Minggu, 05 Februari 2012

Asuhan Keperawatan Konjungtivitis

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Mata merupakan indera penglihatan pada manusia. Salah satu penyakit yang dapat menyerang indra penglihatan yaitu konjungtivitis. Sebelumnya, pengertian dari konjungtiva itu sendiri adalah membrana mukosa yang melapisi bagian dalam kelopak mata (palpebra) dan berlanjut ke batas korneosklera permukaan anterior bola mata. Sedangkan pengertian konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva yang ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivitis mata nampak merah, sehingga sering disebut mata merah.
sebagian orang mengira penyakit radang mata/mata merah hanya penyakit biasa cukup diberi tetes mata biasa sudah cukup. padahal bila penyakit radang mata tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi seperti Glaukoma, katarak maupun ablasi retina. Dengan ini semoga makalah yangkami buat dapat memusatkan pada pencegahan dan penatalaksanaan infeksi / radang mata terdiri dari konjungtivitis. (Barbara C.Long, 1996)

1.2  TUJUAN

1.2.1        Untuk mengetahui perkembangan persepsi sensori pada lansia
1.2.2         untuk mengetahui anatomi dan fisiologi indera penglihatan.
1.2.3        untuk mengetahui pengertian, etiologi, dan patofisiologi konjungtivitis
1.2.4        untuk mengetahui farmakologi, penatalaksanaan medis dan gizi yang tepat pada konjungtivitis
1.2.5        untuk mengetahui asuhan keperawatan pada konjungtivitis.

1.3  MANFAAT
1.3.1        dapat mengetahui anatomi serta fisiologi indera penglihatan pada lansia
1.3.2        dapat mengetahui lebih dalam patofisiologi kongjungtivitis
1.3.3        dapat  mengetahui farmakologi dan implikasi keperawatan pada kongjungtivitis: analgetik,antibiotic.
1.3.4        dapat mengetahui penatalaksanaan medic kongjungtivitis
1.3.5        dapat mengetahui gizi pada klien kongjungtivitis dan implikasi keperawatannya
1.3.6        dapat mengetahui dan mengerti asuhan keperawatannya pada pasien dengan konjungtivitis

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Perkembangan persepsi sensori penglihatan pada dewasa
Persepsi adalah interpretasi yang tinggi terhadap lingkungan Manusia dan mengolah proses informasi tersebut( Wilson D, 2000 ).
Mekanisme persepsi merupakan suatu peristiwa physical dan proses eksternal yang membangkitkan persepsi yang mempengruhi mata, saraf di bagaian visual cortex, yang memberikan efek ke lingkungan yang dapat mempengaruhi dan di pengaruhi oleh susunan saraf pusat (Graham R, 1999)
Manusia secara umum menerima informasi dari Lingkungan lewat proses yang sama, oleh karena itu dalam memahami Persepsi harus ada proses di mana ada informasi yang di peroleh lewat memory organisme yang hidup. Fakta ini memudahkan peningkatan Persepsi individu, adanya stimulus yang mempengaruhi individu yang mecetuskan suatu pengalaman dari Organisme, sehingga timbul berpikir yang dalam proses perseptual merupakan proses yang paling tinggi, seperti pada gambar 1: (Hill G, 2000).
B.     Anatomi dan fisiologi indra penglihatan
a.       Anatomi Mata

Bola mata (bubus oculi), atau organ penglihatan, berada pada kavitas orbita, dimana organ ini dilindungi dari cedera dan pergerkan oleh otot-otot okular serta tulang (os sphenoidale, zygomaticum, frontale, ethmoidale, lacrimale,  dan maxilla). Selain itu, ada pula struktur aksesorius yang berhubungan dengan mata, seperti otot-otot, fascia, alis, kelopak mata, konjungtiva, dan badan lakrimal.
Ukuran bola mata lebih panjang pada diameter transversal dan antero-posterior daripada diameter vertikal.Pada wanita, ketiga diameter tersebut lebih kecil daripada laki-laki.Diameter antero-posterior pada bayi baru lahir berkisar 17.5 mm, dan saat pubertas berkisar 20-21 mm. Bola mata terbenam dalam lemak di orbita, tetapi dipisahkan dari jaringan tersebut oleh kantung membranosa tipis, fascia bulbi.
Mata adalah organ yang komplek, dimata terdapat reseptor khusus cahaya yang disebut fotoreseptor.Setiap mata mempunyai satu lapisan reseptor, suatu sistem lensa untuk memusatkan cahaya pada reseptor, dan sistem saraf untuk menghantarkan impuls dari reseptor ke otak. Umumnya mata dilukiskan sebagai bola, tetapi sebetulnya lonjong dan bukan bulat seperti bola. Bola mata mempunyai garis menengah kira-kira 2½ centimeter, bagian depannya bening, serta terdiri dari tiga lapisan : Lapisan luar fibrus) yang merupakan lapisan penyangga, Lapisantengah(vaskuler), Lapisan dalam, lapisan saraf.
Bola mata disusun oleh tiga lapisan, yaitu : sklera, koroid, dan retina. Lapisan terluar yang kencang atau sklera tampak putih gelap dan ada yang bening yaitu pada bagian iris dan pupil yang membantuk kornea.Lapisan tengan yaitu koroid mengandung pembuluh – pembuluh darah yang arteriolnya masu kedalam badan siliar yang menempel pada ligamen suspensori dan iris. Lapisan terdalam adalah retina yang tidak mempunyai bagian anterior mengandung reseptor cahaya ( fotoreseptor ) yang terdiri dari sel batang dan sel kerucut. Reseptor cahaya melakukan synap dengan saraf - saraf bipolar diretina dan kemudian dengan saraf – saraf ganglion diteruskan keserabut saraf optikus.Sel kerucut lebih sedikit dibanding sel batang.Sel kerucut dapat ditemukan di dekat pusat retina dan diperkirakan menjadi reseptor terhadap cahaya terang dan penglihatan warna.Sel – sel batang ditemukan banyak pada daerah perifer retina yang merupakan reseptor terhadap gelap atau penglihatan malam.Sel – sel batang mengandung rhodopsin yaitu suatu protein fotosintetif yang cepat berkurang dalam cahaya terang.Regenerasi rhodopsin bersifat lambat tergantung pada tersedianya vitamin A, mata memerlukan waktu untuk beradaptasi dari terang ke gelap.Defisiensi vitamin A mempengaruhi kemampuan melihat dimalam hari.

         Ruangan pada mata
Bagian dalam bola mata terdiri dari 2 rongga ; anterior dan posterior. Rongga anterior teletak didepan lensa, selanjutnya dibagi lagi kedalam dua ruang ; ruang anterior ( antara kornea dan iris ) dan ruang posterior ( antara iris dan lensa ). Rongga anterior berisi cairan bening yang dinamakan humor aqueous yang diproduksi dalam badan ciliary, mengalir kedalam ruang posterior melewati pupil masuk keruang anterior dan dikeluarkan melalui saluran schelmm yang menghubungkan iris dan kornea ( sudut ruang anterior ).

         Iris dan lensa
Iris adalah berwarna, membran membentuk cairan ( bundar ) mengandung dilator involunter dan otot – otot spingter yang mengatur ukuran pupil. Pupil adalah ruangan ditengah – tengah iris, ukuran pupil bervariasi dalam merespon intensitas cahaya dan memfokuskan objek ( akomodasi ) untuk memperjelas penglihatan, pupil mengecil jika cahaya terang atau untuk penglihatan dekat. Lensa mata merupakan suatu kristal, berbentuk bikonfek ( cembung ) bening, terletak dibelakang iris, terbagi kedalam ruang anterior dan posterior. Lensatersusun dari sel – sel epitel yang dibungkus oleh membrab elastis, ketebalannya dapat berubah – ubah menjadi lensa cembung bila refraksi lebih besar.

         Otot – otot mata
Otot – otot mata terdiri dari dua tipe; ekstrinsik dan intrinsik. Otot – otot intrinsi bersifat volunter ( dibawah sadar ), diluar bola mata yang mengontrol pergerakan diluar mata. Otot – otot intrinsik bersifat involunter ( tidak disadari ) berada dalam badan ciliary yang mengontrol ketebalan dan
ketipisan lensa, iris dan ukuran pupil.

         Sudut filtrasi
Sudut filtrasi ini terdapat didalam limbus kornea. Limbus adalah bagian yang dibatasi oleh garis yang menghubungkan akhir dari membran descemet dan membran bowman lalu ke posterior 0,75 mm, kemudian kedalam mengelilingi kanal schelmm dan trabekula sampai ke COA. Akhir dari membran descemet disebut garis schwalbe.Limbus terdiri dari 2 lapisan epitel dan stroma.Epitelnya dua kali setebal epitel kornea.Didalam stromanya terdapat serat – serat saraf dan cabang akhir dari A. siliaris anterior. Bagian terpenting dari sudut foltrasi adalah trabekula, yang terdiri dari :
1.      Trabekula korneoskeral, serabutnya berasal dari lapisan dalam stroma kornea dan menuju kebelakang, mengelilingi kanal schelmm untuk berinsersi pada sklera.
2.      Trabekula uveal, serabut berasal dari lapisan dalam stroma kornea, menuju ke skleralspur ( insersi dari m. siliarir ) dan sebagian ke m. siliaris meridional.
3.       serabut berasal dari akhir membran descemet ( garis schwalbe ), menuju kejaringan pengikat m. siliaris radialis dan sirkularis.
4.      Ligamentum pektinatum rudimenter, berasaal dari dataran depan iris menuju ke depan trabekula. Trabekula terdiri dari jaringan kolagen, jaringan homogen, elastis, dan seluruhnya diliputi endotel.Keseluruhannya merupakan spons yang tembus pandang, sehingga bila ada darah dalam canal schelmm, dapat terlihat dari luar.

Saraf mata
Saraf optikus atau urat saraf kranial kedua adalah saraf sensorik untuk penglihatan.
Saraf penglihatan memiliki tiga pembungkus yang serupa dengan yang ada pada meningen otak. Lapisan luarnya kuat dan pibrus serta bergabung dengan sklera, lapisan tengah halus seperti arakhnoid, sementara lapisan dalam adalah vakuler (yang mengandung banyak pembuluh darah).


Organ Aksesorius Mata (Organa Oculi Accessoria)
Organ aksesorius mata termasuk otot okular, fascia, alis, kelopak mata, konjungtiva, dan aparatus lakrimal. Mata dilindungi dari kotoran dan benda asing oleh alis, bulu mata dan kelopak mata. Konjungtiva adalah suatu membran tipis yang melapisi kelopak mata ( konjungtiva palpebra), kecuali darah pupil. Konjungtiva palpebra melipat kedalam dan menyatu dengan konjungtiva bulbar membentuk kantung yang disebut sakus konjungtiva.Walaupun konjungtiva transparan, bagian palpebra tampak merah muda karena pantulan dari pembuluh – pembuluh darah yang ada didalamnya, pembuluh – pembuluh darah kecil dapat dari konjungtiva bulbar diatas sklera mata.Konjungtiva melindungi mata dan mencegah mata dari kekeringan.

Anatomi Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan dalam dari kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan depan dari bola mata, kecuali bagian jernih di tengah-tengah mata (kornea).
Membran ini berisi banyak pembuluh darah dan berubah merah saat terjadi inflamasi. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:
1.  konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra).
2.  konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata).
3. konjungtiva forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior palpebra dan bola mata) (Alamsyah, 2007).

Meskipun konjungtiva agak tebal, konjungtiva bulbar sangat tipis. Konjungtiva bulbar juga bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang dan ke depan. Pembuluh darah dengan mudah dapat dilihat di bawahnya.Di dalam konjungtiva bulbar terdapat sel goblet yang mensekresi musin, suatu komponen penting lapisan air mata pre-kornea yang memproteksi dan memberi nutrisi bagi kornea (Alamsyah, 2007).
Kelenjar lakrimalis teletak pada sebelah atas dan lateral dari bola mata. Kelenjar lakrimalis mengsekresi cairan lakrimalis. Air mata berguna untuk membasahi dan melembabkan kornea, kelebihan sekresi akan dialirkan ke kantung lakrimalis yang terletak pada sisi hidung dekat mata dan melalui duktus nasolakrimalis untuk kehidung.

Lacrimal apparatus (apparatus lacrimalis)
Apparatus lakrimal terdiri dari :
(a)    kelenjar lakrimal, yang mensekresikan air mata, dan duktus ekskretorinya, yang menyalurkan cairan ke permukaan mata;
(b)   duktus lakrimal, kantung (sac) lakrimal, dan duktus nasolakrimal, yang menyalurkan cairan ke celah hidung.

-          Lacrimal gland (glandula lacrimalis) terdapat pada fossa lakrimal, sisi medial prosesus zigomatikum os frontal.Berbentuk oval, kurang lebih bentuk dan besarnya menyerupai almond, dan terdiri dari dua bagian, disebut kelenjar lakrimal superior (pars orbitalis) dan inferior (pars palpebralis).Duktus kelenjar ini, berkisar 6-12, berjalan pendek menyamping di bawah konjungtiva.
-          Lacrimal ducts (lacrimal canals), berawal pada orifisium yang sangat kecil, bernama puncta lacrimalia, pada puncak papilla lacrimales, terlihat pada tepi ekstremitas lateral lacrimalis.Duktus superior, yang lebih kecil dan lebih pendek, awalnya berjalan naik, dan kemudian berbelok dengan sudut yang tajam, dan berjalan ke arah medial dan ke bawah menuju lacrimal sac.Duktus inferior awalnya berjalan turun, dan kemudian hamper horizontal menuju lacrimal sac.Pada sudutnya, duktus mengalami dilatasi dan disebut ampulla.Pada setiap lacrimal papilla serat otot tersusun melingkar dan membentuk sejenis sfingter.
-          Lacrimal sac (saccus lacrimalis) adalah ujung bagian atas yang dilatasi dari duktus nasolakrimal, dan terletak dalam cekungan (groove) dalam yang dibentuk oleh tulang lakrimal dan prosesus frontalis maksila.Bentuk lacrimal sac oval dan ukuran panjangnya sekitar 12-15 mm; bagian ujung atasnya membulat; bagian bawahnya berlanjut menjadi duktus nasolakrimal.
-          Nasolacrimal duct (ductus nasolacrimalis; nasal duct) adalah kanal membranosa, panjangnya sekitar 18 mm, yang memanjang dari bagian bawah lacrimal sac menuju meatus inferior hidung, dimana saluran ini berakhir dengan suatu orifisium, dengan katup yang tidak sempurna, plica lacrimalis (Hasneri), dibentuk oleh lipatan membran mukosa. Duktus nasolakrimal terdapat pada kanal osseous, yang terbentuk dari maksila, tulang lakrimal, dan konka nasal inferior.

b.      Fisiologi Penglihatan
1.         Cahaya masuk ke mata dan di belokkan (refraksi) ketika melalui kornea dan struktur-struktur lain dari mata (kornea, humor aqueous, lensa, humor vitreous) yang mempunyai kepadatan berbeda-beda untuk difokuskan di retina, hal ini disebut kesalahan refraksi.
2.         Mata mengatur (akomodasi) sedemikian rupa ketika melihat objek yang jaraknya bervariasi dengan menipiskan dan menebalkan lensa. Pemglihatan dekat memerlukan kontraksi dari badan ciliary, yang bisa memendekkan jarak antara kedua sisi badan ciliary yang diikuti dengan relaksasi ligamen pada lensa.Lensa menjadi lebih cembung agar cahaya dapat terfokuskan pada retina.Penglihatan yang terus menerus dapat menimbulkan ketegangan mata karena kontraksi yang menetap (konstan) dari otot-otot ciliary.Hal ini dapat dikurangi dengan seringnya mengganti jarak antara objek dengan mata.Akomodasi juga dinbantu dengan perubahan ukuran pupil. Penglihatan dekat, iris akan mengecilkan pupil agar cahaya lebih kuat melelui lensa yang tebal.
3.         Cahaya diterima oleh fotoreseptor pada retina dan dirubah menjadi aktivitas listrik diteruskan ke kortek. Serabut-serabut saraf optikus terbagi di optik chiasma (persilangan saraf mata kanan dan kiri), bagian medial dari masing-masing saraf bersilangan pada sisi yang berlawanan dan impuls diteruskan ke korteks visual.
4.         Tekanan dalam bola mata (intra occular pressure/IOP)
Tekanan dalam bola mata dipertahankan oleh keseimbangan antara produksi dan pengaliran dari humor aqueous.Pengaliran dapat dihambat oleh bendungan pada jaringan trabekula (yang menyaring humor aquoeus ketika masuk kesaluran schellem) atau dfengan meningkatnya tekanan pada vena-vena sekitar sclera yang bermuara kesaluran schellem.Sedikit humor aqueous dapat maengalir keruang otot-otot ciliary kemudian ke ruang suprakoroid.Pemasukan kesaluran schellem dapat dihambat oleh iris.Sistem pertahanan katup (Valsava manuefer) dapat meningkatkan tekanan vena.Meningkatkan tekanan vena sekitar sklera memungkinkan berkurangnya humor aquoeus yang mengalir sehingga dapat meningkatkan IOP. Kadang-kadang meningkatnya IOP dapat terjadi karena stress emosional. 

C.    KONJUNGTIVITIS
v  Definisi
  • Konjungtivitis adalah suatu peradangan pada konjungtiva dan satu penyakit berjangkit.
  • Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva akibat suatu proses infeksi atau respon alergi
v  Masa Inkubasi
Waktu terekspos sampai kena penyakit 1-3 hari.

v  Penyebab
Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibat:
a)      Infeksi olah virus atau bakteri
b)      Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang
c)      Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet dari las listrik atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju.
d)     Pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa menyebabkan konjungtivitis. Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
e)      Entropion atau ektropion
f)       Kelainan saluran air mata
g)      Kepekaan terhadap bahan kimia
h)      Pemaparan oleh iritan
i)        Infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia).

v  Gejala
a)      Mata terasa kasar menggatalkan, merah dan mungkin berair.
b)      Kelopak mata mungkin terlekat sewaktu bangun tidur.
c)      Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan kotoran.
d)     Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna putih.
e)      Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih.
f)       Kelopak mata bisa membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena alergi.
g)      Gejala lainnya adalah: - mata berair - mata terasa nyeri - mata terasa gatal - pandangan kabur - peka terhadap cahaya - terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari.

v  Patofisiologi
Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka sempurna, karena mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi menyebabkan konjungtivitis.Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena adanya peradangan ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang merah, edema, rasa nyeri, dan adanya secret mukopurulent.Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata sehingga fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi. Pada konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan berlebihan akan meningkatkan tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan saluran air mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air mata yang terganggu akan menyebabkan iskemia syaraf optik dan terjadi ulkus kornea yang dapat menyebabkan kebutaan. Kelainan lapang pandang yang disebabkan kurangnya aliran air mata sehingga pandangan menjadi kabur dan rasa pusing.

v  Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.

v  Pengobatan
Pengobatan tergantung kepada penyebabnya
a)      Kelopak mata dibersihkan dengan air hangat.
b)      Jika penyebabnya bakteri, diberikan tetes mata atau salep yang mengandung antibiotik.
c)      Untuk konjungtivitis karena alergi, antihistamin per-oral (melalui mulut) bisa mengurangi gatal-gatal dan iritasi. Atau bisa juga diberikan tetes mata yang mengandung corticosteroid.
d)     Untuk memperbaiki posisi kelopak mata atau membukan saluran air mata yang tersumbat, mungkin perlu dilakukan pembedahan.

v  Pencegahan
1)      Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah membersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.
2)      Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit.
3)      Jangan menggunakan handuk atau lap bersama-sama dengan penghuni rumah lainnya.
4)      Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya.

v  KLASIFIKASI KONJUNGTIVITIS
1)      Konjungtivitis Bakteri
Definisi
Konjungtivitis bakteri adalah radang konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri, mudah menular.
Etiologi
Stafilokok, streptokok, corynebacterium diphtheriae, pseudomonas aeruginosa, neisseria gonorrhoea, dan haemophilus influenzae.
Manisfestasi Klinis
Konjungtivita bulbi hiperemis, lakrimasi, eksudat dengan sekret mukopurulen terutama di pagi hari, pseudoptosis akibat pembengkakan kelopak, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membran, pseudomembran, granulasi, flikten, mata seperti ada benda asing, dan limfadenopati preaurikular.Kadang disertai keratitis dan blefaritis. Biasanya dari satu mata akan menular ke mata yang lain dan dapat menjadi kronis.
Pemeriksaan Penunjang
Dilakukan pemeriksaan sediaan langsung dengan pewarnaan gram atau Giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan uji sensitivitas. Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore dilakukan pemeriksaan sekret dengan pewarnaan metilen biru yang akan menunjukkan diplokok dalam sel leukosit. Dengan pewarnaan Gram terlihat diplokok gram negatif intra dan ekstraseluler.Pemeriksaan sensitivitas dilakukan agar darah dan coklat.
Komplikasi
Stafilokok dapat menyebabkan blefarokonjungtivitis, genokok menyebabkan perforasi kornea dan endoftalmitis, dan meningokok dapat menyebabkan septikemia atau meningitis.
Penatalaksaan
Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi, dapat diberikan antibiotik tunggal, seperti gentamisin, kloramfenikol, folimiksin, etc. selama 3- 5 hari.Kemudian bila tidak memberikan hasil yang baik, dihentikan dan menunggu hasil pemeriksaan.
Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, diberikan tetes mata antibiotik spektrum luas tiap jam disertai obat salep mata untuk tidur atau salep mata 4 – 5 kali sehari.
Prognosis
Konjungtivitis bakteri yang disebabkan oleh mikroorganisme tertentu, seperti haemophilus influenzae, adalah penyakit swasima. Bila tidak diobati akan sembuh dengan sendirinya dalam waktu 2 minggu. Dengan pengobatan biasanya akan sembuh dalam 1 -3 hari.

2)      Konjungtivitis Alergika
Definisi
Konjungtivitis Alergika adalah suatu peradangan alergi pada konjungtiva (selaput yang menutupi kelopak mata bagian dalam dan permukaan luar mata). Pada sebagian besar penderita, konjungtivitis alergika merupakan bagian dari sindroma alergi yang lebih luas, misalnya rinitis alergika musiman. Tetapi konjungtivitis alergika bisa terjadi pada seseorang yang mengalami kontak langsung dengan zat-zat di dalam udara, seperti serbuk sari, spora jamur, debu dan bulu binatang.

Penyebab
Alergi cenderung merupakan penyakit keturunan.
Gejala
Reaksi alergi menyebabkan pelepasan histamin dan pelebaran pembuluh darah di dalam konjungtiva.Bagian putih mata menjadi merah dan bengkak, mata terasa gatal dan berair.Kelopak mata membengkak dan merah.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.Pada cairan hidung banyak ditemukan eosinofilia (salah satu jenis sel darah putih).Tes kulit terhadap alergen yang diduga menjadi penyebab terjadinya reaksi alergi menunjukkan hasil positif.
Pengobatan
a)      Antihistamin per-oral merupakan pengobatan utama untuk konjungtivitis alergika. Antihistamin juga bisa diberikan dalam bentuk tetes mata, yang biasanya dikombinasikan dengan vasokonstriktor untuk mengurangi kemerahan.Tetapi antihistaminnya sendiri maupun sesuatu di dalam larutan tetes mata kadang bisa memperburuk reaksi alergi yang terjadi, sehingga biasanya lebih disukai antihistamin per-oral.
b)     Kromolin (juga tersedia dalam bentuk tetes mata) terutama digunakan sebagai pencegahan jika penderita akan mengadakan kontak dengan suatu alergen. Tetes mata yang mengandung kortikosteroid bisa digunakan pada kasus yang berat, tetapi bisa menyebabkan komplikasi (misalnya glaukoma).
c)      Jika pengobatan lainnya tidak memberikan hasil yang memuaskan, maka dianjurkan untuk menjalani immunoterapi alergen.
Pencegahan
a)      Mencuci mata dengan cairan pencuci mata yang lunak bisa membantu mengurangi iritasi.
b)      Penderita sebaiknya menghindari bahan yang dapat menyebabkan reaksi alergi. Selama terjadi konjungtivitis, sebaiknya lensa kontak tidak dipasang.

3)      Konjungtivitis Neonatorum
Definisi
Konjungtivitis Neonatorum (Oftalmia Neonatorum) adalah suatu infeksi pada konjungtiva (bagian putih mata) dan selaput yang melapisi kelopak mata.

Penyebab
Konjungtivitis neonatorum didapat ketika bayi melewati jalan lahir dan organisme penyebabnya adalah bakteri yang biasanya ditemukan di vagina.
a)      Paling sering menyebabkan konjungtivitis neonatorum adalah Chlamydia. Bakteri lainnya adalah Streptococcus pneumoniae, Hemophilus influenzae dan Neisseria gonorrhoeae (bakteri penyebab gonore).
b)     Virus juga bisa menyebabkan konjungtivitis neonatorum, yang paling sering adalah virus herpes simpleks.
Gejala
a)      Konjungtivitis karena Chlamydia biasanya timbul dalam waktu 5-14 hari setelah bayi lahir. Infeksinya bisa ringan atau berat dan menghasilkan nanah (bisa sedikit ataupun banyak).
b)      Konjungtivitis karena bakteri lainnya mulai timbul pada hari ke 4-21, bisa disertai ataupun tanpa pembentukan nanah.
c)      Konjungtivitis karena bakteri gonore timbul pada hari ke 2-5 atau mungkin lebih awal (terutama jika selaput ketuban telah pecah sebelum waktunya dan infeksi sudah mulai timbul sebelum bayi lahir).
d)     Infeksi herpes simpleks bisa hanya menyerang mata atau bisa juga mengenai mata dan bagian tubuh lainnya.
e)      Apapun penyebabnya, kelopak mata dan bagian putih mata biasanya membengkak. Jika kelopak mata dibuka, maka nanah akan mengalir keluar.
f)       Jika pengobatan ditunda, maka bisa terbentuk luka terbuka pada kornea sehingga bisa terjadi gangguan penglihatan.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata. Untuk menentukan organisme penyebabnya, contoh nanah diperiksa dengan mikroskop atau dibiakkan.
Pengobatan
a)      Untuk mengobati konjungtivitis karena bakteri, diberikan salep yang mengandung polimiksin dengan basitrasin, eritromisin atau tetrasiklin, yang dioleskan langsung ke mata.
b)      50% bayi yang menderita konjungtivitis klamidia juga menderita infeksi klamidia di bagian tubuh lainnya, kaena itu juga diberikan eritromisin per-oral (melalui mulut).
c)      Konjungtivitis karena virus herpes diobati dengan obat tetes mata atau salep trifluridin dan salep idoksuridin. Juga diberikan obat anti virus asiklovir dengan pertimbangan bahwa virus telah menyebar atau akan menyebar ke otak dan organ lainnya.
d)     Salep kortikosteroid tidak diberikan karena akan memperburuk infeksi klamidia maupun infeksi virus herpes.
Pencegahan
Untuk mencegah konjungtivitis, kepada bayi baru lahir secara rutin diberikan salep atau tetes mata perak nitrat, eritromisin atau tetrasiklin.Kepada bayi yang ibunya menderita gonore diberikan suntikan antibiotik seftriakson.



4)      Konjungtivitis Gonokokal
Bayi baru lahir bisa mendapatkan infeksi gonokokus pada konjungtiva dari ibunya ketika melewati jalan lahir. Karena itu setiap bayi baru lahir mendapatkan tetes mata (biasanya perak nitrat, povidin iodin) atau salep antibiotik (misalnya eritromisin) untuk membunuh bakteri yang bias menyebabkan konjungtivitis gonokokal. Dewasa bisa mendapatkan konjungtivitis gonokokal melalui hubungan seksual (misalnya jika cairan semen yang terinfeksi masuk ke dalam mata). Biasanya konjungtivitis hanya menyerang satu mata.Dalam waktu 12-48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri.Jika tidak diobati bisa terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi mata bahkan kebutaan.Untuk mengatasi konjungtivitis gonokokal bisa diberikan tablet, suntikan maupun tetes mata yang mengandung antibiotik.

5)      Keratokonjungtivitis Vernalis
Definisi
Keratokonjungtivitis Vernalis adalah peradangan konjungtiva yang berulang (musiman).
Penyebab
Konjungtivitis vernal terjadi akibat alergi dan cenderung kambuh pada musim panas. Keratokonjungtivitis vernal sering terjadi pada anak-anak, biasanya dimulai sebelum masa pubertas dan berhenti sebelum usia 20.
Gejala
Gejalanya berupa:
-          gatal hebat
-          mata merah dan berair
-          peka terhadap cahaya (fotofobia)
-          kotoran mata yang kental dan lengket.
Konjungtiva di bawah kelopak mata membengkak dan berwarna pink pucat sampai keabuan, sedangkan konjungtiva lainnya tampak berwarna putih susu. Konjungtiva yang melapisi bola mata tampak menebal dan keabuan.
Kadang terjadi kerusakan pada sebagian kecil kornea yang menyebabkan nyeri dan fotofobia hebat.Keseluruhan gejala biasanya menghilang pada musim dingin.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata.
Pengobatan
Jangan menggisik mata karena bisa menyebabkan iritasi lebih lanjut.
Kompres dingin bisa mengurangi gejala.Tetes mata antialergi seperti cromoline, lodoxamind, ketorolac dan levokabastin merupakan pengobatan yang paling aman.Antihistamin oral juga bisa membantu meringankan gejala.Corticosteroid bisa mengurangi peradangan, tetapi sebaiknya tidak digunakan lebih dari beberapa minggu karena bisa menyebabkan peningkatan tekanan pada mata, katarak dan infeksi opportunistik.

D.    DIET
Pasien dengan Konjungtivitis dapat diberikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein. Agar system kekebalan tubuh dapat ditingkatkan serta dimungkinkan untuk tidak terjadi penyebaran infeksi sistemik. Serta pemberian retinol (vitamin A) dapat mengurangi infeksi.

E.     FARMAKOLOGI
Obat yang diberikan pada penderita konjungtivitis adalah golongan Antibiotika.

F.     PENATALAKSANAAN MEDIS
Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara menghindari kontraminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit. Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna mengindari penyebaran konjungtivitis antar pasien. Irigasi mata dengan larutan garam normal dilakukan untuk membuang kotoran purulen yang terkumpul.

G.    ASUHAN KEPERAWATAN KONJUNGTIVITIS
Kasus
Tn. S (40 tahun), datang ke poli dengan keluhan nyeri pada kedua matanya. Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan mata klien tampak hiperemia, berair dan kotor. Klien mengatakan saat bangun tidur matanya lengket, terdapat purulent, dan pandangan klien sedikit kabur.
Analisa Data
Data
Problem
Etiologi
DS:
Ø  Pasien mengatakan nyeri pada kedua matanya.
DO:
Ø  Hasil PF ditemukan: mata klien tampak hiperemia, berair dan kotor.
Nyeri Akut
Agen Cedera Biologi
DS:
Ø  Pasien mengatakan saat bangun tidur matanya lengket, dan pandangan klien sedikit kabur.
DO:        
Ø  Hasil PF ditemukan: mata klien tampak hiperemia, berair dan kotor.
Ø  Terdapat purulent.
Gangguan Persepsi Sensori (Visual)
Perubahan Penerimaan Sensori

Prioritas Diagnosa
1.      Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi ditandai dengan pasien mengatakan nyeri pada kedua matanya, dan hasil PF ditemukan: mata klien tampak hiperemia, berair dan kotor.
2.      Gangguan persepsi sensori (visual) berhubungan dengan perubahan penerimaan sensori ditandai dengan pasien mengatakan saat bangun tidur matanya lengket, dan pandangan klien sedikit kabur, hasil PF ditemukan: mata klien tampak hiperemia, berair dan kotor, serta terdapat purulent.

Intervensi
Tgl/Jam
NO DP
Tujuan
Intervensi
Rasional
Ttd
Senin, 06 Februari 2012
08.00
1
Nyeri akut dapat teratasi sdetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, dengan kriteria hasil:
Ø  Tidak nyeri pada kedua kelopak mata pasien.
Ø  Mata pasien tidak hiperemia.
Ø  Mata pasien tidak berair.
Ø  Mata pasien tidak kotor.

1.      Monitor TTV (TD, RR, Nadi, Suhu) tiap 8 jam.










2.      Monitor scala nyeri (PQRST).







3.      Monitor kondisi mata pasien.










4.      Ajarkan tehnik relaksasi.







5.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antihistamin.



6.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat tetes mata / salep mata.
1.   Mengukur tanda-tanda vital dapat membantu mengetahui adanya perubahan RR, Nadi, dan Suhu pasien, karena pasien konjungtivitis dengan masalah nyeri, metabolisme dalam tubuhnya sering berubah-ubah karena adanya infeksi pada telinga.
2.   Mengukur scala nyeri dapat membantu untuk mengetahui kualitas dan kuantitas nyeri yang di rasakan pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan terapi yang sesuai.
3.   Memeriksa kondisi mata pasien dapat membantu untuk mengetahui adanya hiperemis, mata berair dan kotor pada pasien yang menyebabkan nyeri yang dirasakan pasieen sehingga diberikan terapi yang tepat.
4.      Tehnik relaksasi dapat membantu untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien sehingga pasien tidak terusan focus pada nyerinya dan merasa lebih nyaman.
5.      Pemberian antihistamin dapat membantu untuk menekan alergi pada mata pasien sehingga  mengurangi/ meringankan gejala yang akan timbul.
6.      Pemberian obat tetes atau salep mata maka dapat membantu untuk mengurangi hiperemis, mata berair dan membersihkan kotoran pada mata pasien yang menyebabkan nyeri.

Senin, 06 Februari 2012
08.00
2
Gangguan persepsi sensori visual dapat teratasi setelah dilakukan tindakan keperawata selama 7x24 jam, dengan kriteria hasil:
Ø  Mata pasien tidak lengket saat bangun tidur
Ø  Pasien dapat melihat dengan jelas.
Ø  Pandangan pasien tidak kabur.
Ø  Mata pasien tidak hiperemia.
Ø  Mata pasien tidak berair.
Ø  Mata pasien tidak kotor.
Ø  Tidak terdapat purulent.
1.      Monitor kondisi mata pasien.











2.      Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk atau mengucek matanya.




3.      Anjurkan pasien untuk membasuh kelopak matanya dengan air hangat saat bangun tidur.






4.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat tetes / salep mata.
1.   Memeriksa kondisi mata pasien dapat membantu untuk mengetahui adanya hiperemia, dan mata kotor bahkan purulent pada mata pasien yang menyebabkan penglihatan pasien sedikit kabur sehingga diberikan tindakan dan terapi yang tepat.
2.   Dengan tidak menggaruk/ tidak mengucek mata. Maka dapat membantu untuk meminimalkan terjadinya infeksi ke arah yang lebih buruk.
3.   Dengan membasuh kelopak mata dengan air hangta saat bangun tidur, maka dapat membantu untuk melunakkan dan membersihkan purulent yang mengeras yang menyebabkan kelopak mata pasien lengket sehingga mudah untuk di buka.
4.   Pemberian obat tetes/ salep mata maka dapat membantu untuk membersihkan kotoran pada mata pasien karena infeksi yang menyebabkan penglihatan pasien sedikit kabur sehingga mempercepat proses penyembuhan.



H.    Keterampilan melakukan Pemeriksaan fisik system persepsi sensori pada dewasa
1)      Palpebrae
Edema palpebra mudah tampak, cairan edema mudah terkumpul di palpebrae karena jaringan palpebrae sangat longgar dan lebih tampak bila pasien bangun tidur atau terbaring lama. Sesuai dengan hukum gravitasi, bila edema tidak menyeluruh bisa terjadi edema palpebrae hilang/berkurang  setelah pasien beraktivitas dengan posisi tegak kerena kemudian cairan terkumpul di ekstremitas bawah.

2)      Sklera dan konjungtiva
Teknik memeriksa sklera dengan dua jari menarik palpebrae, pasien melihat ke bawah.
Radang pada konjungtiva bisa terjadi, baik pada konjungtiva bulbi maupun konjungtiva palpebrae.Keadaan anemik bisa diperiksa pada warna yang pucat pada konjungtiva palpebrae inferior.Perdarahan sub-konjungtival bisa juga terjadi baik pada konjungtiva bulbi maupun palpebrae. Rembesan darah di konjungtiva palpebrae akan menimbulkan warna kebiruan di seluruh kelopak mata, disebut black eye atau brill hematom bila mengenai kedua mata.

3)      Tekanan Bola Mata / Tekanan Intra Okuler (TIO)
Dengan dua jari telunjuk memeriksa memandingkan TIO bola mata kiri dan kanan dengan cara tekanan berganti pada bola mata atas dengan kelopak mata tertutup merasakan tekanan intra okular, yang normal kiri sama dengan kanan.
Menggunakan Tonometri (oleh dokter), untuk menentukan TIO.Normal TIO kurang dari 20 mmHg.

4)      Pupil dan refleks cahaya
Pupil normal berbentuk bulat, sama besar (=isokor) diameter kira-kira 3 mm. Bila disinari diameternya akan mengecil kiri dan kanan yang disebut refleks cahaya langsung dan tak langsung.

5)      Visus/ketajaman penglihatan
Visus/ketajaman penglihatan diperiksa pada setiap mata, kiri dan kanan satu per satu.Digunakan Optotype Snellen yang dipasang pada jarak 6 meter dari penderita. Teknik pemeriksaan: pasien diminta menyebut huruf atau angka yang ditunjuk oleh pemeriksa. Kemampuan menyebut sampai deretan huruf yang mana, tercantum di tepi Optotype Snellen.
o  Visus mata Emetrop diberi angka 6/6
o  Visus 6/60 hanya bisa menghitung jari-jari dari jarak 6 meter
o  Visus 6/300 hanya bisa melihat gerak jari-jari dari jarak 6 meter
o  Visus 6/tak terhingga hanya bisa melihat terang-gelap
o  Mata buta/anopsia tidak bisa melihatterang sama sekali
6)      Gunakan oftalmoskop untuk melihat keadaan mata
7)      Isihara, menentukan warna

I.       Keterampilan memberikan tetes mata dan salep mata
§  Definisi
memberikan obat – obat tertentu ke dalam mata dengan cara meneteskan secara lokal pada mata pasien.
§  Tujuan :
1)      Pelaksanakan tindakan pengobatan mata sesuai dengan program
2)      Mencegah kekeringan bola mata
3)      Membuat dilatasi pupil untuk pemeriksaan struktur internal mata
4)      Membuat lemah otot lensa mata untuk pengukuran retraksi mata.
§  Persiapan alat :
a)      Daftar obat,
b)     obat tetes mata atau saleb yang telah ditentukan,
c)      tissue
d)     Piala ginjal/bengkok
e)      Kassa steris dan plester k/p,kapas bulat
f)       sarung tangan
g)      Kapas basah (NaCl 0,9% atau air matang)
§  Fase kerja
-       petugas cuci tangan
-       memakai sarung tangan
-       mengatur posisi pasien,hiperekstensi
-       membersihkan kelopak mata dan bulu mata dari dalam ke luar dengan kapas basah sekali usap

Pemberian obat tetes mata :
a)      Tangan kiri membuka kelopak mata bawah,kemudian meneteskan obat dalam jumlah dosis sesuai advis dokter.
b)     Melepaskan tangan yang membuka kelopak mata bawah,pasien dianjurkan untuk menutup dan mengedip –ngedipkan mata.
c)Membersihkan air mata yang keluar dengan tissue,bila perlu dibalut/ditutup dengan kain kassa steril dan di plester.

Pemberian salep mata:
a)      Menganjurkan pasien melihata ke atas
b)      Menekan tuba obat saleb mata sehingga obat merata tipis pada konjungtiva bawah
c)      Menganjurkan pasien melihat ke bawah
d)     Menekan tube obat saleb mata sehingga obat merata tipis pada konjungtiva atas
e)      Menganjurkan pasien menutup mata
f)       Menganjurkan pasien untuk menggosok bola mata dengan gerakan sirkuler dengan kapas bulat
-       Melepas sarung tangan
-       Rapikan pasien
§  Hal – hal yang perlu diperhatikan:
1)      bila obat yang tersedia tidak mempunyai pengatur tetes mata,maka harus menggunakan pipet untuk meneteskan obat.
2)      Meneteskan obat tidak boleh langsung ke kornea karena dapat merusak kornea
3)      pasien tidak boleh mengosok – gosokkan mata  setelah penetesan
4)      pada waktu membuka botol tutupnya di letakkan secara terbalik untuk mencegah kontaminasi
5)      pada anak – anak saat memberi saleb atau tetes mata sebaiknya kepala harus di pegang untuk mencegah cidera.

§  Keterampilan melakukan irigasi mata
Definisi
Irigasi mata adalah tindakan membersihkan atau mengeluarkan cairan,secret,bahan kimia dan benda asing yang masuk ke dalam mata atau ada di dalam mata.irigasi dilakukan selama 15 menit secara berkelanjutan.
Persiapan alat
a)       Cairan irigasi sesuai pesanan medik: NaCl 0,9%,suhu cairan 37 derajat celciusSpuit 10 CC steril tanpa jarum
b)      Bengkok,handuk,perlak,lidi kapas,kapas bulat,kassa steril
c)       sarung tangan steril,kom steril untuk cairan irigasi,korentas steril,plester dan gunting.
Fase kerja
-          Mencuci tangan
-          Menjaga privasi pasien
-          Mengatur posisi pasien duduk atau tidur miring ke arah mata yang di irigasi
-          Meletakkan perlak dan handuk di bawah kepala dan bahu pasien
-          Memakai sarung tangan steril
-          Meletakkan bengkok di samping mata yang akan di irigasi untuk menampung cairan irigasi
-          Menutup telinga dengan kapas bulat yang sudah dibasahi dengan cairan NaCl,bersihkan dengan lembut batas kelopak mata dan bulu mata dari kantus dalam ke kantus luar.isi spuit 10 cc dengan cairan irigasi
-          Menarik kelopak mata bawah dengan tangan yang tidak dominan untuk memaparkan kantung konjungtiva
-          Memberikan tekanan pada tulang orbital dan tulang prominens di bawah alis,jangan menekan mata
-          Tangan dominan mengalirkan cairan irigasi dengan tekanan rendah ke kantung kojungtiva bawah dan kantus dalam ke arah kantus luar dengan jarak 2 cm
-          Menganjurkan pasien untuk melihat ke atas dan menutup mata secara periodik
-          Melakukan irigasi sampai bersih
-          Mengeringkan kelopak mata dan daerah wajah dengan kapas bulat
-          Melepas kapas penutup telinga
-          Menutup mata dengan kassa steril
-          Melepas sarung tangan steril.

BAB III
PENUTUP
3.1  KESIMPULAN
Jadi, Konjungtivitis adalah suatu peradangan pada konjungtiva dan satu penyakit berjangkit dan juga Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva akibat suatu proses infeksi atau respon alergi. Berbagai macam etiologi yang dapatmenyebabkan konjungtivitis ini, serta terbagi atas berbagai klasifikasi yang dapat dibedakan dari tanda gejala dan penyebab.

3.2  SARAN
Dengan adanya pembuatan makalah kami, semoga dapat mempermudah dan dapat dimengerti sehinga penyakit konjungtivitis ini dapat di cegah, jika pun sudah terjadi atau yang sudah menderita penyakit ini dalam makalah kami ini obat serta penatalaksaan, asuhan keperarawatan dapat membantu pembaca dan mempermudah. Kami sebagai tim penyusun mengharapkan juga untuk kritik dan saran dalam makalah yang telah kami buat dalam pengembangan yang lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA


otter & perry. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktek ed-4. Jakarta : EGC
Pearce, evelyn C.2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta :PT gramedia pustaka utama
Corwin, Elisabeth J. 2000. Patofisiologi. Jakarta : EGC
Santosa, budi. 2005-2006. Panduan diagnosa keperawatan nanda.prima medika.
Augustinus, Andi Santosa. 2000. Pemeriksaan Fisik Ed-5. Jakarta : St. Carolus.
http:// asuhan-keperawatan-pada-pasien-konjungtivitis.com
Pathway
                                                Etiologi
Mikroorganisme (virus, bakteri,jamur), bahan alergen, iritasi
Kelopak mata
tidak dapat menutup dan membuka dengan sempurna
mata kering
konjungtivitis
rx. Ag-Ab        merangsang hipotalamus         suhu tubuh                 Hipertermi
pelebaran pembuluh darah                  pengeluaran zat iritatif
sklera dan konjungtiva merah, edema,            nyeri
adanya sekret mukopurulent                           Nyeri akut
konjungtivitis kronis
menginfeksi kelenjar air mata
hipersekresi
lakrimasi
pengeluaran cairan berlebih
   TIO
Sal.air mata/kanal schlemn tersumbat             pandangan kabur, pusing
Iskemik saraf optik                             Gangguanpersepsi sensori visual
   Ulkus kornea            kebutaan