Selasa, 20 Maret 2012

Waham

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang menyebabakan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat menimbulkan ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidaktepatan individu dalam berprilaku yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif.
Gangguan berfikir umumnya dikenali dari pembicaraan dan tulisan. Hal ini dapat disimpulkan dari ketidakmampuan untuk menyelesaikan tugas. Waham merupakan salah satu gangguan dari isi pikiran. Gangguan psikotik yang ditandai oleh delusi yang menetap, umumnya kejaran atau kebesaran, dengan respon emosional dan tingkah laku yang sesuai terhadap delusi (waham) tersebut.

B.  Tujuan
Tujuan Umum :
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami pengertian dari waham, sebab dan akibatnya serta cara menyelesaikan masalah-masalah pada orang dengan gangguan waham.
Tujuan Khusus :
a. Mampu memahai konsep dasar waham
b. Mampu melaksanakan pengkajian pada klien dengan waham
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan waham
d. Mampu menyusun tujuan dan intervensi keperawatan pada klien dengan waham
e. Mampu melaksanakan intervensi keperawatan yang telah disusun pada klien dengan waham
f. Mampu mengevaluasi hasil pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dengan waham



C.  Manfaat
Dengan mempelajari dan mengerti tentang gangguan waham, maka mahasiswa dapat dengan mudah mempelajari dan  mengetahui penyebab-penyebab waham serta dapat menganalisa hal-hal yang dapat timbul sehubungan dengan gangguan tersebut sehingga kita dapat mengatasi masalah tersebut  dengan cepat dan tepat.



















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Perkembangan Perilaku Pada Lansia
Orang yang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda (multiple pathology), misalnya tenaga berkurang, enerji menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dbs. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan kepada orang lain.
Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-kebutuhan fisik dengan kondisi psikologi maupun sosial, sehingga mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.
Pada aspek psikososial orang telah memasuki lansia maka ia mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Perubahan ini diawali ketikan masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pension adalah agar pada lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pension sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status, dan harga diri. Reaksi setelah orang memasuki masa pension lebih tergantung dari model kepribadiannya.
Berkurangnya fungsi indera pendengaran, penglihatan, gerak fisik, dan sebagainya maka muncul gangguan fungsional atau bahkan kecacatan pada lansia. Misalnya badannya menjadi bungkuk, pendengaran sangat berkurang, penglihatan kabur dan sebagainya sehingga sering menimbulkan keterasingan. Hal ini sebaiknya dicegah dengan selalu mengajak mereka melakukan aktivitas, selam yang bersangkutan masih sanggup, agat tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dan kadang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, mengumpulkan barang-barang tak berguna serta merengek-rengek dan menangis bila ketemu orang lain sehingga perilakunya seperti anak kecil.

B.     Pengertian Waham
§  Waham adalah suatu keyakinan kokoh yang salah dan tidak sesuai dengan fakta dan keyakinan tersebut mungkin “aneh” (misal, mata saya adalah komputer yang dapat mengontrol dunia) atau bisa pula “tidak aneh” hanya sangat  tidak mungkin, misal, “FBI mengikuti saya”) dan tetap dipertahankan meskipun telah diperlihatkan bukti-bukti yang jelas untuk mengoreksinya.
§  Waham adalah keyakinan yang salah dan kuat dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas sosial. Waham adalah keyakinan tentang suatu isi pikir yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak sesuai dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaan. Waham timbul tanpa stimulus.
§  Menurut Gail W. Stuart
Waham adalah keyakinan yang salah dan kuat dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realitas sosial.
§  Waham adalah Keyakinan tentang suatu isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak sesuai dengan intelegensi dan latar belakang kebudayaan.
§  Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang budaya klien (1).
§  Waham atau delusi adalah ide yang salah dan bertentangan atau berlawanan dengan semua kenyataan dan tidak ada kaitannya degan latar belakang  budaya (Morgon,1998).
Tanda dan gejala                     
a.       Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, curiga, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
b.      Klien tampak tidak mempercayai orang lain, curiga, bermusuhan
c.       Takut, kadang panik
d.      Tidak tepat menilai lingkungan / realitas
e.       Ekspresi tegang, mudah tersinggung

C.    Penyebab Waham
1.     Faktor Predisposisi
-          Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem syaraf yang berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.
-          Neurobiologis : adanya gangguan pada konteks pre frontal dan korteks limbic.
-          Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin, dan glutamat.
-          Virus : paparan virus influensa pada trimester III
-          Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.
     2.     Faktor Presipitasi
-          Proses pengolahan informasi yang berlebihan
-          Mekanisme penghantaran listrik abnormal adanya gejala pemicu
Penyebab secara umum dari waham adalah gannguan konsep diri : harga diri rendah. Harga diri rendah. Waham dipengaruhi oleh factor pertumbuhan dan perkembangan seperti adanya penolakan, kekerasan, tidak ada kasih sayang, pertengkaran orang tua dan aniaya. Waham dapat dicetuskan oleh tekanan, isolasi, pengangguran yang disertai perasaan tidak berguna, putus asa, tidak berdaya.
Tanda dan gejala:
      Perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri,
      Merasa gagal mencapai keinginan (Tim Direktorat Keswa, 2000).
      Rasa bersalah terhadap diri sendiri
      Merendahkan martabat
      Gangguan hubungan sosial
      Percaya diri kurang
      Mencederai diri

Proses Terjadinya Waham
1.      Perasaan diancam oleh lingkungan, cemas, merasa sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi
2.      Mencoba mengingkari ancaman dari persepsi diri atau objek realitas dengan menyalahartikan kesan terhadap kejadian
3.      Individu memproyeksikan pikiran dan perasaan internal pada lingkungan sehingga perasaan, pikiran, dan keinginan negatif/tidak dapat diterima menjadi bagian eksternal
4.      Individu mencoba memberi pembenaran/rasional/alasan interpretasi personal tentang realita pada diri sendiri atau orang lain

D.    Macam-macam Waham
-          Waham kendali pikir (thought of being controlled). Penderita percaya bahwa pikirannya, perasaan atau tingkah lakunya dikendalikan oleh kekuatan dari luar
-          Waham kebesaran ( delusion of grandiosty). Penderita mempunyai kepercayaan bahwa dirinya merupakan orang penting dan berpengaruh, mungkin mempunyai kelebihan keuatan yang terpendam, atau benar-benar merupakan figur orang kuat sepanjang sejarah (misal : Jenderal Soedirman, Napoleon, Hitler, dan lain-lain).
-          Waham tersangkut. penderita percaya bahwa setiap kejadian di sekelilingnya mempunyai hubungan pribadi seperti perintah atau pesan khusus. Penderita percaya bahwa orang asing disekitarnya memperhatikan dirinya, penyiar televisi dan broadcasting mengirimkan pesan dengan bahasa sandi.
-           Waham bizarre, merupakan waham yang aneh. Termasuk dalam waham bizarre, antara lain : waham sisip pikir/thought of insertion (percaya bahwa seseorang telah menyisipkan pikirannya ke kepala penderita); waham siar pikir/thought of broadcasting (percaya bahwa pikiran penderita dapat diketahui orang lain, orang lain seakan-akan dapat membaca pikiran penderita); waham sedot pikir/thought of withdrawal (percaya bahwa seseorang telah mengambil keluar pikirannya); waham kendali pikir;waham hipokondri.
-          Waham Hipokondri. Penderita percaya bahwa di dalam dirinya ada benda yang harus dikeluarkan sebab dapat membahayakan dirinya.
-          Waham Cemburu. Cemburu disini adalah cemburu yang bersifat patologis
-          Waham Curiga. Curiga patologis sehingga curiganya sangat berlebihan
-          Waham Diancam. Kepercayaan atau keyakinan bahwa dirinya selalu diikuti, diancam, diganggu atau ada sekelompok orang yang memenuhinya.
-          Waham Kejar. Percaya bahwa dirinya selalu dikejar-kejar orang
-          Waham Bersalah. Percaya bahwa dirinya adalah orang yang bersalah
-          Waham Berdosa. Percaya bahwa dirinya berdosa sehingga selalu murung
-          Waham Tak Berguna. Percaya bahwa dirinya tak berguna lagi sehingga sering berpikir lebih baik mati (bunuh diri)
-          Waham Kiskin. Percaya bahwa dirinya adalah orang yang miskin.


E.     Tanda dan Gejala
Untuk mendapatkan data waham harus melakukan observasi terhadap perilaku berikut ini:
a.  Waham kebesaran
      Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan  
      berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
      Contoh: “Saya ini pejabat di departemen kesehatan lho..” atau “Saya
                     punya tambang emas”
b.   Waham curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha    merugikan/mecederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
      Contoh: “Saya tahu..seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup
                    saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya”
c.       Waham agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan
Contoh: “Kalau saya mau masuk surga saya harus menggunakan pakaian 
                putih setiap hari”
d.      Waham somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Saya sakit kanker”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak
               ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien terus mengatakan
               bahwa ia terserang kanker.
e.       Waham nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal,diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: “Ini khan alam kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”
Tanda dan gejala yang lainnya:
-       Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan
-       Klien tampak tidak mempunyai orang lain
-       Curiga
-       Bermusuhan
-       Merusak (diri, orang lain, lingkungan)
-       Takut, sangat waspada
-       Tidak tepat menilai lingkungan/ realitas
-       Ekspresi wajah tegang
-       Mudah tersinggung

F.     Penyebab
Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir : waham yaitu Gangguan konsep diri : harga diri rendah.Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, dan merasa gagal mencapai keinginan.
Tanda dan Gejala :
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.

G.    Masalah Keperawatan
1) Masalah keperawatan:
Resiko menciderai diri, orang lain, dan lingkungan
Perubahan proses pikir : waham
Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
Data yang perlu dikaji:
Resiko menciderai diri, orang lain, dan lingkungan
Data subjektif
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh, dan ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya.
Data objektif
Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.
Perubahan proses pikir : waham
Data subjektif :
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan.
Data objektif :
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat menilai lingkungan/ realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung.
Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
Data subjektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa- apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri
Data objektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternative tindakan, ingin mencedaerai diri/ ingin mengakhiri hidup

H.       Diagnosa Keperawatan
Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham.
Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.
                        
I.       Gangguan Waham
Pasien ini tidak memperlihatkan gangguan pikiran dan mood yang perfasif seperti yang ditemukan pada kondisi psikotik lain. tidak ada afek datar atau afek tidak serasi, halusinasi yang menonjol, atau waham aneh yang nyata. pasien memiliki satu atau beberapa waham, sering berupa waham kejar, dan ketidaksetiaan dan dapat juga berbentuk waham kebesaran, somatik, atau eretomania yang :
    Biasanya spesial (misal, melibatkan orang, kelompok, tempat, atau waktu tertentu, atau aktivitas tertentu)
    Biasanya terorganisasi dengan baik (misal, “orang jahat ini” mengumpulkan alasan – alasan tentang sesuatu yang sedang dikerjakannya yang dapat dijelaskannya secara rinci).
    Biasanya waham kebesaran (misal, sekelompok yang berkuasa tertarik hanya kepadanya)
    Wahamnya tidak cukup aneh untuk mengesankan skizofrenia.
Pasien – pasien ini (cenderung berusia 40 -an) mungkin tidak dapat dikenali sampai sistem waham mereka disadari oleh keluarga atau teman – temannya. Diagnosis mungkin sulit karena pasien sangat tidak percaya pada pemeriksa dan tidak mencari pengobatan secara sukarela. mereka sering sangat sensitif, argumentatif. meskipun ia dapat melakukan pekerjaan dengan baik dan dalam hal – hal di luar waham mereka, ia cenderung mengalami isolasi sosial baik karena keinginan mereka sendiria tau akibat ketidakramahan mereka (misal, pasangannya sering mengabaikan mereka). Apabila terdapat disfungsi pekerjaan dan sosial, biasanya hal ini merupakan respon langsung terhadap waham mereka.
Kondisi ini sering tampak membentuk kesinambungan klinis dengan kondisi seperti kepribadian paranoid, skizofrenia paranoid, penggambaran mengenai batas – batas setiap sindrom menunggu penelitian lebih lanjut. Singkirkan gangguan afektif, ide – ide paranoid dan cemburu sering terdapat pada depresi. paranoid sering terdapat pada orang tua dan pada orang yang menyalahgunakan zat stimulan. reaksi paranoid akut sering ditemui pada pasien dengan delirium ringan dan pasien yang harus berada ditempat tidur karena sakit (dan sensorisnya terganggu).
Etiologi tidak diketahui. tidak ada faktor genetik atau biologik yang telah diidentifikasi. insidennya lebih tinggi pada kelompok pengungsi, kelompok minoritas, dan orang dengan gangguan pendengaran. ada kecenderungan hubunhan di dalam keluarganya yang ditandai dengan kekacauan, tidak berperasaan, dingin. Saat ini, kebermaknaan keadaan keluarga seperti ini sebagai etiologi belum pasti. mekanisme pertahanan spesifik yang digunakan oleh pasien biasanya penyangkalan, proyeksi, dan regresi.







RENTANG RESPON WAHAM
Respon Adaptif                                                                     Respon Maladaptif


 


Pikiran logis                           Distorsi pikiran                      Gangguan pikiran
Sulit berespon emosi
Perilaku kacau
Isolasi sosial

 
Ilusi
Reaksi emosi berlebihan /kurang
Perilaku aneh/tdk biasa
Menarik diri

 
/waham
Persepsi akurat
Emosi konsisten
dg pengalaman
Perilaku sesuai
Berhubungan sosial

J.      Katagori Waham
-          Waham sistematis: konsisten,  berdasarkan pemikiran mungkin  terjadi walaupun hanya secara  teoritis.
-          Waham nonsistematis: tidak  konsisten, yang secara logis dan  teoritis tidak mungkin

K.    Pengkajian
Faktor Predisposisi
§ Genetis; diturunkan
§ Neurobiologis; adanya gangguan pada kosteks pre frontal dan kosteks limbik
§ Neurotransmiter; abnormalitas pada dopamin, serotonin, dan glutamat
§ Virus: paparan virus influenza pd trimester III
§ Psikologis: ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tdk peduli
Faktor Presipitasi
§ Proses pengolahan informasi yang  berlebihan
§ Mekanisme penghantaran listrik  yang abnormal
§ Adanya gejala pemicu
Mekanisme Koping
§ Regresi
§ Proyeksi
§ Menarik diri
§ Pada keluarga: mengingkari

L.     Perilaku Waham
-       Waham agama: percaya bahwa seseorang menjadi kesayangan supranatural atau alat supranatural
-       Waham somatik: percaya adanya gangguan pada bagian tubuh
-       Waham kebesaran: percaya memiliki kehebatan atau kekuatan luar biasa
-       Waham curiga: kecurigaan yang berlebihan atau irasional dan tidak percaya dg orang lain
-       Siar pikir: percaya bahwa  pikirannya disiarkan ke dunia luar
-       Sisip pikir: percaya ada pikiran  orang lain yang masuk dalam  pikirannya
-       Kontrol pikir: merasa perilakunya  dikendalikan oleh pikiran orang  lain

M.   Pohon Masalah
Masalah                                Kerusakan komunikasi verbal


 

Problem                                      Perubahan proses pikir: waham


 

Etiologi                                      Gangguan konsep diri: harga diri  rendah


N.    Rencana Keperawatan
Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berubungan dengan waham....
Tujuan umum :
Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.
Tujuan khusus
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Rasional :
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan interaksinya
Tindakan:
Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik, waktu, tempat).
Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan perawat menerima keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima, katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak membicarakan isi waham klien.
Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : katakan perawat akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri.
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.
Rasional :
dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan memudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien dari pada hanya memikirkannya
Tindakan:
Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini yang realistis.
Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri).
Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.
Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
Rasional :
Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat dapat merencanakan untuk memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan klien tersebut sehingga klien merasa nyaman dan aman

Tindakan:
Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.
Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.
Klien dapat berhubungan dengan realitas.
Rasional :
menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu lebih benar dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat menghilangkan waham yang ada
Tindakan:
Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan waktu).
Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.
Klien dapat menggunakan obat dengan benar
Rasional :
Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan mempengaruhi proses penyembuhan dan memberikan efek dan efek samping obat
Tindakan:
Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek samping minum obat.
Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat, dosis, cara dan waktu).
Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.
Klien dapat dukungan dari keluarga.
Rasional :
dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat klien akan mambentu proses penyembuhan klien
Tindakan:
Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang : gejala waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga

Diagnosa 2: Perubahan proses pikir: waham berhubungan dengan harga diri rendah
Tujuan umum :
Klien tidak terjadi perubahan proses pikir: waham dan klien akan meningkat harga dirinya.
Tujuan khusus :
Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
Klien dapat menilai kemampuan yang dapat Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien, utamakan memberi pujian yang realistis
Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Tindakan :
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke rumah
Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

Tindakan :
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan
Tindakan :
5.1. Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
5.2. Beri pujian atas keberhasilan klien
5.3. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan :
Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.
Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.












BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
Berbagai macam masalah kehilangan dapat terjadi dalam kehidupan manusia, baik itu kehilangan harta benda, keluarga maupun orang yang bermakna. Kehilangan ini merupakan stresor yag menyebabkan stres pada mereka yang mengalaminya. Bila stress ini berkepanjangan dapat memicu masalah gangguan jiwa dan pasien dapat mengalami waham.
Waham  adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan.
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal.
Tanda dan gejala: Pikiran tidak realistik, flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang.













DAFTAR PUSTAKA

Stuart, Gail Wiscarzt. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. 2002. Jakarta: EGC.
Tomb, David A. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. 2003. Jakarta: EGC.
NN. 29 Oktober 2007. Waham. http//www.Id.wikipedia.org/wiki/waham.
Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.).St.Louis Mosby Year Book, 1995
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa,Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri,Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang :RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa,Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000

Tidak ada komentar:

Posting Komentar