vena-vena pada
daerah tersebut disertai metastasis hematogen ke tulang dan sumsung tulang.
Tumor mata ini, terbagi atas
IV stadium, masing-masing:
•
Stadium I: menunjukkan tumor masih terbatas pada retina (stadium tenang)
• Stadium II: tumor terbatas pada bola mata.
• Stadium III: terdapat perluasan ekstra okuler regional, baik yang melampaui ujung nervus optikus yang dipotong saat enuklasi.
• Stadium II: tumor terbatas pada bola mata.
• Stadium III: terdapat perluasan ekstra okuler regional, baik yang melampaui ujung nervus optikus yang dipotong saat enuklasi.
·
Stadium IV: ditemukan
metastase jauh ke dalam otak.
Pada
beberapa kasus terjadi penyembuhan secara
spontan, sering terjadi perubahan degeneratif, diikuti nekrosis dan
klasifikasi. Pasien yang selamat memiliki kemungkinan 50 % menurunkan anak
dengan retinoblastoma.
TANDA
DAN GEJALA
1. Leukokoria
merupakan keluhan dan gejala yang paling sering ditemukan.
2. Tanda dini retinoblastoma adalah mata juling, mata merah atau terdapatnya warna iris yang tidak normal.
2. Tanda dini retinoblastoma adalah mata juling, mata merah atau terdapatnya warna iris yang tidak normal.
3. Tumor dengan
ukuran sedang akan memberikan gejala hipopion, di dalam bilik mata depan,
uveitis, endoftalmitis, ataupun suatu panoftalmitis.
4. Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di dalam bola mata.
5. Bila terjadi nekrosis tumor, akan terjadi gejala pandangan berat.
6. Tajam penglihatan sangat menurun.
4. Bola mata menjadi besar, bila tumor sudah menyebar luas di dalam bola mata.
5. Bila terjadi nekrosis tumor, akan terjadi gejala pandangan berat.
6. Tajam penglihatan sangat menurun.
7. Nyeri
8. Pada tumor
yang besar, maka mengisi seluruh rongga badan kaca sehingga badan kaca terlihat
benjolan berwarna putih kekuning-kuningan dengan pembuluh darah di atasnya.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
-
Ultrasonografi dan tomografi komputer dilakukan terutama untuk pasien dengan
metastase ke luar misalnya dengan gejala proptosis bola mata.
- Elektroretino-gram (ERG), berguna untuk menilai kerusakan luas pada retina.
- Elektro-okulogram (EOG)
- Elektroretino-gram (ERG), berguna untuk menilai kerusakan luas pada retina.
- Elektro-okulogram (EOG)
- Visual Evoked
Respons (VER), berguna untuk mengetahui
adanya perbedaan rangsangan yang sampai ke korteks sehingga dapat
diketahui adanya gangguan rangsangan/penglihatan pada seseorang.
PENATALAKSANAAN
Jenis
terapi
1. Pembedahan
Enukleasi
adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk retinoblastoma. Pemasangan
bola mata palsu dilakukan beberapa minggu setelha prosedur ini, untuk
meminimalkan efek kosmetik. Bagaimanapun, apabila enukleasi dilakukan pada dua
tahun pertama kehidupan, asimetri wajah akan terjadi karena hambatan
pertumbuhan orbita. Bagaimanapun, jika mata kontralateral juga terlibat cukup
parah, pendekatan konservatif mungkin bisa diambil.
Enukleasi
dianjurkan apabila terjadi glaukoma, invasi ke rongga naterior, atau terjadi
rubeosis iridis, dan apabila terapi local tidak dapat dievaluasi karena katarak
atau gagal untuk mengikuti pasien secara lengkap atau teratur. Enuklasi dapat
ditunda atau ditangguhkan pada saat diagnosis tumor sudah menyebar ke
ekstraokular. Massa orbita harus dihindari. Pembedahan intraocular seperti
vitrektomi, adalah kontraindikasi pada pasien retinoblastoma, karena akan
menaikkan relaps orbita.
2. External beam radiotherapy
(EBRT)
Retinoblastroma
merupakan tumor yang radiosensitif dan radioterapi merupakan terapi efektif
lokal untuk khasus ini. EBRT mengunakan eksalator linjar dengan dosis 40-45 Gy
dengan pemecahan konvensional yang meliputi seluruh retina. Pada bayi mudah
harus dibawah anestesi dan imobilisasi selama prosedur ini, dan harus ada
kerjasama yang erat antara dokter ahli mata dan dokter radioterapi untuk memubuat
perencanan. Keberhasilan EBRT tidak hanya ukuran tumor, tetapi tergantung
teknik dan lokasi. Gambaran regresi setelah radiasi akan terlihat dengan
fotokoagulasi. Efek samping jangka panjang dari radioterapi harus diperhatikan.
Seperti enuklease, dapat terjadi komplikasi hambatan pertumbuhantulang orbita,
yang akhirnya akan meyebabkan ganguan kosmetik. Hal yang lebih penting adalah
terjadi malignasi skunder.
3. Radioterapi plaque
Radioaktif
episkeral plaque menggunakan 60 Co, 106 Ro, 125 I sekarang makin sering
digunakan untuk mengobati retinoblastoma. Cara itu biasanya digunakan untuk
tumoryang ukurannya kecil sa,pai sedang yang tidak setuju dengan kryo atau
fotokoagulasi, pada kasus yang residif setelah EBRT, tetapi akhir-akhir ini
juga digunakan pada terapi awal, khusunya setelah kemoterapi. Belum ada bukti
bahwa cara ini menimbulkan malignansi sekunder.
4. Kryo atau fotokoagulasi
Cara ini
digunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5 mm) dan dapat diambil.
Cara ini sudah secara luas digunakan dan dapat diulang beberapa kali sampai
kontrol lokal terapi. Kryoterapi
biasanya ditujukan unntuk tumorbagian depan dan dilakukan dengan petanda kecil
yang diletakkan di konjungtiva. Sementara fotokoagulasi secara umum digunakan
untuk tumor bagian belakang baik menggunakan laser argon atau xenon.
Fotokoagulasi tidak boleh diberikan pada tumor dekat makula atau diskus
optikus, karena bisa meninggalkan jaringan parut yang nantinya akan menyebabkan
ambliopi. Kedua cara ini tidak akan atau sedikit menyebabkan komplikasi jangka
panjang.
5. Modalitas yang lebih baru
Pada
beberapa tahun terakhir,banyak kelompok yang menggunakan kemoterapi sebagai
terapi awal untuk kasus interaokular, dengan tujuan untuk mengurabgi ukuran
tumor dan membuat tumor bisa diterapi secara lokal. Kemoterapi sudah dibuktikan
tidak berguna untuk kasus intraocular, tetapi dengan menggunakan obat yang
lebih baru dan lebih bisa penetrasi ke mata, obat ini muncul lagi. Pendekatan
ini digunakan pada kasus-kasus yang tidak dilakukan EBICT atau enukleasi,
khususnya kasus yang telah lanjut. Carboplatin baaik sendiri atau dikombinasi
dengan vincristine dan VP16 atau VM26 setelah digunakan. Sekarang kemoreduksi
dilakukan sebagai terspi awal kasus retinoblastoma bilateral dan mengancam
fungsi mata.
6. Kemoterapi
Protocol
adjuvant kemoterapi masih kontrovensial. Belum ada penelitian yang luas,
prospektif dan random. Sebagian besar penelitian didasarkan pada sejumlah kecil
pasien dengan perbedaan resiko relaps. Selain itu juga karena kurang
diterimanya secra luas sistem stadium yang dibandingkan dengan berbagai macam
variasi. Sebagian besar penelitian didasarkan pada gambaran factor risiko
secara histopatologi.
Penentuan
stadium secara histopatologi setelah enukleasi sangat penting untuk menentukan
risiko relaps. Banyak peneliti memberikan kemoterapi adjuvant untuk
pasien-pasien retinoblastoma intraokular dan memiliki faktor risiko potensial
seperti nervus optikus yang pendek (< 5 mm), tumor undifferentiated, atau
invasi ke nervus optikus prelaminar. Kemoterapi ingtratekal dan radiasi
intracranial untuk mencegah penyebaran ke otak tidak dianjurkan.
Apabila
penyakitnya sudah menyebar ke ekstraokuler, kemoterapi awal dianjurkan. Obat
yang digunakan adalah carboplatin, cis;platin, etoposid, teniposid, sikofosfamid,
ifosfamid, vinkristin, adriamisin, dan akhir-akhir ini adalah dikombinasi
dengan idarubisin. Meskipun laporan terakhir menemukan bahwa invasi keluar
orbita dan limfonodi preauricular dihubungkan dengan keluaran yang buruk,
sebagian besar pasien ini akan mencapai harapan hidup yang panjang dengan
pendekatan kombinasi kemoterapi, pembedahan, dan radiasi. Meskipun remisi bisa
dicapai oleh pasien dengan metastasis, biasanya mempunyai kehidupan pendek. Hal
ini biasanya dikaitkan dengan ekspresi yang belebihan p 170 glikoprotein pada
retinoblastoma, yang dihubungkan dengan multidrug resistance terhadap
kemoterapi.
Semua
tujuan terapi adalah merusak tumor dan mempertahankan penglihatan yang
memungkinkan tanpa membahayakan hidup. Terapi
primer retinoblastoma unilateral biasanya enuklasi, kendatipun pada
kasus-kasus tertentu, alternatif seperti krioterapi, fotokoagulan atau radiasi
dapat dipertimbangkan.
• Bila tumor masih terbatas intraokuler, pengobatan dini mempunyai prognosis yang baik, tergantung dari letak, besar dan tebal.
• Pada tumor yang masih intraokuler dapat dilakukan krioterapi, fotokoagulasi laser, atau kombinasi sitostatik dan fotokoagulasi laser untuk mempertahankan visus.
• Bila tumor masih terbatas intraokuler, pengobatan dini mempunyai prognosis yang baik, tergantung dari letak, besar dan tebal.
• Pada tumor yang masih intraokuler dapat dilakukan krioterapi, fotokoagulasi laser, atau kombinasi sitostatik dan fotokoagulasi laser untuk mempertahankan visus.
•
Pada tumor intraokuler yang sudah mencapai
seluruh vitreous dan visus nol, dilakukan enuklasi.
•
Bila tumor telah keluar bulbus okuli,
tapi masih terbatas di rongga orbita, dilakukan
kombinasi eksenterasi, radioterapi, dan kemoterapi.
Pasien harus terus dievaluasi seumur hidup karena 20 – 90 % pasien retinoblastoma bilateral akan menderita tumor ganas primer, terutama osteosarkoma.
PROGNOSIS
Pasien harus terus dievaluasi seumur hidup karena 20 – 90 % pasien retinoblastoma bilateral akan menderita tumor ganas primer, terutama osteosarkoma.
PROGNOSIS
Tumor
mempunyai prognosis baik bila ditemukan
dini dan intraokuler. Prognosis sangat buruk
bila sudah tersebar ekstra ocular pada
saat pemeriksaan pertama. Tumor dapat masuk ke dalam otak melalui saraf
optik yang terkena infiltrasi sel tumor.
DIIT
·
Makanan mengandung
vitamin A
·
Makanan tinggi
karbohidrat, tinggi protein
FARMAKOLOGI
·
Cytoxson
·
Vincristine (oncovin)
·
Dactinomycin
·
Doxorubicin
·
Cisplaxin
·
Infosfamide
·
Methotrexate
Asuhan
Keperawatan Pada Klien Gangguan Persepsi Sensori dengan Retinoblastoma
Kasus
An. Ramon (15 bulan), dirawat di ruang anak karena
retinoblastoma. Dari pemeriksaan fisik di dapatkan pupil berwarna putih,
disertai strabismus dan kemerahan di sekitar mata. Dan akan dilakukan
enukleasi. TTV menunjukkan RR 38x/ menit, Nadi 108x/ menit, dan Suhu 37.4o
C.
Analisa
Data
Data
|
Problem
|
Etiologi
|
DS: -
DO:
•
Hasil
PF: pupil berwarna putih, disertai strabismus, dan kemerahan disekitar mata.
•
Akan
dilakukan enukleasi.
• Hasil TTV: RR 38x/ menit, Nadi
108x/ menit, dan Suhu 37.4o C.
|
Gangguan
Persepsi Sensori (Visual)
|
Perubahan
Sensori Persepsi
|
Prioritas
Diagnosa
Gangguan
persepsi sensori (visual) berhubungan dengan perubahan sensori persepsi
ditandai dengan hasil PF: pupil berwarna putih, disertai strabismus, dan
kemerahan disekitar mata, akan dilakukan enukleasi, hasil TTV: RR 38x/ menit,
Nadi 108x/ menit, dan Suhu 37.4o C.
Intervensi
Tgl/Jam
|
NO DP
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
Ttd
|
Selasa,
31 Januari 2012
08.00
|
1
|
Gangguan
persepsi sensori dapat teratasi setelah dilakukan tindakan keperawata selama
5x24 jam, dengan kriteria hasil:
•
Warna
pupil kembali normal.
•
Tidak
ada kemerahan di sekitar mata pasien.
•
Anak
dapat melihat.
•
RR
25-60x/ menit
•
Nadi
100-120x/ menit
• Suhu 36.5-37.5o C.
|
•
Monitor
TTV (RR, Nadi, Suhu, dan SpO2) tiap 8 jam.
•
Monitor
kesadaran pasien.
•
Monitor
keadaan mata pasien.
•
Kolaborasi
dengan dokter untuk pemeriksaan ERG (Elektroretino-gram).
•
Kolaborasi
dengan dokter untuk Kemoterapi.
•
Lanjutkan
kolaborasi dengan dokter untuk operasi enukleasi.
|
• Mengukur tanda-tanda vital pada
pasien maka dapat diketahui adanya perubahan RR, Nadi, Suhu, dan SpO2 karena
pasien gangguan pada visual metabolisme dalam tubuhnya sering berubah-ubah
karena adanya tumor pada retinanya.
• Memantau kesadaran pasien dapat
membantu untuk mengetahui adanya penurunan kesadaran pada pasien, karena
pasien dengan tumor pada retina ada kemungkinan tumornya bisa menyebar dan
mengenai otak yang berpengaruh pada kualitas kesadarannya sehingga dapat
diberikan tindakan yang tepat.
• Memeriksa keadaan mata pasien
dapat membantu untuk mengetahui kondisi mata pasien berubah menjadi buruk
atau adanya tanda dan gejala penyerta lainnya sehingga dapat diberikan
tindakan dan terapi yang sesuai.
• Pemeriksaan ERG dapat membantu
untuk mengetahui secara pasti sejauh mana luas kerusakan pada retina pasien
karena adanya tumor.
• Pemberian kemoterapi dapat
membantu mematikan sel kanker baru untuk meminimalkan adanya penyebaran sel
kanker yang lebih luas sehingga membantu mengembalikan kondisi pasien ke arah
yang lebih baik.
•
Operasi
enukleasi dapat membantu untuk mengangkat tumor yang mengenai retina pasien.
|
|
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Retinoblastoma adalah
suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel kerucut sel batang) atau sel
glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor ganas intraokuler yang ditemukan pada
anak-anak, terutama pada usia dibawah lima tahun. Tumor berasal dari jaringan
retina embrional. Dapat terjadi unilateral (70%) dan bilateral (30%). Sebagian
besar kasus bilateral bersifat herediter yang diwariskan melalui kromosom.
Pasien dengan retinoblastoma harus diberikan perawatan secara intensif
dan perlunya pengetahuan dari pihak keluarga agar penyakit tersebut tidak
mengalami komplikasi. Dan kita sebagai perawat harus mampu memberikan edukasi
tentang gejala dini retinoblastoma agar dapat segera diobati.
3.2 Saran
Kami para tim penyusun sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun agar makalah yang selanjutnya dapat lebih baik lagi.
Daftar
Pustaka
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana
asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.
Voughan, Dale. 2000. Oftalmologi
umum. Jakarta :widya medika.
Permono, Bambang, dkk. 2006. Buku
ajar hematologi-onkologi anak. Jakarta:Badan Penerbit IDAI.
Betz,
Cecily L., Buku Saku Keperawatan Pediatri, edisi 3, Jakarta, EGC, 2002
Dudley, H.A.F., Hamilton Bailey Ilmu Bedah Gawat
Darurat, Edisi 11, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 1992.
Smeltzer,
Suzanne C., Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi
8, Jakarta, EGC, 2001.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar