BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Pada pasien gangguan jiwa yang dirawat
dalam keluarga sering mengalami ketidakpedulian merawat diri yang menyebabkan
pasien dikucilkan dalam keluarga maupun masyarakat.
Materi ini akan
membahas cara-cara merawat pasien dengan kurang perawatan diri (tidak peduli
terhadap perawatan diri) agar pasien dan keluarga mempunyai kemampuan merawat
pasien di rumah.
1.2 TUJUAN
Untuk
mengetahui pengertian dari deficit perawatan diri,personal heagine, sebab
akibat, peredisposisi, presipitasi, cara perawaatan DP, manfaat dari PD.
BAB II
PEMBAHASAN
LAPORAN PENDAHULUAN ( LP )
A.
Masalah
Utama
Defisit perawatan diri
: mandi, berdandan
B.
Proses
terjadinya masalah
1.
Pengertian
Perawatan
diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna
memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi
kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat
melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).
Defisit
perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan
diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Menurut
Poter. Perry (2005), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang
perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan
kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).
2.
Jenis–Jenis
Perawatan Diri
- Kurang perawatan
diri : Mandi / kebersihan
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan
kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
- Kurang
perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan
pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan
sendiri.
- Kurang
perawatan diri : Makan
Kurang perawatan diri (makan) adalah
gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.
- Kurang
perawatan diri : Toileting
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan
kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri
(Nurjannah : 2004, 79 ).
3.
Penyebab
dari defisit perawatan diri
Menurut Tarwoto dan
Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
2. Penurunan
kesadaran
4.
Akibat
dari deefisit perawatan diri
5. Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
a) Fisik
Badan bau, pakaian kotor.
Rambut dan kulit kotor.
Kuku panjang dan kotor
Gigi kotor disertai mulut bau
penampilan tidak rapi
b) Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif.
Menarik diri, isolasi diri.
Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri adalah:
a) Fisik
Badan bau, pakaian kotor.
Rambut dan kulit kotor.
Kuku panjang dan kotor
Gigi kotor disertai mulut bau
penampilan tidak rapi
b) Psikologis
Malas, tidak ada inisiatif.
Menarik diri, isolasi diri.
Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c) Sosial
Interaksi kurang.
Kegiatan kurang
Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah :
1. Data subyektif
a. Pasien merasa lemah
b. Malas untuk beraktivitas
c. Merasa tidak berdaya.
2. Data obyektif
a. Rambut kotor, acak – acakan
b. Badan dan pakaian kotor dan bau
c. Mulut dan gigi bau.
Interaksi kurang.
Kegiatan kurang
Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah :
1. Data subyektif
a. Pasien merasa lemah
b. Malas untuk beraktivitas
c. Merasa tidak berdaya.
2. Data obyektif
a. Rambut kotor, acak – acakan
b. Badan dan pakaian kotor dan bau
c. Mulut dan gigi bau.
d. Kulit kusam dan kotor
e. Kuku panjang dan tidak terawat
Dampak yang sering timbul pada masalah
personal hygiene.
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita
seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik,
gangguan fisik yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan
membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada
kuku.
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan
personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan
mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi
sosial.
5.Pohon Masalah
Penurunan kemampuan dan motivasi merawat diri
Isolasi sosial : menarik diri
Defisit perawatan diri : mandi, berdandan
Harga diri rendah
6.
Masalah
keperawatan yang perlu dikaji
1. Masalah
keperawatan
a.
Penurunan
kemampuan dan motivasi merawat diri
b.
Defisit
perawatan diri : mandi, berdandan
c.
Isolasi
sosial : menarik diri
2.
Data
yang perlu dikaji
1).
Data Subyektif:
Mengatakan
malas mandi, tak mau menyisir rambut, tak mau menggosok gigi, tak mau memotong
kuku, tak mau berhias, tak bisa menggunakan alat mandi / kebersihan diri.
2).
Data Obyektif:
Badan
bau, pakaian kotor, rambut dan kulit kotor, kuku panjang dan kotor, gigi kotor,
mulut bau, penampilan tidak rapih, tak bisa menggunakan alat mandi.
7.
Diagnosa
keperawatan
1. Penurunan
kemampuan dan motivasi merawat diri
2. Defisit
perawatan diri.
8.
Rencana
Tindakan keperawatan
Diagnosa 1 : penurunan kemampuan dan motivasi
merawat diri
Tujuan Umun :
Klien dapat meningkatkan minat dan
motivasinya untuk memperhatikan kebersihan diri.
Tujuan Khusus
TUK I : Klien dapat membina hubungan
saling percaya dengan perawat.
Kriteria evaluasi
Kriteria evaluasi
Dalam
berinteraksi klien menunjukan tanda-tanda percaya pada perawat:
a.
Wajah cerah, tersenyum
b.
Mau berkenalan
c.
Ada kontak mata
d.
Menerima kehadiran perawat
e.
Bersedia menceritakan perasaannya
Intervensi
Intervensi
a.
Berikan salam setiap berinteraksi.
b.
Perkenalkan nama, nama panggilan
perawat dan tujuan perawat berkenalan.
c.
Tanyakan nama dan panggilan kesukaan
klien.
d.
Tunjukan sikap jujur dan menepati
janji setiap kali berinteraksi.
e.
Tanyakan perasaan dan masalah yang
dihadapi klien.
f.
Buat kontrak interaksi yang jelas.
g.
Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan
empati.
h.
Penuhi kebutuhan dasar klien.
TUK II : klien dapat mengenal
tentang pentingnya kebersihan diri.
Kriteria evaluasi
Kriteria evaluasi
Klien dapat menyebutkan kebersihan
diri pada waktu 2 kali pertemuan, mampu menyebutkan kembali kebersihan untuk
kesehatan seperti mencegah penyakit dan klien dapat meningkatkan cara merawat
diri.
Intervensi
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.
b. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.
c. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.
d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.
e. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri.
Intervensi
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.
b. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda- tanda bersih.
c. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan diri.
d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan kebersihan diri.
e. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan memelihara kebersihan diri.
f. Beri reinforcement positif
setelah klien mampu mengungkapkan arti kebersihan diri.
g. Ingatkan klien untuk memelihara
kebersihan diri seperti: mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali
sehari (sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir rambut, gunting
kuku jika panjang.
TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat.
Kriteria evaluasi
TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan perawat.
Kriteria evaluasi
Klien berusaha untuk memelihara
kebersihan diri seperti mandi pakai sabun dan disiram pakai air sampai bersih,
mengganti pakaian bersih sehari–hari, dan merapikan penampilan.
Intervensi
a. Motivasi klien untuk mandi.
a. Motivasi klien untuk mandi.
b. Beri kesempatan untuk mandi, beri
kesempatan klien untuk mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang
benar.
c. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
c. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
d. Kaji keinginan klien untuk
memotong kuku dan merapikan rambut.
e. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.
f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.
TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri.
Kriteria evaluasi
e. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar mandi.
f. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti, handuk dan sandal.
TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara mandiri.
Kriteria evaluasi
Setelah satu minggu klien dapat
melakukan perawatan kebersihan diri secara rutin dan teratur tanpa anjuran,
seperti mandi pagi dan sore, ganti baju setiap hari, penampilan bersih dan
rapi.
Intervensi
Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.
TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.
Kriteria evaluasi
Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur, ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan pakai sandal.
TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.
Kriteria evaluasi
Klien selalu tampak bersih dan rapi.
Intervensi
Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.
TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.
Kriteria evaluasi
Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.
TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan diri.
Kriteria evaluasi
Keluarga selalu mengingatkan hal–hal
yang berhubungan dengan kebersihan diri, keluarga menyiapkan sarana untuk
membantu klien dalam menjaga kebersihan diri, dan keluarga membantu dan
membimbing klien dalam menjaga kebersihan diri.
Intervensi
a. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri.
a. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga kebersihan diri.
b. Diskusikan bersama keluarga
tentang tindakanyang telah dilakukan klien selama di RS dalam menjaga
kebersihan dan kemajuan yang telah dialami di RS.
c. Anjurkan keluarga untuk
memutuskan memberi stimulasi terhadap kemajuan yang telah dialami di RS.
d. Jelaskan pada keluarga tentang
manfaat sarana yang lengkap dalam menjaga kebersihan diri klien.
e. Anjurkan keluarga untuk
menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan diri.
f. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan diri.
f. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga kebersihan diri.
g. Diskusikan dengan keluarga
mengenai hal yang dilakukan misalnya: mengingatkan pada waktu mandi, sikat
gigi, mandi, keramas, dan lain-lain.
Diagnosa 2 : Defisit perawatan diri : mandi, berdandan
Tujuan
umum :
klien mampu melakukan perawatan diri:
higiene.
Tujuan
khusus:
- Klien
dapat menyebutkan pengertian dan tanda tanda kebersihan diri
Tindakan :
1.1. Diskusikan bersama klien tentang pengertian bersih dan tanda tanda bersih
1.2. Beri reinforcement positif bila klien mampu melakukan hal yang positif.
2. Klien dapat menyebutkan penyebab tidak mau menjaga kebersihan diri
Tindakan :
2.1. Bicarakan dengan klien penyebab tidak mau menjaga kebersihan diri
2.2. Diskusikan akibat dari tidak mau menjaga kebersihan diri
- Klien
dapat menyebutkan manfaat higiene
Tindakan:
3. 1. Diskusikan bersama klien tentang manfaat higiene
3.2. Bantu klien mengidentifikasikan kemampuan untuk menjaga kebersihan diri
3. 1. Diskusikan bersama klien tentang manfaat higiene
3.2. Bantu klien mengidentifikasikan kemampuan untuk menjaga kebersihan diri
4. Klien dapat
menyebutkan cara menjaga kebersihan diri
Tindakan:
4. 1. Diskusikan dengan klien cara menjaga kebersihan diri: andi 2x sehari (pagi dan sore) dengan memakai sabun mandi, gosok gigi minimal 2x sehari dengan pasta gigi, mencuci rambut minimal 2x seminggu dengan sampo, memotong kuku minimal 1x seminggu, memotong rambut minimal 1 x sebulan.
4. 1. Diskusikan dengan klien cara menjaga kebersihan diri: andi 2x sehari (pagi dan sore) dengan memakai sabun mandi, gosok gigi minimal 2x sehari dengan pasta gigi, mencuci rambut minimal 2x seminggu dengan sampo, memotong kuku minimal 1x seminggu, memotong rambut minimal 1 x sebulan.
4.2. Beri
reinforcement positif bila klien berhasil
5. Klien dapat
melaksanakan perawatan diri higiene dengan bantuan minimal
Tindakan:
5. 1. Bimbing klien melakukan demonstrasi tentang cara menjaga kebersihan diri
Tindakan:
5. 1. Bimbing klien melakukan demonstrasi tentang cara menjaga kebersihan diri
5.2. Dorong
klien untuk melakukan kebersihan diri dengan bantuan minimal
6. Klien dapat melakukan perawatan diri higiene secara mandiri
Tindakan:
6. 1. Beri kesempatan klien untuk membersihkan diri secara bertahap
6.2. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah membersihkan diri
6. Klien dapat melakukan perawatan diri higiene secara mandiri
Tindakan:
6. 1. Beri kesempatan klien untuk membersihkan diri secara bertahap
6.2. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya setelah membersihkan diri
6.3 Bersama
klien membuat jadwal menjaga kebersihan diri
6.4. Bimbing klien untuk melakukan aktivitas higiene secara teratur
6.4. Bimbing klien untuk melakukan aktivitas higiene secara teratur
7. Klien mendapat dukungan keluarga
Tindakan:
7. 1. Beri pendidikan kesehatan tentang merawat klien untuk kebersihan diri melalui pertemuan keluarga
7. 1. Beri pendidikan kesehatan tentang merawat klien untuk kebersihan diri melalui pertemuan keluarga
7.2. Beri
reinforcement positif atas partisipasi aktif keluarga
STRATEGI PELAAKSANAAN PERAWAT (SP)
SP1 Pasien: Mendiskusikan
pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat
diri
dan melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri
ORIENTASI
“Selamat pagi,
kenalkan saya suster R”
”Namanya siapa, senang
dipanggil siapa?”
”Saya perawat
Puskesmas ...., saya yang akan merawat
T?”
“Dari tadi suster
lihat T menggaruk-garuk badannya, gatal ya?”
” Bagaimana kalau kita
bicara tentang kebersihan diri ? ”
” Berapa lama kita
berbicara ?. 20 menit ya...?. Mau dimana...?. disini aja ya. ”
KERJA
“Berapa kali T mandi dalam sehari? Apakah
T sudah mandi hari ini? Menurut T apa kegunaannya mandi ?Apa alasan T
sehingga tidak bisa merawat diri? Menurut T apa manfaatnya kalau kita menjaga
kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik seperti apa
ya...?, badan gatal, mulut bau, apa lagi...? Kalau kita tidak teratur menjaga
kebersihan diri masalah apa menurut T
yang bisa muncul ?” Betul ada kudis, kutu...dsb.
“Apa yang T
lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan saja T menyisir rambut?
Bagaimana dengan bedakan? Apa maksud atau tujuan sisiran dan berdandan?”
(Contoh
untuk pasien laki-laki)
“Berapa kali T cukuran
dalam seminggu? Kapan T cukuran terakhir? Apa gunanya cukuran? Apa
alat-alat yang diperlukan?”. Iya...
sebaiknya cukuran 2x perminggu, dan ada alat cukurnya?”. Nanti bisa minta ke
perawat ya.
“Berapa kali T makan
sehari?
”Apa pula yang
dilakukan setelah makan?” Betul, kita harus sikat gigi setelah makan.”
“Di mana biasanya T berak/kencing? Bagaimana
membersihkannya?”. Iya... kita kencing dan berak harus di WC, Nach... itu WC
di ruangan ini, lalu jangan lupa membersihkan pakai air dan sabun”.
“Menurut T kalau mandi itu
kita harus bagaimana ? Sebelum mandi apa yang perlu kita persiapkan? Benar
sekali..T perlu menyiapkan pakaian ganti, handuk, sikat gigi, shampo dan
sabun serta sisir”.
”Bagaimana kalau sekarang
kita ke kamar mandi, suster akan membimbing T melakukannya. Sekarang T siram
seluruh tubuh T termasuk rambut lalu ambil shampoo gosokkan pada kepala T
sampai berbusa lalu bilas sampai bersih.. bagus sekali.. Selanjutnya ambil
sabun, gosokkan di seluruh tubuh secara merata lalu siram dengan air sampai
bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol.. giginya disikat mulai dari arah
atas ke bawah. Gosok seluruh gigi T mulai dari depan sampai belakang. Bagus,
lalu kumur-kumur sampai bersih. Terakhir siram lagi seluruh tubuh T sampai
bersih lalu keringkan dengan handuk. T bagus sekali melakukannya. Selanjutnya
T pakai baju dan sisir rambutnya dengan baik.”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan T
setelah mandi dan mengganti pakaian ? Coba T
sebutkan lagi apa saja
cara-cara mandi yang baik yang sudah T lakukan tadi ?”. ”Bagaimana perasaan
Tina setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya kebersihan diri tadi ? Sekarang coba
Tina ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi”
”Bagus sekali mau berapa
kali T mandi dan sikat gigi...?dua kali pagi dan sore, Mari...kita masukkan
dalam jadual aktivitas harian. Nach... lakukan ya T..., dan beri tanda kalau
sudah dilakukan Spt M ( mandiri ) kalau dilakukan tanpa disuruh, B ( bantuan
) kalau diingatkan baru dilakukan dan T ( tidak ) tidak melakukani? Baik
besok lagi kita latihan berdandan. Oke?” Pagi-pagi sehabis makan.
|
SP 2 Pasien : Percakapan
saat melatih pasien laki-laki berdandan:
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur
ORIENTASI
“Selamat pagi Pak Tono?
“Bagaimana perasaan bpk
hari ini? Bagaimana mandinya?”sudah dilakukan? Sudah ditandai di jadual
hariannya?
“Hari ini kita akan
latihan berdandan, mau dimana latihannya. Bagaimana kalau di ruang tamu ? lebih
kurang setengah jam”.
KERJA
“Apa yang T lakukan setelah
selesai mandi ?”apa T sudah ganti baju?
“Untuk berpakaian,
pilihlah pakaian yang bersih dan kering. Berganti pakaian yang bersih 2x/hari.
Sekarang coba bapak ganti baju.. Ya, bagus seperti itu”.
“Apakah T menyisir
rambut ? Bagaimana cara bersisir ?”Coba kita praktekkan, lihat ke cermin,
bagus…sekali!
“Apakah T suka bercukur ?Berapa hari sekali
bercukur ?” betul 2 kali perminggu
“Tampaknya kumis dan janggut bapak sudah
panjang. Mari Pak dirapikan ! Ya, Bagus !” (catatan:
janggut dirapihkan bila pasien tidak memelihara janggut)
TERMINASI
“Bagaimana perasaan
bapak setelah berdandan”.
“Coba pak, sebutkan cara
berdandan yang baik sekali lagi”..
“Selanjutnya bapak
setiap hari setelah mandi berdandan dan pakai baju seperti tadi ya! Mari kita
masukan pada jadual kegiatan harian, pagi jam berapa, lalu sore jam berap ?
“Nanti siang kita latihan makan yang baik. Diruang makan bersama dengan
pasien yang lain.
SP 3 Pasien: Percakapan
melatih berdandan untuk pasien wanita
a)
Berpakaian
b)
Menyisir rambut
c)
Berhias
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
ORIENTASI
“Selamat pagi, bagaimana
perasaaan T hari ini ?Bagaimana mandinya?”Sudah di tandai dijadual harian ?
“Hari ini kita akan
latihan berdandan supaya T tampak rapi dan cantik. Mari T kita dekat cermin dan
bawa alat-alatnya( sisir, bedak, lipstik )
KERJA
“
Sudah diganti tadi pakaianya sehabis mandi ? Bagus….! Nach…sekarang disisir
rambutnya yang rapi, bagus…! Apakah T biasa pakai bedak?” coba dibedakin
mukanyaT, yang rata dan tipis. Bagus sekali.” “
T, punya lipstik mari dioles
tipis. Nach…coba lihat dikaca!
TERMINASI
“Bagaimana perasaan T
belajar berdandan”
“T jadi tampak segar dan
cantik, mari masukkan dalam jadualnya. Kegiatan harian, sama jamnya dengan
mandi. Nanti siang kita latihan makan yang baik di ruang makan bersama pasien
yang lain”.
SP 4 Pasien : Percakapan melatih
pasien makan secara mandiri
a)
Menjelaskan
cara mempersiapkan makan
b)
Menjelaskan
cara makan yang tertib
c)
Menjelaskan
cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d)
Praktek
makan sesuai dengan tahapan makan yang baik.
ORIENTASI
“Selamat siang T,”
” Wow...masih rapi dech
T”.
“Siang ini kita akan latihan bagaimana cara
makan yang baik. Kita
latihan langsung di ruang makan ya..!”
KERJA
“Bagaimana kebiasaan
sebelum, saat, maupun setelah makan? Dimana T makan?”
“Sebelum makan kita
harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktekkan! “Bagus! Setelah itu
kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita berdoa dulu. Silakan T yang pimpin!. Bagus..
“Mari kita makan.. saat
makan kita harus menyuap makanan satu-satu dengan pelan-pelan. Ya,
Ayo...sayurnya dimakanya.”“Setelah makan kita bereskan piring,dan gelas yang
kotor. Ya betul.. dan kita akhiri dengan cuci tangan. Ya bagus!” Itu Suster Ani sedang bagi obat, coba...T
minta sendiri obatnya.”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan T
setelah kita makan bersama-sama”.
”Apa saja yang harus kita
lakukan pada saat makan, ( cuci tangan, duduk yang baik, ambil makanan, berdoa,
makan yang baik, cuci piring dan gelas, lalu cuci tangan.)”
” Nach... coba T lakukan
seperti tadi setiap makan, mau kita masukkan dalam jadual?.Besok kita ketemu
lagi untuk latihan BAB / BAK yang baik, bagaiman kalau jam 10.00 disini saja
ya...!
SP 5 Pasien : Percakapan
mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK
secara mandiri
a)
Menjelaskan
tempat BAB/BAK yang sesuai
b)
Menjelaskan
cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c)
Menjelaskan
cara membersihkan tempat BAB dan BAK
Orientasi
“Selamat pagi T ?
Bagaimana perasaan T hari ini ?” Baik..!
sudah dijalankan jadual kegiatannya..?”
“Kita akan membicarakan
tentang cara berak dan kencing yang baik?
“ Kira-kira 20 menit
ya...T. dan dimana kita duduk? Baik disana dech...!
Kerja
Untuk pasien pria:
“Dimana biasanya
Tono berak dan kencing?” “Benar Tono, berak atau kencing yang baik itu di
WC/kakus, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan ada saluran
pembuangan kotorannya. Jadi kita tidak
berak/kencing di sembarang tempat ya.....”
“Sekarang, coba
Tono jelaskan kepada saya bagaimana cara
Tono cebok?”
“Sudah bagus ya
Tono, yang perlu diingat saat Tono cebok adalah Tono membersihkan anus atau
kemaluan dengan air yang bersih dan pastikan tidak ada tinja/air kencing yang masih tersisa di tubuh Tono”. “Setelah
Tono selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di kakus/WC
dibersihkan. Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya
sampai tinja/air kencing itu tidak tersisa di kakus/ WC. Jika Tono membersihkan tinja/air kencing
seperti ini, berarti Tono ikut mencegah
menyebarnya kuman yang berbahaya yang ada pada kotoran/ air kencing”
“Setelah selesai
membersihan tinja/air kencing, Tono perlu merapihkan kembali pakaian sebelum
keluar dari WC/kakus/kamar mandi. Pastikan resleting celana telah tertutup rapi
, lalu cuci tangan dengan menggunakan sabun.”
Untuk pasien
wanita:
“Cara cebok yang
bersih setelah T berak yaitu dengan
menyiramkan air dari arah depan ke belakang. Jangan terbalik ya, …… Cara
seperti ini berguna untuk mencegah masuknya kotoran/tinja yang ada di anus ke
bagian kemaluan kita”
“Setelah Tono
selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di kakus/WC dibersihkan.
Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya sampai tinja/air
kencing itu tidak tersisa di kakus/ WC.
Jika Tono membersihkan tinja/air kencing seperti ini, berarti Tono
ikut mencegah menyebarnya kuman yang
berbahaya yang ada pada kotoran/ air kencing”
“Jangan lupa
merapikan kembali pakaian sebelum keluar dari WC/kakus, lalu cuci tangan dengan
menggunakan sabun.”
Terminasi
“Bagaimana
perasaan T setelah kita membicarakan tentang cara berak/kencing yang baik?”
“Coba T jelaskan
ulang tentang cara BAB?BAK yang baik.” Bagus...!
“Untuk selanjutnya T bisa melakukan cara-cara yang telah dijelaskan tadi ”.
“ Nach...besok
kita ketemu lagi, untuk melihat sudah sejauhmana T bisa melakukan jadual
kegiatannya.”
2. Tindakan keperawatan pada keluarga
a. Tujuan
1)
Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah
kurang perawatan diri.
b. Tindakan
keperawatan
Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan
cara perawatan diri yang baik maka Saudara harus melakukan tindakan kepada
keluarga agar keluarga dapat meneruskan melatih pasien dan mendukung agar
kemampuan pasien dalam perawatan dirinya meningkat. Tindakan yang
dapat Saudara lakukan:
1)
Diskusikan
dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2)
Jelaskan
pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma
3)
Diskusikan
dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga
perawatan diri pasien.
4)
Anjurkan
keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan
membantu
mengingatkan pasien dalam merawat diri (sesuai jadual
yang telah disepakati).
5)
Anjurkan
keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan
pasien dalam merawat diri.
6)
Latih keluarga cara merawat pasien dengan defisit
perawatan diri
SP1 Keluarga: Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang masalah
perawatan diri dan cara merawat
anggota keluarga yang mengalami masalah kurang perawatan diri
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
ORIENTASI
“Selamat pagi Pak / Bu, saya D, perawat yang merawat T”
“Apa pendapat Bapak tentang anak Bapak, T?”
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah
yang dialami T dan bantuan apa yang dapat diberikan.”
“Berapa lama waktu Bapak/ Ibu yang tersedia?,
bagaimana kalau 20 menit?, mari kita duduk di kantor perawat!”
KERJA
“Apa saja masalah yang Bapak/ Ibu rasakan dalam merawat T ?” Perawatan
diri yang utama adalah kebersihan diri, berdandan, makan dan BAB/BAK.
“Perilaku
yang ditunjukkan oleh T itu dikarenakan gangguan jiwanya yang membuat pasien
tidak mempunyai minat untuk mengurus diri sendiri. Baik...akan saya jelaskan ;
untuk kebersihan diri, kami telah melatih T untuk mandi, keramas, gosok gigi,
cukuran, ganti baju, dan potong kuku. Kami harapkan Bapak/Ibu dapat menyediakan
alat-alatnya. T juga telah mempunyai jadual pelaksanaanya untuk berdandan,
karena anak Bapak/ Ibu perempuan, kami harapkan dimotivasi sehabis mandi untuk
sisiran yang rapi, pakai bedak,dan lipstik. Untuk makan, sebaiknya makan
bersama keluarga dirumah, T telah mengetahui lanhkah-langkahnya : Cuci tangan,
ambil makanan, berdoa, makan yang rapih, cuci piring dan gelas, lalu cuci
tangan. Sebaiknya makan pas jam makan obat, agar sehabis makan langsung makan
obat. Dan untuk BAB?BAK, dirumah ada WC Bapak/Ibu ?Iya..., T juga sudah belajar
BAB/BAK yang bersih. Kalau T kurang
motivasi dalam merawat diri apa yang
bapak lakukan?
Bapak juga
perlu mendampinginya pada saat merawat diri sehingga dapat diketahui apakah T
sudah bisa mandiri atau mengalami hambatan dalam melakukannya.”
”Ada yang Bapak/Ibu tanyakan?”
TERMINASI
Bagaimana perasaan Pak J setelah kita bercakap-cakap?”
“Coba Pak J sebutkan lagi apa saja yang harus
diperhatikan dalam membantu anak Bapak, T dalam merawat diri.”
” Baik nanti kalau Bapak/Ibu besuk bisa ditanyakan
pada T.”
“Dan dirumah nanti, cobalah Bapak/Ibu mendampingi
dan membantu T saat membersihkan diri.”
“Dua hari lagi kita akan ketemu dan Bapak/Ibu akan
saya dampingi untuk memotivasi T dalam merawat diri.”
SP 2 Keluarga : Melatih
keluarga cara merawat pasien
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi
dibawah ini:
ORIENTASI
“Assalamualaikum Bapak/Ibu sesuai janji kita dua hari yang lalu kita
sekarang ketemu lagi”
“Bagaimana Bapak/Ibu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita
bicarakan dua hari yang lalu?”
“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak?”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung keT
ya?”
“Berapa lama ada waktu Bapak/Ibu?”
KERJA
“Sekarang anggap saya adalah T, coba bapak praktekkan cara memotivasi T
untuk mandi, berdandan, buang air, dan makan”
“Bagus, betul begitu caranya”
“Sekarang coba praktekkan cara
memberikan pujian kepada T”
“Bagus, bagaimana kalau cara memotivasi T minum obat dan melakukan
kegiatan positifnya sesuai jadual?”
“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat T”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada T?”
(Ulangi
lagi semua cara diatas langsung kepada pasien)
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat T
?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi
setiap kali bapak dan ibu membesuk T”
“Baiklah
bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita
akan mencoba lagi cara merawat T sampai bapak dan ibu lancar melakukannya”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”
|
SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan
kepada keluarga
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
ORIENTASI
“Selamat pagi Bapak/Ibu hari ini, saya akan mengakhiri kunjungan saya
bagaimana kalau kita bicarakan jadual T selama dirumah”
“Bagaimana pak, bu, selama bapak dan ibu membesuk apakah sudah terus
dilatih cara merawat T?”
“Nah sekarang mari kita bicarakan jadual di rumah tersebut disini
saja?”
“Berapa lama bapak dan ibu punya waktu.?”
KERJA
“Pak,Bu...,ini jadual kegiatan T, coba perhatikan apakah dapat
dilaksanakan?
“ Pak / Bu..jadual yang telah
dibuat tolong dilanjutkan di rumah, baik jadual aktivitas maupun jadual minum
obatnya”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang
ditampilkan oleh anak ibu dan bapak selama di rumah. Kalau misalnya T menolak
terus menerus untuk makan, minum, dan mandi serta menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain, maka segera hubungi Suster S
di Puskesmas Ingin Jaya, puskesmas terdekat dari rumah ibu dan bapak, ini
nomor telepon puskesmasnya: (0651) 446xxx.
Selanjutnya suster S yang akan membantu memantau perkembangan T selama
di rumah”
TERMINASI
“ Bagaimana Pak, Bu...ada yang belun jelas ?. Ini jadual harian T untuk
dibawa pulang.” Dan ini surat rujukan untuk perawat K di puskesmas
Indrapuri.”
“ Jangan lupa kontrol ke Puskesmas sebelum obat habis, atau ada
gejala-gejala yang tampak.”
|
KASUS :
Pasien
mengatakan malas untuk mandi dan berdandan, merasa lebih nyaman dengan kondisi
seperti ini ( tidak mau mandi). Pasien mengatakan bila mandi rasanya dingin dan
badan kaku semua. Pasien tampak rambut acak-acakan dan banyak kutu, kuku
panjang dan hitam. Kulit kotor, tampak malas untuk menyisir rambut dang anti
pakayan harus disuruh petugas.
Jawaban Pertanyaan :
1. Data yang perlu ditambahkan
pada kasus
DS :
-
Pasien
sudah 3 x masuk RSJ dengan alasan tidak mau mandi
-
Pasien mengatakan malas
mandi dan berdandan sebab pasangan
saya selingkuh dengan orang lain, buat apa saya mandi dan cantik.
DO :
-
Bila diminta mandi
klien marah – marah
-
Keadaan pasien tampak bau,
-
kebutuhan mandi pasien selalu dimandikan oleh
petugas dengan dimotivasi bahkan sambil dipaksa
2. Analisa Data
Data
|
Problem
|
Etiologi
|
DS:
-
Pasien
mengatakan malas untuk mandi dan berdandan, merasa lebih nyaman dengan
kondisi seperti ini ( tidak mau mandi)
-
Pasien
mengatakan bila mandi rasanya dingin dan badan kaku semua
-
Pasien sudah 3 x
masuk RSJ dengan alasan tidak mau mandi
-
Pasien mengatakan malas mandi dan
berdandan sebab pasangan saya
selingkuh dengan orang lain, buat apa saya mandi dan cantik.
DO:
-
Bila diminta mandi klien marah –
marah
-
Keadaan pasien tampak bau,
-
kebutuhan mandi pasien selalu dimandikan oleh petugas dengan dimotivasi
bahkan sambil dipaksa
-
Pasien
tampak rambut acak-acakan dan banyak kutu, kuku panjang dan hitam.
-
Kulit
kotor, tampak malas untuk menyisir rambut dang anti pakayan harus disuruh
petugas.
-
|
Defisit perawatan diri : mandi,berdandan dan berpakayan
|
Penurunan Motivasi
|
3. Gambar pohon masalah
Penurunan kemampuan dan
motivasi merawat diri
Isolasi sosial : menarik diri
Defisit perawatan diri : mandi, berdandan
Harga diri rendah
4. Diagnosa Kperawatan Utama
Defisit
perawatan diri : mandi, berdandan
dan berpakayan
5. Intervensi pada kasus utama
Tujuan umum :
klien mampu melakukan perawatan diri: higiene.
Tujuan khusus:
1. Klien dapat menyebutkan pengertian dan tanda tanda
kebersihan diri
Tindakan :
1.1. Diskusikan bersama klien tentang pengertian
bersih dan tanda tanda bersih
1.2. Beri reinforcement positif bila klien mampu
melakukan hal yang positif.
2. Klien dapat menyebutkan penyebab tidak mau menjaga
kebersihan diri
Tindakan :
2.1. Bicarakan dengan klien penyebab tidak mau menjaga
kebersihan diri
2.2. Diskusikan akibat dari tidak mau menjaga
kebersihan diri
3. Klien dapat menyebutkan manfaat higiene
Tindakan:
3. 1. Diskusikan bersama klien tentang manfaat higiene
3.2. Bantu klien mengidentifikasikan kemampuan untuk
menjaga kebersihan diri
4. Klien
dapat menyebutkan cara menjaga kebersihan diri
Tindakan:
4. 1. Diskusikan dengan klien cara menjaga kebersihan
diri: andi 2x sehari (pagi dan sore) dengan memakai sabun mandi, gosok gigi
minimal 2x sehari dengan pasta gigi, mencuci rambut minimal 2x seminggu dengan
sampo, memotong kuku minimal 1x seminggu, memotong rambut minimal 1 x sebulan.
4.2. Beri reinforcement positif bila klien berhasil
5. Klien dapat melaksanakan perawatan diri higiene
dengan bantuan minimal
Tindakan:
5. 1. Bimbing klien melakukan demonstrasi tentang cara
menjaga kebersihan diri
5.2. Dorong klien untuk melakukan kebersihan diri
dengan bantuan minimal
6.Klien dapat melakukan perawatan diri higiene secara
mandiri
Tindakan:
6. 1. Beri kesempatan klien untuk membersihkan diri
secara bertahap
6.2. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya
setelah membersihkan diri
6.3 Bersama klien membuat jadwal menjaga kebersihan
diri
6.4. Bimbing klien untuk melakukan aktivitas higiene
secara teratur
7. Klien mendapat dukungan keluarga
Tindakan:
7. 1. Beri pendidikan kesehatan tentang merawat klien
untuk kebersihan diri melalui pertemuan keluarga
7.2. Beri reinforcement positif atas partisipasi aktif
keluarga
6. Jenis TAK yang cocok pada kasus
PRE
PLANING T A K ( Terapi Aktivitas Kelompok )
DEVISIT
PERAWATAN DIRI
A.
LATAR BELAKANG
Manusia
merupakan mahluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang lain. Dalam
diri manusia terdapat beberapa komponen konsep diri diantaranya yaitu: harga
diri, peran, gambaran diri. Manusia yang mempunyai konsep diri tinggi cenderung
tidak mempunyai masalah dalam interaksi
dengan orang lain, tetapi manusia yang mengalami konsep diri yang rendah
cenderung mengalami masalah dalam sosialisasi atau interaksi dengan orang lain.
B.
TUJUAN
1.
Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri secara adekuat
2.
Klien dapat mengerti pentingnya merawat diri
C.
METODE PELAKSANAAN
1. Diskusi
2. Permainan
D.
SASARAN
Klien
yang sudah dapat berinteraksi dengan orang lain berjumlah 8 orang yaitu : rudi,
wardoyo, ma’mun, abdul, yanto, andi, heri, santo.
E.
STRATEGI PELAKSANAAN
Hari/Tgl : Sabtu, 30 Maret 2012
Waktu : Pukul 09.00 – 09.30 wib
Tempat : Ruang pertemuan Ruang 12
F.
PENGORGANISASIAN
Pemandu : Dodi Gabriel
Observer
: Kuntari
Septiana
Fasilitator : Agustina Hermin W,
Agatha, Gita, Cecilia, Desi, Manda
Anggota : Klien berjumlah 8 orang
G.
SETTING TEMPAT
|
|
||||||||
|
|
||||||||
|
|
||||||||
|
|||||||||
|
|
|
|
||||||||||
|
|||||||||||||
|
|||||||||||||
KETERANGAN
:
1
S/D 8 : Klien
F : Fasilitator
O : Observer
L : Leader
H.
LANGKAH-LANGKAH
- Persiapan
a. Memilih
klien sesuai indikasi, yaitu klien dengan gangguan konsep diri: harga diri rendah.
b. Membuat
kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan
alat dan tempat pertemuan
- Orientasi
a. Memberikan
salam terapeutik
b. Menanyakan
perasaan klien saat ini
c. Kontrak
:
§ Menjelaskan
tujuan kegiatan yaitu bercakap-cakap tentang hal positif diri sendiri.
§ Menjelaskan
aturan main sebagai berikut:
1. Jika
ada klien yang akan meninggalkan tempat harus meminta ijin pada terapis
2. Lama
kegiatan 45 menit
3. Setiap
klien mengikuti kegiatan dari awal sampai dengan selesai
3.
Tahap Kerja
a) Terapi
memperkenalkan diri.
b) Terapis
membagikan kertas dan spidol kepada klien.
c) Terapis
meminta tiap klien menulis pengalaman yang tidak menyenangkan.
d) Terapis
memberi pujian atas peran serta klien.
e) Terapis
membagikan kertas yang kedua.
f) Terapis
meminta tiap klien menulis hal positif tentang diri sendiri: kemampuan yang
dimiliki, kegiatan yang biasa dilakukan di rumah dan di rumah sakit.
g) Terapis
meminta klien membacakan hal positif yang sudah ditulis secara bergiliran
sampai semua klien mendapatkan giliran.
h) Terapis
memberi pujian pada setiap peran serta klien.
- Tahap
terminasi
a. Evaluasi
§ Menanyakan
perasaan klien setelah mengikuti TAK
§ Memberi
pujian atas keberhasilan peserta
b. Rencana
tindak lanjut
§ Terapis
meminta klien menulis hal positif lain yang belum tertulis.
c. Kontrak
yang akan datang
§ Menyepakati
kegiatan berikutnya
§ Menyepakati
waktu dan tempat
1. Evaluasi
proses
o Kegiatan TAK: melihat menggambar dimulai dengan persiapan yaitu
membuat pre planning TAK dan mengajukan kepada pembimbing klinik, melakukan
kontrak dengan klien serta meminta ijin kepada kepala ruangan 12 satu hari
sebelum kegiatan dimulai..
o
Pada saat
pelaksanaan: kegiatan diawali dengan fase orientasi yaitu mengingatkan kontrak
dengan klien, memperkenalkan diri. Kemudian dilanjutkan dengan fase kerja
dimana pada sesi I semua peserta diberi kesempatan menggambar dan memberikan
pendapat masing-masing, serta menanggapi pendapat klien lain.
o
Kegiatan TAK: menggambar dapat berlansung sampai selesai.
o Semua peserta hadir tepat waktu.
2. Evaluasi
struktur
o Leader:
§
Dapat memandu jalannya TAK dengan baik.
§
Dapat memotivasi peserta untuk memberikan pendapatnya.
o Co-leader:
§
Dapat meyesuaikan musik dengan TAK yang ada.
§
Dapat menghidupkan suasana.
o Fasilitator
§
Dapat memotivasi klien dampingannya mematuhi aturan main yang ada.
§
Dapat memotivasi klien dampingannya untuk memberikan pendapat.
o Peserta
§ Semua peserta tampak gembira dan bersemangat mengikuti kegiatan
TAK ini.
3. Evaluasi
hasil
§
80 % ( 4 orang) peserta dapat memberikan pendapat dengan benar.
§
60 % (4 orang) peserta dapat
memberikan tanggapan atas pendapat peserta lain.
§
80 % (7 orang) peserta mengikuti kegiatan sampai selesai.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Perawatan
diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya guna
memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi
kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat
melakukan perawatan diri.
Pada pasien
gangguan jiwa yang dirawat dalam keluarga sering mengalami ketidakpedulian
merawat diri yang menyebabkan pasien dikucilkan dalam keluarga maupun
masyarakat, sehingga kita sebagai perawat berhak membantu dan memotivasi pasien
agar lebih memperhatikan perawatan dirinya.
3.2. Saran
1. Sebagai
mahasiswa/mahasiswi calon perawat agar dapat lebih memperdalam ilmu serta
wawasan mengenai gangguan jiwa
pada klien dengan deficit perawatan diri dan dapat
mengaplikasikanya dalam dunia keperawaatan.
2. Bagi
masyarakat agar lebih peduli dan berpartisipasi dalam menjaga kesehatan dan
jangan mengabaikan tanda dan gejala yang muncul sebagai penyakit yang wajar
tetapi segera periksakan kedokter atau pelayanaan kesehatan yang terdekat utuk mencegah komplikasi dan prognosis yang buruk.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku
Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan
jiwa.
Kaplan Sadoch. 1998. Sinopsis
Psikiatri. Edisi 7. Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Modul MPKP
Jiwa UI . Jakarta : EGC
Keliat. B.A. 2006. Proses
Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Nurjanah, Intansari S.Kep. 2001. Pedoman
Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta : Momedia
Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar
Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Rasmun S. Kep. M 2004. Seres
Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah Keperawatan. Jakarta : CV
Sagung Seto
Stuart, Sudden, 1998. Buku Saku
Keperawatan Jiwa edisi 3. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan
Diagnosa Keperawatan Nanda, 2005 – 2006. Jakarta : Prima Medika.
Stuart, GW. 2002. Buku Saku
Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Tarwoto dan Wartonah. 2000. Kebutuhan
Dasar Manusia. Jakarta.
Townsend, Marry C. 1998. Buku
Saku Diagnosa Keperawatan pada Perawatan Psikiatri edisi 3. Jakarta. EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar