Makalah Asuhan Keperawatan GGA dan GGK....
1. Data Dasar pengkajian Pasien
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Gagal ginjal atau Acute renal failure
(ARF) dapat diartikan sebagai penurunan cepat/tiba-tiba atau parah pada fungsi
filtrasi ginjal. Kondisi ini biasanya ditandai oleh peningkatan konsentrasi
kreatinin serum atau azotemia (peningkatan konsentrasi BUN [Blood Urea
Nitrogen] ). Akan tetapi biasanya segera setelah cedera ginjal terjadi, tingkat
konsentrasi BUN kembali normal, sehingga yang menjadi patokan adanya kerusakan
ginjal adalah penurunan produksi urin.
Angka kematian di AS akibat gagal ginjal
akut berkisar antara 20-90%. Kematian di dalam RS 40-50% dan di ICU sebesar
70-89%. Kenaikan 0,3 mg/dL kreatinin serum merupakan prognostik penting yang
signifikan.
Peningkatan kadar kreatinin juga bisa
disebabkan oleh obat-obatan (misalnya cimetidin dan trimehoprim) yang
menghambat sekresi tubular ginjal. Peningkatan tingkat BUN juga dapat terjadi
tanpa disertai kerusakan ginjal, seperti pada perdarahan mukosa atau saluran
pencernaan, penggunaan steroid, pemasukan protein. Oleh karena itu diperlukan
pengkajian yang hati-hati dalam menentukan apakah seseorang terkena kerusakan
ginjal atau tidak
Tujuan
1.
Untuk memahami definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, gambaran klinis,
diagnosis, penatalaksanaan dan Asuhan keperawatan pada Gagal Ginjal Akut (GGA).
2.
Meningkatkan kemampuan dalam penulisan asuhan keperawan
3.
Memenuhi salah satu tugas perkuliahan Patologi di Akademi Perawatan Pemda
Cianjur
BAB II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
Gagal ginjal akut ( GGA ) adalah
suatu keadaan fisiologik dan klinik yang ditandai dengan pengurangan tiba-tiba
glomerular filtration rate (GFR) dan perubahan kemampuan fungsional ginjal
untuk mempertahankan eksresi air yang cukup untuk keseimbangan dalam tubuh.
Atau sindroma klinis akibat kerusakan metabolik atau patologik pada ginjal yang
ditandai dengan penurunan fungsi yang nyata dan cepat serta terjadinya
azotemia. (Davidson 1984).
Gagal ginjal akut adalah penurunan laju
filtrasi glomerulus secara tiba-tiba, sering kali dengan oliguri, peningkatan
kadar urea dan kreatinin darah, serta asidosis metabolic dan hiperkalemia. ( D.
Thomson 1992 : 91 )
B. Anatomi.
Ginjal berukuran panjang 11-12 cm,
lebar 5-7 cm, tebal 2,3-3 cm, kira-kira sebesar kepalan tangan manusia dewasa.
Ginjal terbentuk oleh unit yang disebut nephron yang berjumlah 1-1,2 juta buah
pada tiap ginjal. Unit nephron dimulai dari pembuluh darah halus / kapiler,
bersifat sebagai saringan disebut Glomerulus, darah melewati glomerulus/
kapiler tersebut dan disaring sehingga terbentuk filtrat (urin yang masih
encer) yang berjumlah kira-kira 170 liter per hari, kemudian dialirkan melalui
pipa/saluran yang disebut Tubulus. Urin ini dialirkan keluar ke saluran
Ureter,kandung kencing, kemudian ke luar melalui Uretra.
C. Fisiologi
Ginjal adalah organ yang mempunyai
pembuluh darah yang sangat banyak (sangat vaskuler) tugasnya memang pada
dasarnya adalah ”menyaring/membersihkan” darah. Aliran darah ke ginjal adalah
1,2 liter/menit atau 1.700 liter/hari, darah tersebut disaring menjadi cairan
filtrat sebanyak 120 ml/menit (170 liter/hari) ke Tubulus. Cairan filtrat ini
diproses dalam Tubulus sehingga akhirnya keluar dari ke-2 ginjal menjadi urin
sebanyak 1-2 liter/hari.
Fungsi :
1. Bertugas sebagai sistem filter/saringan,
membuang ”sampah”.
2. Menjaga keseimbangan cairan tubuh.
3. Produksi hormon yang mengontrol tekanan
darah.
4. Produksi Hormon Erythropoietin yang
membantu pembuatan sel darah merah.
5. Mengaktifkan vitamin D untuk memelihara
kesehatan tulang.
D.
ETIOLOGI
Tiga kategori utama kondisi
penyebab GGA adalah :
B.1. Pra Renal
Ø Dimana aliran darah akibat
hipoperfusi ginjal dan turunnya laju filtrasi glomerulus.
Ø Penurunan volume vaskuler
Ø Kehilangan darah/plasma : perdarahan
luka baker
Ø Kehilangan cairan ekstraselluer :
muntah,diare
Ø Kenaikan kapasitas kapiler :
Sepsis, Blokade ganglion, Reaksi anafilaksis
Ø Penurunan curah jantung/kegagalan
pompa jantung : Renjatan kardiogenik,Payah jantung kongestif, Dysritmia, Emboli
paru, Infark jantung.
B.2. Intra Renal
Ø Akibat dari kerusakan struktur
glomerulus atau tubulus distal.
Ø Kondisi seperti terbakar,udema
akibat benturan dan infeksi dan agen nefrotik dapat menyebabkan nekrosi tubulus
akut (ATN)
Ø Berhentinya fungsi renal.
Ø Reaksi transfusi yang parah juga
gagal intra renal.hemoglobin dilepaskan melalui mekanisme hemolisis melewati
membran glomerulus dan terkonsentrasi ditubulus distal menjadi faktor
terbentuknya hemoglobin.
Ø Faktor penyebab adalah :
pemakaian obat-obat anti inflamasi, non steroid terutama pada pasien lansia.
B.3. Pasca Renal
Ø Obstruksi dibagian distal ginjal
Ø Tekanan ditubulus distal menurun,
akhirnya laju filtrasi glomerulus meningkat
E. MANIFESTASI KLINIK
v Haluaran urine sedikit, Mengandung
darah,
v Peningkatan BUN dan kreatinin,
v Anemia,
v Hiperkalemia,
v Asidosis metabolic,
v Udema,
v Anoreksia,nause,vomitus,
v Turgor kulit jelek,gatal-gatal pada kulit.
v Peningkatan BUN dan kreatinin,
v Anemia,
v Hiperkalemia,
v Asidosis metabolic,
v Udema,
v Anoreksia,nause,vomitus,
v Turgor kulit jelek,gatal-gatal pada kulit.
F. PATOFISIOLOGI
Beberapa kondisi berikut yang
menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan gangguan fungsi ginjal :
hipovelemia, hipotensi, penurunan curah jantung dan gagal jantung kongestif,
obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat tumor, bekuan darah atau
ginjal, obstruksi vena atau arteri bilateral ginjal. Jika kondisi itu ditangani
dan diperbaiki sebelum ginjal rusak secara permanen, peningkatan BUN, oliguria
dan tanda-tanda lain yang berhubungan dengan gagal ginjal akut dapat ditangani.
Terdapat 4 tahapan klinik dari gagal
ginjal akut yaitu :
1. Stadium awal dengan awitan awal
dan diakhiri dengan terjadinya oliguria.
2. Stadium Oliguria. Volume
urine 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai meningkat
diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda-beda, tergantung
dari kadar dalam diit. Pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai meningkat
melebihi kadar normal.
Azotemia biasanya ringan kecuali bila
penderita mengalami stress akibat infeksi, gagal jantung atau dehidrasi. Pada
stadium ini pula mengalami gelala nokturia (diakibatkan oleh kegagalan
pemekatan) mulai timbul. Gejala-gejala timbul sebagai respon terhadap stress
dan perubahan makanan dan minuman yang tiba-tiba. Penderita biasanya tidak
terlalu memperhatikan gejala ini.
Gejala pengeluaran kemih waktu malam hari yang menetap sampai sebanyak 700 ml atau penderita terbangun untuk berkemih beberapa kalipada waktu malam hari. Dalam keadaan normal perbandingan jumlah kemih siang hari dan malam hari adalah 3 : 1 atau 4 : 1. Sudah tentu nokturia kadang-kadang terjadi juga sebagai respon teehadap kege;isahan atau minum yang berlebihan.
Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang terutamam menyerang tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang dan jarang lebih dari 3 liter/hari. Biasanya ditemukan anemia pada gagal ginjal dengan faal ginjal diantara 5%-25 %. Faal ginjal jelas sangat menurun dan timbul gelala-gejala kekurangan farahm tekanan darah akan naik, terjadi kelebihan, aktifitas penderita mulai terganggu.
Gejala pengeluaran kemih waktu malam hari yang menetap sampai sebanyak 700 ml atau penderita terbangun untuk berkemih beberapa kalipada waktu malam hari. Dalam keadaan normal perbandingan jumlah kemih siang hari dan malam hari adalah 3 : 1 atau 4 : 1. Sudah tentu nokturia kadang-kadang terjadi juga sebagai respon teehadap kege;isahan atau minum yang berlebihan.
Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang terutamam menyerang tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang dan jarang lebih dari 3 liter/hari. Biasanya ditemukan anemia pada gagal ginjal dengan faal ginjal diantara 5%-25 %. Faal ginjal jelas sangat menurun dan timbul gelala-gejala kekurangan farahm tekanan darah akan naik, terjadi kelebihan, aktifitas penderita mulai terganggu.
3. Stadium III.
Semua gejala sudah jelas dan penderita
masuk dalam keadaan dimana tak dapat melakukan tugas sehari-hari sebagaimana
mestinya. Gejala-gejala yang timbul antara lain mual, muntah, nafsu makan
berkurang, kurang tidur, kejang-kejang dan akhirnya terjadi penurunan kesadaran
sampai koma. Stadium akhir timbul pada sekitar 90 % dari masa nefron telah
hancur. Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal dan kadar kreatinin mungkin
sebesar 5-10 ml/menit atau kurang. Pada keadaan ini kreatnin serum dan kadar
BUN akan meningkat dengan sangat mencolok sebagai penurunan. Pada stadium akhir
gagal ginjal, penderita merasakan gejala yang cukup parah karene ginjal tidak
sanggup lagi mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit dalam tubuh.
Penderita biasanya menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang dari 500/hari
karena kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mula-mula menyerang
tubulus ginjal. Kompleks menyerang tubulus ginjal, kompleks perubahan biokimia
dan gejala-gejala yang dinamakan sindrom uremik memepengaruhi setip sisitem
dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita pasti akan meninggal
kecuali ia mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialisis.
G. TES DIAGNOSTIK
a. Urine : Volume, Warna,
Sedimen, Berat jenis, Kreatinin, Protein.
b. Darah : BUN/kreatinin, Hitung
darah lengkap, Sel darah merah, Natrium serum, Kalium, Magnesium fosfat,
Protein, Osmolaritas serum.
c. KUB Foto : Menunjukkan ukuran
ginjal/ureter/kandung kemih dan adanya obstruksi .
d. Pielografi retrograd :
Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.
e. Arteriogram ginjal : Mengkaji
sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstraskular, massa.
f. Sistouretrogram berkemih :
Menunjukkan ukuran kandung kemih,refluks ureter,retensi
g. Ultrasono ginjal : Menunjukkan
ukuran kandung kemih, dan adanya massa, kista, obstruksi pada saluran
perkemihan bagian atas.
h. Biopsi ginjal : Mungkin
dilakukan secara endoskopi untuk menetukan sel jaringan untuk diagnosis
histologis
i. Endoskopi ginjal
nefroskopi : Dilakukan untuk menemukan pelvis ginjal ; keluar batu, hematuria
dan pengangkatan tumor selektif
j. EKG : Mungkin abnormal
menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa, aritmia, hipertrofi
ventrikel dan tanda-tanda perikarditis.
H. Penatalaksanaan
1. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah
komplikasi gagal ginjal akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis
dan kejang. Perikarditis memperbaiki abnormalitas biokimia ; menyebabkan
caiarn, protein dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas ; menghilangkan
kecendurungan perdarahan ; dan membantu penyembuhan luka.
2. Penanganan
hiperkalemia
Keseimbangan cairan dan elektrolit
merupakan masalah utama pada gagal ginjal akut ; hiperkalemia merupakan kondisi
yang paling mengancam jiwa pada gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau
akan adanya hiperkalemia melalui serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum
( nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI : 5.5 mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak
gelombang T rendah atau sangat tinggi), dan perubahan status klinis. Pningkatan
kadar kalium dapat dikurangi dengan pemberian ion pengganti resin (Natrium
polistriren sulfonat [kayexalatel]), secara oral atau melalui retensi enema.
3. Mempertahankan keseimbangan
cairan
Penatalaksanaan keseimbanagan cairan
didasarkan pada berat badan harian, pengukuran tekanan vena sentral,
konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang, tekanan darah dan status klinis
pasien. Masukkan dan haluaran oral dan parentral dari urine, drainase lambung,
feses, drainase luka dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk
terapi penggantia cairan.
I. PENGKAJIAN
1. Data Dasar pengkajian Pasien
a. Aktivitas /Istirahat : Apakah
ada gejala keletihan,kelemahan
b. Sirkulasi : Apakah ada hipotensi
edema jaringan umum, pucat
c. Eliminasi : Perubahan pola
berkemih, disuria , retensi abdomen kembung
d. Makanan/cairan : Peningkatan
berat badan (Oedem), penurunan berat badan, mual ,muntah, anoreksia. Nyeri ulu
hati
e. Neurosensori : Sakit kepala,
kram otot/kejang
f. Pernapasan : Dispnea,
takipnea, peningkatan frekuensi dan kedalaman pernapasan, bau ammonia, batuk
produktif.
g. Keamanan : demam,
petekie,pruritus, kulit kering
J. Diagnosa keperawatan
Diagnosa Keperawatan pasien dengan
gagal ginjal akut (ARF)
1.
Peningkatan volume cairan tubuh bd penurunan fungsi ginjal
Intervensi :
a. Kaji keadaan udema
Rasional :
Edema menunjukan perpindahan cairan krena
peningkatan permebilitas sehingga mudah ditensi oleh akumulasi cxairan walaupun
minimal, sehingga berat badan dapat meningkat 4,5 kg
b. Kontrol intake danout put
per 24 jam.
Rasional :
Untuk mengetahui fungsi ginjal, kebutuhan
penggantian cairan dan penurunan kelebihan resiko cairan.
c. Timbang berat badan tiap hari
Rasional :
Penimbangan berat badan setiap hari
membantu menentukan keseimbangan dan masukan cairan yang tepat.
A. Penimbangan
B. Lebih dari 0.5 kg/hari dapat
menunjukan perpindahan kesimbangan cairan
d. Beritahu keluarga agar
klien dapat membatasi minum
Rasional :
Manajemen cairan diukur untuk
menggantikan pengeluaran dari semua sember ditambah perkiraan yang tidak
nampak. Pasien dengan kelebihan cairan yang tidak responsif terhadap pembatasan
caiaran dan diuretic membutuhkan dialysis.
e. Penatalaksanaan pemberian
obat anti diuretik.
Rasional :
Obat anti diuretic dat melebarkan lumen tubular
dari debris, menurunkan hiperkalemia dan meningkatkan volume urine adekuat.
Misalnya : Furosemide.
f. Kolaborasi
pemeriksaan laboratorium fungsi ginjal.
Rasional :
Hasil dari pemeriksaan fungsi ginjal
dapat memberikan gambaran sejauh mana terjadi kegagalan ginjal.
2. Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b/d anoreksia, vomitus, nausea.
a. Observasi status klien dan
keefektifan diet.
Rasional :
Membantu dalam mengidentifikasi dan
kebutuhan diet, kondisi fisik umum, gejala uremik dan pembatasan diet
mempengaruhi asupan makanan.
b. Berikan dorongan hygiene
oral yang baik sebelum dan setelah makan.
Rasional :
Higiene oral yang tepat mencegah bau
mulut dan rasa tidak enak akibat mikroorganisme, membantu mencegah stomatitis.
c. Berikan makanan TKRGR
Rasional :
Lemak dan protein tidak digunakan sebagai
sumber protein utama, sehingga tidak terjadi penumpukan yang bersifat asam,
serta diet rendah garam memungkinkan retensi air kedalam intra vaskuler.
d. Berikan makanan dalam
porsi kecil tetapi sering.
Rasional :
Meminimalkan anoreksia, mual sehubungan
dengan status uremik.
e. Kolaborasi pemberian obat
anti emetic.
Rasional :
Antiemetik dapat menghilangkan mual dan
muntah dan dapat meningkatkan pemasukan oral.
3. Aktivity intolerans b/d kelemahan.
Intervensi:
a. Kaji kebutuhan pasien dalam
beraktifitas dan penuhi kebutuhan ADL
Rasional :
Memberi panduan dalam penentuan pemberian
bantuan dalam pemenuhan ADL.
b. Kaji tingkat kelelahan.
Rasional :
Menentukan derajat dan efek
ketidakmampun.
c. Identifikasi factor
stess/psikologis yang dapat memperberat.
Rasional :
Mempunyai efek akumulasi (sepanjang
factor psykologis) yang dapat diturunkan bila ada masalah dan takut untuk
diketahui.
d. Ciptakan lingkungan tengan
dan periode istirahat tanpa gangguan.
Rasional :
Menghemat energi untuk aktifitas
perawatan diri yang diperlukan.
e. Bantu aktifitas perawatan
diri yang diperlukan.
Rasional :
Memungkinkan berlanjutnya aktifitas yang
dibutuhkan memberika rasa aman bagi klien.
f. Kolaborasi pemeriksaan
laboratorium darah.
Rasional :
Ketidak seimbangan Ca, Mg, K, dan Na,
dapat menggangu fungsi neuromuscular yang memerlukan peningkatan penggunaan
energi Ht dan Hb yang menurun adalah menunjukan salah satu indikasi teerjadinya
gangguan eritopoetin.
4. Kecemasan B/D ketidak
tahuan proses penyakit.
Intervensi :
a. Kaji tingkat kecenmasan klien.
Rasional :
Menentukan derajat efek dan kecemasan.
b. Berikan penjelasan yang
akurat tentang penyakit.
Rasional :
Klien dapat belajar tentang penyakitnya
serta penanganannya, dalam rangka memahami dan menerima diagnosis serta
konsekuensi mediknya.
c. Bantu klien untuk
mengidentifikasi cara memahami berbagai perubahan akibat penyakitnya.
Rasional :
Klien dapat memahami bahwa kehidupannya
tidak harus mengalami perubahan berarti akibat penyakit yang diderita.
d. Biarkan klien dan keluarga
mengekspresikan perasaan mereka.
Rasional :
Mengurangi beban pikiran sehingga dapat
menurunkan rasa cemas dan dapat membina kbersamaan sehingga perawat lebih mudah
untuk melaksanakan intervensi berikutnya.
e. Memanfaatkan waktu
kunjangan yang fleksibel, yang memungkinkan kehadiran kelurga.
Rasional : Mengurangi tingkat kecemasan
dengan menghadirkandukungan keluarga.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Gagal ginjal akut ( GGA ) adalah suatu
keadaan fisiologik dan klinik yang ditandai dengan pengurangan tiba-tiba
glomerular filtration rate (GFR) dan perubahan kemampuan fungsional ginjal
untuk mempertahankan eksresi air yang cukup untuk keseimbangan dalam tubuh. Atau
sindroma klinis akibat kerusakan metabolik atau patologik pada ginjal yang
ditandai dengan penurunan fungsi yang nyata dan cepat serta terjadinya
azotemia..
Peningkatan kadar kreatinin juga bisa
disebabkan oleh obat-obatan (misalnya cimetidin dan trimehoprim) yang
menghambat sekresi tubular ginjal. Peningkatan tingkat BUN juga dapat terjadi
tanpa disertai kerusakan ginjal, seperti pada perdarahan mukosa atau saluran
pencernaan, penggunaan steroid, pemasukan protein. Oleh karena itu diperlukan
pengkajian yang hati-hati dalam menentukan apakah seseorang terkena kerusakan
ginjal atau tidak
-Saran
1. Berikan penjelasan
yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya dan untuk mencegah terjangkitnya
penyakit gagal ginjal dan mempercepat penyembuhan.
2. Penatalaksanaan yang
efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan
mencegah terjadinya komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Anderton,J.L,dkk. 1992. Nefrologi.Jakarta:Hipokrates
Price,SA.1995. Patofisiologi. Jakarta: EGC
Price,SA.1995. Patofisiologi. Jakarta: EGC
2. Lynda Juall
carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan, Diagnosis
Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2, EGC, Jakarta, 1999.
ASUHAN
KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GAGAL GINJAL KRONIS
Kasus
:
Tn.
Beno (44 tahun) BB 50 kg, TB 145 cm dirawat di RS dengan dx. Medis GGK.
Klien adalah seorang sopir bis malam,
sering minum-minuman berenergi. Dari
hasil pengkajian didapatkan data klien mengeluh nyeri pinggangnya dengan skala
5, seperti ditusuk-tusuk, tidak BAK selama 2 hari. Klien tampak edema anasarka
+3, TD 150/90 mmHg, nafas bau amoniak, uremic frost (+), mengeluh gatal pada
kulit, ureum 200mg/dl, kretinin 10 mg/dl, Hb 10 mg/dl, Na 160 mmol, K 7mmol,
terlihat gejala osteoporosis, leukopenia, trombositopenia,. Pasien sudah 2 kali
cuci darah dan direncanakan transplantasi ginjal. Pasien mendapatkan diit uremic. Ditangan kiri Pasien terpasang
AV shunt.
PENGKAJIAN
Riwayat keperawatan
masa lalu : Pasien sudah 2x cuci
darah.
Riwayat keperawatan
saat ini : Pasien direncanakan
transplantasi ginjal.
PENGKAJIAN POLA GORDON
1.
Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
·
Tau penyebab sakitnya?
·
Sering minum-minuman berenergi
2.
Pola Nutrisi dan Metabolik
·
Minum berapa gelas per hari?
·
Pasien mendapat diit uremic.
3.
Pola Eliminasi
·
Tidak BAK selama 2 hari
4.
Pola Aktivitas-Latihan
·
Aktivitasnya terganggu (pekerjaan
sebagai sopir terganggu?)
5.
Pola Tidur-Istirahat
·
Sering terbangun saat tidur?
·
Frekuensi tidur dalam sehari?
6.
Pola Persepsi-sensori
·
Mengeluh nyeri pinggang, skala 5 nyeri
seperti ditusuk-tusuk.
·
Mengeluh gatal pada kulit.
7.
Pola Koqnitif- Konsep diri
8.
Pola Peran dan Hubungan
9.
Pola Koping Terhadap Stres
10.
Pola Reproduksi
11.
Pola Nilai dan Kepercayaan
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Hasil Lab :
·
Uremic frost (+),
·
Ureum 200mg/dl,
·
Kretinin 10 mg/dl,
·
Hb 10 mg/dl,
·
Na 160 mmol,
·
K 7mmol,
·
Leukopenia,
·
Trombositopenia
PEMERIKSAAN
FISIK
KU : Nafas
bau amoniak, terlihat gejala osteoporosis, di tangan kiri terpasang AV shunt.
TTV : TD
:150/90 mmHg
Head to toe :
·
Mata :
konjungtiva : anemis??
Periorbital :
edema?
·
Dahi :
finger print (+/-)?
·
Mulut :
mukosa bibir : kering?
·
Kulit :
Gatal?edema anasarka?perdarahan bawah kulit?
·
Jantung :
Inspeksi : IC terlihat?
Palpasi : IC
teraba?ukuran(</> 1cm)
Perkusi : pekak?
Auskultasi :
BJ I(lup dup)
·
Paru :
Inspeksi : datar?cembung?cekung?
Palpasi : vocal premitus
paru kanan kiri sama?
Perkusi : pekak (efusi
pleura)
Auskultasi : ronkhi(efusi
pleura)
·
Abdomen: edema
·
Ginjal :
Palpasi : nyeri tekan pinggang
Perkusi : nyeri?
ANALISA DATA
Data
|
Masalah
|
Etiologi
|
DS : Mengeluh nyeri pinggang skala 5, nyeri
seperti ditusuk-tusuk.
DO :TD:150/90 mmHg
![]()
DS : mengeluh tidak bisa BAK 2 hari
DO: TD: 150/90 mmHg, creatinin 10
mg/dl, anuria, ureum 200mg/dl, uremic frost (+)
DS :
DO: tampak edema anasarka, Na 160
mmol, K 7mmol, TD: 150/90 mmHg
![]()
DS: pasien mengeluh gatal di kulit.
DO: Hb 10 mg/dl, terlihat gejala
osteoporosis, trombositopeni, leukopeni.
|
Nyeri akut
Perfusi jaringan renal tidak efektif
Kelebihan volume cairan
Resiko cidera
|
Agen cidera biologi
Peningkatan masalah
Mekanisme pengaturan melemah
Abnormalitas tes darah, kerusakan
kulit, kerusakan mobilitas.
|
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera biologi ditandai dengan Mengeluh nyeri pinggang skala 5, nyeri seperti
ditusuk-tusuk, TD:150/90 mmHg.
2.
Perfusi jaringan renal tidak efektif
berhubungan dengan peningkatan masalah ditandai dengan mengeluh tidak bisa BAK
2 hari TD: 150/90 mmHg, creatinin 10 mg/dl, anuria, ureum 200mg/dl, uremic
frost (+).
3.
Kelebihan volume cairan berhungan dengan
mekanisme pengaturan yang melemah ditandai dengan tampak edema anasarka, Na 160
mmol, K 7mmol, TD: 150/90 mmHg.
4.
Resiko cidera berhubunagn dengan
Abnormalitas tes darah, kerusakan kulit, kerusakan mobilitas.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Tgl/
jam
|
No. DP
|
Tujuan/kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
|
1.
|
Nyeri akut teratasi setelah dilakukan
tindakan keperawtan selama 2x24 jam dengan kriteria hasil:
-
Pasien tidak mengeluh nyeri
-
TD: 120/80mmHg
Perfusi jaringan renal efektif setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 7x24 jam dengan kriteria hasil:
-
Pasien bisa BAK 5-6 x sehari
-
TD: 120/80mmHg
-
Kreatinin 0,5-1,5 mg/dl
-
Ureum 20-40 mg/dl
-
Uremic frost (-)
Kelebihan cairan teratasi setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil :
-
Tidak terjadi edema
-
Na : 136-145 mmol/l
-
K : 3,5-5,1 mmol/l
-
TD 120/80
Cidera tidak terjadi setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam dengan kriteria hasil :
-
Hb 12-18 mg/dl
-
Tidak terjadi osteoporosis
-
Trombost 150-450 k/ul
-
Leukosit 5-10 10^3/ul
|
1.
Monitor skala nyeri (PQRST)
2.
Monitor TD, nadi RR
3.
Ajarkan dan anjurkan teknik
relaksasi distraksi
4.
Kolaborasi pemberian analgetik
1.
Monitor frekuensi BAK tiap 4 jam
2.
Monitor TTV(TD,Nadi, RR)
3.
Monitor hasil lab kreatinin,
ureum, uremic frost.
4.
Batasi minum (max 2 gelas per
hari)
5.
Kolaborasi pemasangan kateter
6.
Lanjutkan kolaborasi hemodialisa
7.
Kolaborasi untuk transplantasi ginjal
1.
Monitor pitting edema
2.
Monitor BC
3.
Monitor TTV (TD)
4.
Ukur lingkar perut tiap hari
5.
Monitor pengeluaran cairan
melalui AV Shunt tiap shift
6.
Kolaborasi pemberian diuretik
1.
Monitor hasil lab( trombosit, Hb,
leukosit)
2.
Bantu ADL
3.
Pasang penghalang tempat tidur
4.
Kolaborasi transfusi WB
5.
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
diit osteoporosis
|
1.
Mengetahui adanya perubahan
karakteristik nyeri sebelum, selama dan sesudah dilakukan tindakan
keperawatan.
2.
Pasien nyeri dengan skala sedang
aklan terjadi perub pada TD, nadi, RR.
3.
Teknik relaksasi membantu melenturkan
otot- otot sehingga dapat merelaksasi otot2 yang nyeri dan teknik
distraksi dapat mengalihkan perhatian
pasien.
4.
Analgetik membantu mengurangi
nyeri.
1.
Pasien dengan GGK fungsi ginjal
mengalami kerusakan sehingga eliminasi urin terganggu.
2.
Ketidakseimbangan cairan karena
kerusakan gijal dalam mergulasi akan mempengaruhi TTV
3.
Pasien GGK kadar ureum, kreatinin
meningkat karena sisa metabolisme tersebut tidak bisa di eksresikan lewat
urin.
4.
Kegagalan ginjal dalam meregulasi
cairan menyebabkan penumpukan cairan(edema) sehingga perlu pembatasn cairan.
5.
Membantu eliminasi urin
6.
Menggantikan kerja ginjal dalam
meregulasi cairan ( filtrasi,reabsorbsi, sekresi).
7.
Menggantikan ginjal yang rusak
dengan ginjal yang cocok dan sehat sehingga keseimbangan cairan teratasi.
1.
Mengetahui perubahan edema yang
terjadi (berkurang/meningkat)
2.
Pasien GGK gagal dalam meregulasi
cairan sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan.
3.
Pasien kelebihan cairan akan
berpengaruh pada TTV
4.
Mengetahui perubahan edema pada
perut.
5.
Mengetahui volume cairan yang
keluar.
6.
Diuretik membantu mengeluarkan
cairan intertisial shg dapat membantu mengatasi edema.
1.
Mengetahui perkembangan hasil lab
darah (menurun/meningkat)
2.
Pasien dengan trombositopeni
rentan terjadi cidera, sehingga perlu bantuan dalam pemenuhan kebutuhan.
3.
Mencegah pasien terjatuh dan
cidera
4.
Meningkatkan kadar darah yang
masih abnormal.
5.
Memenuhi gizi untuh pencegahan
osteoporosis dengan memperhatikan ginjal.
|
Mohon kritik sarannya y....
BalasHapus