Minggu, 06 Mei 2012

Retardasi Mental


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0,3% dari seluruh populasi dan hampir 3% mempunyai IQ dibawah 70.Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka tidak bias dimanfaatkan karena 0,1% dari anak-anak ini memerlukan perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya.(Swaiman KF, 1989).
Prevalensi retardasi mental sekitar 1 % dalam satu populasi. Di indonesia 1-3 persen penduduknya menderita kelainan ini. Insidennya sulit di ketahui karena retardasi metal kadang-kadang tidak dikenali sampai anak-anak usia pertengahan dimana retardasinya masih dalam taraf ringan. Insiden tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun. Retardasi mental mengenai 1,5 kali lebih banyak pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan masyarakat. Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih merupakan masalah yang tidak kecil.

1.2.Tujuan
1.      Tujuan Umum
Mengetahui konsep teori, masalah keperawatan dan asuhan keperawatan pasien anak  dengan retardasi mental.

2.      Tujuan Khusus
a.       Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan apa yang harus di berikan pada pasien anak dengan retardasi mental.
b.      Mahasiswa dapat mengetahui pengertian, etiologi, rentang/jenis, proses terjadinya retardasi mental, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan pasien anak dengan retardasi mental.
c.       Mahasiswa dapat mengetahui masalah keperawatan dan asuhan keperawatan pasien anak dengan retardasi mental.

1.3.Manfaat
a.       Mahasisawa dapat membuat asuhan keperawatan yang cocok atau sesuai dengan pasien retardasi mental baik di rumah sakit jiwa, maupun di masyarakat pada umumnya.
b.      Mahasiswa mampu memberikan penanggulangan terhadap ganguuan jiwa khususnya retardasi mental.
c.       Mahasiswa dapat memberikan penanganan darurat yang tepat jika menemui pasien dengan retardasi mental.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kasus
An. Najah (6thn) dating ke poli tumbang karena ibunyamengeluh perkembangan anaknya berbeda dengan anak seusianya. Setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan dijumpai anak Najah mengalami kesulitan dalam belajar dan kesulitan dalam bersosialisasi, tidak mampu memahami/ melaksanakan instruksi, perbendaharaan kata terbatas, kesulitan dalam bertingkah laku yang sesuai dengan usianya, An Najah cenderung lebih memilih anak-anak yang usianya lebih rendah dari dirinya sebagai temannya. Hasil pemeriksaan intelegensi skor menunjukkan nilai  45.
2.2Konsep Teori
1.      Perkembangan Perilaku pada anak
Perkembangan merupakan sebuah proses perubahan menuju ke hal-hal yang lebih sempurna, maka pada setiap fasenya, seorang individu mesti sukses melakukan tugas-tugas perkembangannya, tahap demi tahap. Kegagalan seorang individu melakukan tugas perkembangannya pada suatu masa, akan menghambat kesuksesan tugas perkembangan berikutnya. Satu hal penting yang menentukan sukses tidaknya seseorang menjalankan tugas perkembangan adalah lingkungan. Lingkungan yang pertama dan utama bagi setiap seseorang adalah keluarga, intinya orang tua, lebih khusus lagi, ibu . Bagi seorang ibu,  mengamati seorang anak yang sedang berkembang merupakan hal yang sangat mengasyikan. Perubahan perkembangan seorang bayi yang hanya bisa  terlentang pasif, kemudian dapat tengkurap, duduk, berdiri, berjalan sampai berlari-lari dengan aktif, dan dari ketika tidak mengerti apa-apa, mengoceh, kemudian dapat berbicara, merupakan pemandangan dan peristiwa yang sangat menakjubkan.  Seorang ibu cenderung  akan merasa cemas manakala perkembangan anaknya tidak menunjukkan kemajuan sebagaimana yang diharapkan. Namun kadang-kadang hal yang diharapkan ini kurang pada tempatnya. Seringkali harapan muncul karena membandingkan begitu saja dengan perkembangan anak lain yang seusia. Untuk itu perlu diluruskan.
Menurut beberapa pakar psikologi bahwa tiap-tiap anak memiliki tempo/waktu dan irama perkembangan yang tidak sama. Ada anak yang memiliki tempo perkembangan cepat ada yang lambat. Ada anak yang   tetap berjiwa anak, tetapi ada pula yang lekas berfikir dan bertindak seperti orang dewasa. Ada anak yang lancar proses perkembangannya pada masa kanak-kanak, ada juga yang lebih lancar pada masa remaja. Perkembangan seringkali bersifat menggelombang, bukan berjalan lurus. Pada suatu saat seseorang memiliki sifat tenang disaat berikutnya disusul sifat memberontak, goncang tapi akhirnya tenang lagi.  Prinsip ini menyimpulkan bahwa anak yang memiliki umur kronologis yang sama tidak selalu mengalami taraf dan sifat-sifat perkembangan yang sama.
Perkembangan dapat dibagi menjadi perkembangan fisik, perkembangan intelektual, perkembangan bahasa dan perkembangan psikososial. Perkembangan ini  merupakan suatu kesatuan yang utuh, pembagian tersebut semata-mata hanya untuk memudahkan pengamatan, diagnosis dan penanganan bila terdapat suatu penyimpangan (Hardjono, 2003).  Sebuah perkembangan  dikatakan mengalami penyimpangan jika menunjukkan hal-hal yang tidak sebagaimana mestinya . Ke’semestian” ini, merupakan ciri perkembangan umumnya manusia. Misalnya, anak umur 2 tahun dikatakan memiliki penyimpangan fisik, jika pada usia ini dia belum mampu berjalan. Anak umur 3 tahun dikatakan memiliki penyimpangan emosi  jika pada usia ini ia belum mampu diajak berkomunikasi, dsb. Berkaitan dengan hal itu,  dengan demikian penyimpangan atau kelainan perkembanganpun meliputi 4 aspek, yaitu kelainan fisik, mental/intelektual, bahasa dan psikososial.  Anak-anak yang mengalami penyimpangan atau kelainan  ini, dikalangan profesioanl disebut dengan anak-anak khusus. Disebut demikian, selain kekhususan perkembangannya, anak-anak dengan kelainan tertentu, memiliki kebutuhan dan cara perawatan yang khusus pula. Berikut akan dibahas secara garis besar.
USIA
KEMAMPUAN MOTORIK
KECERDASAN
KEMAMPUAN WICARA
Baru lahir
Menyusu
Timbul reflek menggenggam jika telapak tangan disentuh

Hanya menangis
4 minggu
Menyusu
Bereaksi pada suara dan mata bisa melihat

Bersuara dari tenggorokan
6 minggu
Menoleh ke kanan dan kiri

Suatu saat tersenyum
Mendengkur/mendekut
3 bulan
Bila tengkurap bisa mengangkat kepala dan bahu

Suatu saat tersenyum
Mendengkur/mendekut
4 bulan
Menguasai gerakan kedua tangan dgn serentak

Ingin mengambil suatu benda
Mencari arah suara
5 bulan
Tengkurap sendiri
Mencoba mencari benda jauh

Mengoceh
6 bulan
Duduk dengan sedikit sandaran
Mengambil benda di atas meja dan lebih banyak gerak

Mengoceh lebih banyak
7½ bulan
Duduk sendiri tanpa sandaran

Dapat makan biscuit sendiri
Dapat bicara suku kata tunggal
8 bulan
Bisa merangkak sendiri
Memindahkan benda ke tangan yang lain

Dapat bicara suku kata tunggal
9 bulan
Berdiri dgn bergandeng an

Menaikkan benda ke atas
Meniru berbicara dari suara yang didengar
10 bulan
Berjalan dgn bantuan

Dapat menggunakan ibu jari untuk mengambil
Dapat mengucapkan suku kata ganda

12 bulan
Bisa berdiri & menurun kan badan sendiri

Bisa meminta sesuatu tanpa menangis
Dapat berkata lebih jelas
14 bulan
Berjalan sendiri dan merangkak naik tangga

Dapat menyusun benda di atas denda lain

Tambah perbendaharaan kata
15 bulan
Berjalan sendiri dan merangkak naik tangga

Dapat minum sendiri dgn cangkir

Tambah perbendaharaan kata
18 bulan
Lari tertatih-tatih
Dapat menyusun benda di atas denda lain lebih banyak

Dpt berbicara ± 20 perkataan
2 tahun
Bisa naik turun tangga & melompat ke tempat rendah
Dapat membuat garis lurus & melepas kaos kaki
Mempunyai perbendaha raan kata ± 250 dan dapat menyusun kalimat

2½ tahun
Berjalan sambil menjin jitkan kaki
Dpt mengenal ± 3 macam warna
Banyak menggunakan kata benda & kata kerja

3 tahun
Dapat berjalan dgn satu kaki

Dpt menggambar lingkaran
Menguasai kata ganti
4 tahun
Membuat pintu gerbang dari 5 kubus
Memasang kancing
-
Kalimat terdiri dari 4-5 kata sekali bercerita

5 tahun
Mengikatkan tali sepatu
-
Menanyakan arti suatu kata
Menghitung sampai 20
6 tahun
Membuat tangga dan dinding dari beberapa kubus tanpa contoh
-
-

2.       Bentuk Perilaku Retardasi Mental
 Penderita mental tidak hanya mengalami Mental Retarded, tetapi juga mengalami Behavior Retarded.
► Secara Psikososial memiliki kedudukan khusus dalam keluarga.
● Menjadi kambing hitam dari semua masalah (merupakan proses belajar menjadi agresif atau penarikan diri (withdrawl)
● Menjadi bayi terus (penebusan rasa bersalah orangtua)
● Sebagai pet/klangenan/kesayangan (reaksi formasi dari ketidaksukaan)
► Dari Perkembangan Moral
● Kholberg menyatakan behwa perkembangan moral didasarkan pada moral reasoning. Perilaku adalah ekspresi dari moral reasoning seseorang. Moral reasoning berkaitan dengan perkembangan kognisi seseorang. Sehingga penderita mental retarded yang kognisinya rendah, otomatis juga akan memiliki moral reasoning yang rendah, sehingga bentuk perilakunya adalah (sesuai derajat berat-ringannya retardasi mental yang dialami) agresi, hiperaktif, withdrwal (bila terus-menerus dapat disebut autism), penyimpangan seksual. 

3.     Penyebab Retardasi Mental
Retardasi Mental (mental retardation) adalah keterlambatan yang mencakup rentang yang luas dalam perkembangan fungsi kognitif dan social (APA,2000)
Retardasi mental didiagnosis berdasarkan kombinasi dari 3 kriteria :
1. skor rendah pada 
tes intelegensi formal (skor kira-kira 70 atau di bawahnya)
2. adanya bukti hendaknya dalam melakukan tugas sehari-hari dibandingkan dengan orang lain yang seusia dalam lingkup budaya tertentu, dan
3. perkembangan gangguan terjadi pada usia 18 tahun

Penyebab Retardasi Mental
- Sindrom Down dan Abnormalitas Kromosom Lainnya
sindrom down adalah kondisi yang disebabkan oleh adanya kelebihan kromosom pada pasangan ke-21 dan ditandai dengan retardasi mental serta anomli fisik yang beragam.
- Sindrom Fragile X dan Abnormalitas Genetic Lainnya
Sindrom fragile X merupakan bentuk retardasi mental yang diwariskan dan disebabkan oleh mutasi gen pada kromosom X
- Phenylketonuria (PKU)

Merupakan gangguan yang menghambat metabolisme asam phenylpyruvic, menyebabkan retardasi mental kecuali bila pola makan amat dikontrol.
- Faktor-faktor Prenatal
Beberapa kasus retardasi mental disebabkan oleh infeksi atau penyalah gunaan obat selama ibu mengandung.
Penyakit ibu yang juga dapat menyebabkan retardasi pada anak adalah sifilis, cytomegalovirus, dan herpes genital
- Penyebab-penyebab Budaya-Keluarga
Suatu bentuk retardasi mental ringan uang dipengaruhi oleh lingkungan yang miskin. Faktor-faktor psikososial, seperti lingkungan rumah atau social yang miskin, yaitu yang memberi stimulasi intelektual, penelantaran atau kekerasan dari orang tua, dapat menjadi penyebab atau memberi kontribusi dalam perkembangan retardasi mental pada anak-anak.
PENGERTIAN ANAK RETARDASI MENTAL
Berdasarkan definisi dari Asosiasi Retardasi Mental di Amerika (America Associatian On Mental Retardasi-AAMR), anak dengan keterbelakangan mental mempunyai 2 ciri utama sebelum usia 18 th :
  1. Memiliki taraf kecerdasan yang secara signifikan berada di bawah rata-rata kecerdasan umum anak sebayanya, keadaan ini diindikasikan dengan nilai IQ yang berada di bawah 70. Kemudian kemampuan belajarnya lebih lambat dan memiliki prestasi berada jauh di bawah rata-rata kelasnya dan merata dihampir seluruh mata pelajaran.
  2. Tidak dikuasainnya perilaku adaptif, yaitu perilaku yang berkaitan denngan ketrampilan kegiatan harian
Anak dengan keterbelakangan mental menunjukan keterbatasan dalam kecerdasan praktis yaitu untuk mengarahkan diri untuk melakukan aktifitas harian dan kecerdasan social yaitu melakukan perilaku yang sesuai dengan situasi social. Biasanya anak dengan keterbelakangan mental mengalami kesulitan dalam ranah perilaku adaptasi seperti komunikasi, bantu diri dan aspek lainnya.

PENYEBAB RETARDASI MENTAL
Penyebab retardasi mental secara umum dapat terjadi karena factor genetic, biologis non keturunan, dan lingkungan
1. Faktor genetic
Lebih dari 150 kerusakan gen yang diketahui dapat menyebabkan keterbelakangan mental, walaupun kebanyakan jarang terjadi. Dalam hal ini gen gagal memberikan perintah memproduksi enzim atau pembentukan enzim yang salah. Keadaan ini berlangsung sejak individu berada pada masa konsepsi. Terjadi kelainan kromosom karena penambahan atau pengurangan  suatu kromosom, akibatnya terjadi kelainan fisik maupun fungsi-fungsi kecerdasannya.
2. Biologis non-keturunan
a. Radiasi sinar X, dapat menyebabkan cacat pada Ibu selama kehamilan, walaupun  bahaya tidak diketahui dengan jelas radiasi dapat mengakibatkan bermacam-macam gangguan pada bayi yang belum lahir termasuk kematian, kelainan bentuk, kerusakan otak, kemudahan terkena kanker tertentu, umur pendek dan mutasi gen yang akibatnya baru terasa pada beberapa generasi berikutnya.
b. Keadaan gizi Ibu yang buruk ketika kehamilan, hal ini cukup beralasan kalau mengingat bahwa janin yang sedang tumbuh memperoleh makanan dari aliran darah ibunya, melalui membrane yang semi permiabel dari plasenta dan tali pusar. Kekurangan gizi bagi Ibu hamil mengakibatkan pembentukan sel-sel otak yang terjadi selama kehamilan mengalami gangguan. Berdasarkan penelitian anak-anak yang cacat lahir dan keterbelakangan mental diakibatkan oleh kekurangan gizi pada saat di dalam kandungan.
c. Obat-obatan, alasan penting kekhawatiran penggunaan obat-obatan ialah terjadi kerusakan anatomi pada anggota tubuh sekelompok bayi dan dicurigai mengakibatkan cacat lahir yang ibunya meminum obat thalidomid selama hamil. Termasuk di dalamnya beberapa antibiotic, hormon, steroid, antikoagulan, narkotika dan obat penenang serta beberapa obat halusinogenik seperti LSD dan PCP.
d. Faktor Rhesus, menunjukkan adanya factor kimia yang terdapat dalam darah sekitar 85% manusia, walaupun terdapat variasi ras  dan etnik. Selama kehamilan, anti bodi dalam darah ibu dapat menyerang darah Rh-positif bayi yang belum lahir. Penghancuran yang terjadi dapat dibatasi sehingga timbul sebagai anemia ringan atau ekstensif sehingga mengakibatkan celebral palsy, ketulian, keterbelakangan mental bahkan kematian.

3. Lingkungan
Selain keadaan genetic dan biologis, factor lingkungan juga dapat berperan sebagai penyebeb retardasi mental terutama berkaitan dengan kesempatan stimulasi yang diberikan pada anak. Misalnya penolakan orangtua, anak yang tidak diterima oleh orang tuanya sangat mungkin telah mendapat stimulasi yang cukup untuk optimalisasi perkembangannya.
Klasifikasi Retardasi Mental
Klasifikasi retardasi mental menurut DSM-IV-TR yaitu :
1. Retardasi mental berat sekali IQ dibawah 20 atau 25. Sekitar 1 sampai 2 % dari orang yang terkena retardasi mental.
2. Retardasi mental berat IQ sekitar 20-25 sampai 35-40. Sebanyak 4 % dari orang yang terkena retardasi mental.
3. Retardasi mental sedang IQ sekitar 35-40 sampai 50-55. Sekitar 10 % dari orang yang terkena retardasi mental.
4. Retardasi mental ringan IQ sekitar 50-55 sampai 70. Sekitar 85 % dari orang yang terkena retardasi mental. Pada umunya anak-anak dengan retardasi mental ringan tidak dikenali sampai anak tersebut menginjak tingkat pertama atau kedua disekolah.
Tingkatan Retardasi Mental
Untuk menentukan berat-ringannya retardasi mental, kriteria yang dipakai adalah:
1. Intelligence Quotient (IQ),
2. Kemampuan anak untuk dididik dan dilatih,
3. Kemampuan sosial dan bekerja (vokasional).
Berdasarkan kriteria tersebut kemudian dapat diklasifikasikan berat-ringannya retardasi mental yang menurut GPPDGJ – 1 (W.F. Maramis, 2005: 390-392) adalah :
1. Retardasi Mental Taraf Perbatasan (IQ = 68 – 85),
2. Retardasi Mental Ringan (IQ = 52 – 67),
3. Retardasi Mental Sedang (IQ = 36 – 51),
4. Retardasi Mental Berat (IQ = 20 – 35),
5. Retardasi Mental Sangat Berat (IQ = kurang dari 20).
Penyebab Retardasi Mental
Menurut Pedoman   Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa Ke-1 (W.F. Maramis, 2005: 386-388) faktor-faktor penyebab retardasi mental adalah sebagai berikut.
  
a. Infeksi dan atau intoksinasi
Infeksi yang terjadi pada masa prenatal dapat berakibat buruk pada perkembangan janin, yaitu rusaknya jaringan otak. Begitu juga dengan terjadinya intoksinasi, jaringan otak juga dapat rusak yang pada akhirnya menimbulkan retardasi mental.
Infeksi dapat terjadi karena masuknya rubella, sifilis, toksoplasma, dll. ke  dalam tubuah ibu yang sedang mengandung. Begitu pula halnya dengan intoksinasi, karena masuknya “racun” atau obat yang semestinya dibutuhkan.
b. Terjadinya rudapaksa dan / atau sebab fisik lain
Rudapaksa sebelum lahir serta trauma lainnya, seperti hiper radiasi, alat kontrasepsi, dan usaha melakukan abortus dapat mengakibatkan kelainan berupa retardasi mental.
Pada waktu proses kelahiran (perinatal) kepala bayi dapat mengalami tekanan sehingga timbul pendarahan di dalam otak. Mungkin juga karena terjadi kekurangan oksigen yang kemudian menyebabkan terjadinya degenerasi sel-sel korteks otak yang kelak mengakibatkan retardasi mental.
c. Gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi
Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan metabolisme  (misalnya gangguan metabolism karbohidrat dan protein), gangguan pertumbuhan, dan gizi buruk termasuk dalam kelompok ini. Gangguan gizi yang berat dan berlangsung lama sebelum anak berusia 4 tahun sangat mempengaruhi perkembangan otak dan dapat mengakibatkan retardasi mental. Keadaan seperti itu dapat diperbaiki dengan memberikan gizi yang mencukupi sebelum anak berusia 6 tahun, sesudah itu biarpun anak tersebut dibanjiri dengan makanan yang bergizi, inteligensi yang rendah tersebut sangat sukar untuk ditingkatkan.
d. Penyakit otak yang nyata
Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat beberapa reaksi sel-sel otak yang nyata, yang dapat bersifat degeneratif, radang, dst. Penyakit otak yang terjadi sejak lahir atau bayi dapat menyebabkan penderita mengalamai keterbelakangan mental.
e. Penyakit atau pengaruh prenatal
Keadaan ini dapat diketahui sudah ada sejak dalam kandungan, tetapi tidak diketahui etiologinya, termasuk anomaly cranial primer dan defek congenital yang tak diketahui sebabnya.

f. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom mungkin terjadi pada aspek jumlah maupun bentuknya. Kelainan pada jumlah kromosom menyebabkan sindroma down yang dulu sering disebut mongoloid. .
g. Prematuritas
Retardasi mental yang termasuk ini termasuk retrdasi mental yang berhubungan dengan keadaan bayi yang pada waktu lahir berat badannya kurang dari 2500 gram dan/atau dengan masa kehamilan kurang dari 38 minggu.
h. Akibat gangguan jiwa yang berat
Retardasi mental juga dapat terjadi karena adanya gangguan jiwa yang berat pada masa kanak-kanak.
i. Deprivasi psikososial
Devripasi artinya tidak terpenuhinya kebutuhan. Tidak terpenuhinya kebutuhan psikososial awal-awal perkembangan ternyata juga dapat menyebabkan terjadinya retardasi mental pada anak.
Gejala dan Tanda Retardasi Mental
Retardasi mental didiagnosis berdasarkan intelegensi, riwayat penyakit, gambaran klinik, laporan sosial dari orang tua dan laporan kemajuan sekolah dari guru, riwayat kehamilan , riwayat persalinan dan perkembangan anak. Untuk anak dibawah usia 3 tahun tidak ada standar tes yang dipakai, diagnosis hanya berdasarkan atas observasi tingkah laku anak dibandingkan dengan anak normal pada umur yang sama (Rumini, 1987).
Untuk mendiagnosis retardasi mental yang tepat, perlu diambil anamnesa dati orang tua dengan teliti mengenai kehamilan, persalinan dan perkembangan anak. Bila mungkin dilakukan pemeriksaan psikologik, laboratorium, evaluasi pendengaran dan bicara. Observasi psikiatrik dikerjakan untuk mengetahui adanya gangguan psikiatri disamping retardasi mental (Maramis, 1980).
3.1. Pada masa bayi
Adanya abnormalitas pada tawa dan tangisnya, kemampuan menahan kepala terganggu, demikian pula daya untuk merayapnya. Tingkah laku yang tidak biasa pada saat disusui atau disuapi. Sikap tubuh yang masih fetal walau anak sudah berumur 6-12 bulan (Roan, 1979).
3.2. Pada masa kanak-kanak
Anak golongan debilitas lebih sukar dinilai daripada golongan imbisil. Kartono (1989) membedakan golongan debil menjadi dua tipe, yaitu:
a. Tipe stabil dengan ciri-ciri waktu berkembang sangat lambat, sukar menilai sesuatu, sukar untuk melanjutkan sesuatu sampai selesai, tampak bingung atau melamun, mengerjakan sesuatu berulang kali dengan hasil sama atau tanpa variasi, pandangan kosong, mulut terbuka, tanpa ekspresi muka, tanpa ada pengertian.
b. Tipe tidak stabil dengan ciri-ciri semua tindakan tampaknya serba cepat dan tepat, jawaban diberikan dengan cepat dan cepat, bahkan kadang-kadang pertanyaan belum selesai sudah dijawab, tampak aktif dan penuh akal, kesannya sangat pandai, defisit semakin kentara pada masa sekolah.
3.3. Pada masa sekolah
Rumini (1987) mengamati dari hal-hal sebagai berikut, kesulitan belajar, prestasi kurang, kebiasaan kerja yang kurang baik, perhatian mudah dialihkan, kemampuan motorik kurang, perkembangan bahasa jelek, kesulitan mengembangkan diri.
3.4. Pada masa puber dan remaja
Terjadi hambatan pada perkembangan mental dan kepribadian yang tidak sempurna. Mengalami kesulitan dalam pergaulan, pengendalian emosi, menempatkan diri, hubungan dengan teman yang berlainan jenis kelamin dan dalam mengikuti norma yang berlaku. Disamping itu juga mudah terpengaruh oleh orang lain, baik dalam hal kebaikan maupun dalam hal yang tidak baik (Roan, 1979).
Patofisiologi Retardasi Mental
Retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari. Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak ( sebelum usia 18 tahun ) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang ) dan disertai keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaftif : berbicara dan berbahasa , kemampuan/ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri , kesehatan dan keamanan , akademik fungsional, bersantai dan bekerja. Penyebab retardasi mental bisa digolongkan kedalam prenatal, perinatal dan pasca natal. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak.
Pemeriksaan Diagnostik
Seorang anak RM menunjukkan perkembangan yang secara signifikan lebih lambat dibandingkan dengan anak lain yang sebaya. 
Tingkat kecerdasan yang berada dibawah rata-rata bisa dikenali dan diukur melalui tes kecerdasan standar (tes IQ), yang menunjukkan hasil kurang dari 2 SD (standar deviasi) dibawah rata-rata (biasanya dengan angka kurang dari 70, dari rata-rata 100). 
Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan yang utama adalah mengembangkan potensi anak semaksimal mungkin. Sedini mungkin diberikan pendidikan dan pelatihan khusus, yang meliputi pendidikan dan pelatihan kemampuan sosial untuk membantu anak berfungsi senormal mungkin. 
Pendekatan perilaku sangat penting dalam memahami dan bekerja sama dengan anak RM. Berikut ini adalah obat-obat yang dapat digunakan : Obat-obat psikotropika
§ ( tioridazin,Mellaril untuk remaja dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri
§ Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan
§ konsentrasi/gangguan hyperaktif. Antidepresan ( imipramin (Tofranil)
§ Karbamazepin ( tegrevetol) dan propanolol ( Inderal )
Pencegahan :
§ Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan pengasuhan dan lingkungan yang merangsang pertumbuhan
 Harus memfokuskan pada kesehatan
§ biologis dan pengalaman kehidupan awal anak yang hidup dalam kemiskinan dalam hal ini ;
- perawatan prenatal
– pengawasan kesehatan reguler
– pelayanan dukungan keluarga


Untuk dapat mengoptimalkan kemampuan anak dengan retardasi mental, penanganannya harus secara komprehensif antara orangtua, psikolog(konselor), docter, guru dan terapis. Untuk bidang pendidikan, penanganan anak retardasi mental dapat ditekankan pada pengembangan ketrampilan bersosialisasi dan aktivitas bantu diri sederhana.
Sebagai seorang guru dalam memberikan materi pelajaran, ada beberapa cara yang diterapkan seperti :
1.Mengenalkan materi pelajaran yang baru dengan perlahan-lahan. Pastikan bahwa anak memahami apa yang disampaikan. Beri kesempatan untuk berlatih secara langsung. Misalkan untuk mengajarkan bahwa ketika masuk sekolah, anak harus berjabat tangan dengan guru dan mengucapkan salam, begitu seterusnya
2.Dalam memberikan instruksi atau keterangan hendaknya guru membantu anak memusatkan perhatiannya terlebih dahulu pada apa yang akan disampaikan oleh guru. Misalnya, dengan menggunakan kata-kata “coba perhatikan Ibu”,”lihat”,”dengar”.
3.Keterangan yang disampaikan hendaknya diterangkan dalam bentuk yang nyata dan secara bertahap. Misalnya, untuk mengajarkan bahwa selesai makan anak harus mencuci tangan, guru harus melatihkan setiap langkahnya
(Adhi S, Tugas Kuliah Kesehatan Mental, 2008)

Penanganan terhadap penderita retardasi mental bukan hanya tertuju pada penderita saja, melainkan juga pada orang tuanya. Mengapa demikian? Siapapun orangnya pasti memiliki beban psiko-sosial yang tidak ringan jika anaknya menderita retardasi mental, apalagi jika masuk kategori yang berat dan sangat berat. Oleh karena itu agar orang tua dapat berperan secara baik dan benar maka mereka perlu memiliki kesiapan psikologis dan teknis. Untuk itulah maka mereka perlu mendapatkan layanan konseling. Konseling dilakukan secara fleksibel dan pragmatis dengan tujuan agar orang tua penderita mampu mengatasi bebab psiko-sosial pada dirinya terlebih dahulu.
Untuk mendiagnosis retardasi mental dengan tepat, perlu diambil anamnesis dari orang tua dengan teliti mengenai: kehamilan, persalinan, dan pertumbuhan serta perkembangan anak. Dan bila perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.
a. Pentingnya Pendidikan dan Latihan untuk Penderita Retardasi Mental
1) Latihan untuk mempergunakan dan mengembangkan kapasitas yang dimiliki dengan sebaik-baiknya.
2) Pendidikan dan latihan diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat yang salah.
3) Dengan latihan maka diharapkan dapat membuat keterampilan berkembang, sehingga ketergantungan pada pihak lain menjadi berkurang atau bahkan hilang.
Melatih penderita retardasi mental pasti lebih sulit dari pada melatih anak normal antara lain karena perhatian penderita retardasi mental mudah terinterupsi. Untuk mengikat perhatian mereka tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan merangsang indera.
b. Jenis-jenis Latihan untuk Penderita Retardasi Mental
Ada beberapa jenis latihan yang dapat diberikan kepada penderita retardasi mental, yaitu: 1) Latihan di rumah: belajar makan sendiri,  membersihkan badan dan berpakaian sendiri, dst., 2) latihan di sekolah: belajar keterampilan untuk sikap social, 3) Latihan teknis: latihan diberikan sesuai dengan minat dan jenis kelamin penderita, dan 4) latihan moral: latihan berupa pengenalan dan tindakan mengenai hal-hal yang baik dan buruk secara moral.

Penanganan penderita retardasi mental di puskesmas
Puskesmas dapat berperan dalam menangani retardasi mental, baik dalam pencegahan, perawatan dini maupun perawatan lanjutan bagi penderita retardasi mental yang sangat membutuhkan bimbingan dari puskesmas. Usaha puskesmas untuk menemukan kasus secara dini kelainan tumbuh kembang melalui deteksi dini kelainan tumbuh kembang anak. Melalui usaha tersebut diharapkelainan tumbuh kembang anak. rita retaangan intelektual dan adaptasi sangat rlebihan dan tidak menghiraukkan penanganan penderita retardasi mental dapat lebih cepat dan adekuat.
Usaha pencegahan dapat dilakukan melaui pendidikan kesehatan jiwa di masyarakat, konseling genetik dan tindakan kedokteran misalnya perawatan prenatal yang baik, kehamilan pada wanita yang berumur lebih dari 40 tahun dikurangi. Konseling terhadap orang tua penderita dilakukan secara itensif, dengan tujuan antara lain membantu mereka dalam menghadapi frustasi karena mempunyai anak yang menderita retardasi mental. Selain itu juga untuk memantau kemajuan perkembangan anak serta membantu orang tua anak jika mereka menghadapi kesulitan-kesulitan sehubungan dengan upaya mereka mendidik anak retardasi mental.Orang tua hendaknya memperhatikan benar perawatan diri anak retardasi mental, sehubungan dengan fungsi peran anak dalam merawat diri kurang. Orang tua perlu mengetahui bahwa anak yang menderita retardasi mental bukanlah kesalahan dari mereka, tetapi merupakan kesalahan orang tua seandainya tidak mau berusaha mengatasi keadaan anak yang retardasi mental. Menyarankan kepada orang tua anak retardasi mental, agar anak tersebut dimasukkan di dalam pendidikan atau latihan khusus yaitu di Sekolah Luar Biasa agar mendapat perkembangan yang optimal.
Puskesmas perlu juga bekerjasama dengan instansi-instansi tekait lainnya misalnya Depkes dan Depsos dalam upaya mengembangkan dan mendayagunakan fungsi sosial anak retardasi mental seoptimal mungkin sehingga merekapun dapat hidup wajar di lingkungan hidup normal.
 Komplikasi yang dapat terjadi pada Retardasi Mental
v Serebral palcy
v Gangguan kejang
v Gangguan kejiwaan
v Gangguan konsentrasi /hiperaktif
v Defisit komunikasi
v Konstipasi
 Uji Laboratorium pada Retardasi Mental
v  Uji intelegensi standar ( stanford binet, weschler, Bayley Scales of infant development )
v  Uji perkembangan seperti DDST II
v  Pengukuran fungsi adaftif ( Vineland adaftive behaviour scales, Woodcock-Johnson Scales of independent Behaviour, School edition of the adaptive behaviour scales ).
Farmakologi Retardasi Mental
Berikut ini adalah obat-obat yang dapat digunakan :
§ Obat-obat psikotropika ( tioridazin,Mellaril untuk remaja dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri
§ Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan konsentrasi/gangguan hyperaktif.
§ Antidepresan ( imipramin (Tofranil)
§ Karbamazepin ( tegrevetol) dan propanolol ( Inderal )

Gizi yang dapat diberikan pada Retardasi Mental
1. Protein
Protein memiliki fungsi untuk membangun dan memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Asam amino yang terkandung dalan protein beperan dalam pembentukan sel – sel neuron baru serta pembentukan dan perbaikan selubung mieling, yang akan memperlancar proses penyerapan dan pengolahan pesan dalam otak. Contoh makanan, ikan air tawar seperti ikan salem, herring, makarel dan sarden.
2. Lemak
Hampir 60% lemak pada sistem syaraf diotak adalah asam lemak tak jenuh ganda yakni Omega 3 dan 6. Keduanya merupakan asam lemak esensial bagi tubuh dan kemudian diubah menjadi AA dan DHA sehingga berpengaruh pada ketajaman penglihatan dan tingkat kecerdasan bayi. Contoh makanan, telur, susu organik dan keju.

3. Vitamin C dan B1
Fungsi vitamin adalah untuk membentuk enzim dalam proses metabolisme tubuh. Enzim ini berperan untuk mengatur reaksi – reaksi biokimia dalam otak bayi dan balita yang tumbuh dan berkembang pesat. Vitamin C memiliki khasiat sebagai antioksidan untuk melindungi sel-sel saraf otak. Sedangkan vitamin B1, berfungsi untuk mempertahankan stamina otak dan sel saraf. Contoh makanan, jeruk dan tomat.
4. Zat besi
Zat memiliki peran sebagai pembawa oksigen untuk proses metabolisme otak. Poses ini mendukung kemampuan anak untuk berkonsentrasi dan berprestasi dalam belajar. Contoh makanan, kedelai dan hati ayam.
5. Kolin
Kolin memegang peran penting sebagai komposisi utama membran sel normal serta menjaga keutuhan membran sel dalam proses-proses biologi, seperti rangsangan informasi, komunikasi intrasel dan bioenergi. Intinya, makanan yang mengandung kolin membantu memperkuat ingatan pada otak. Contoh makanan, telur dan gandum.

Pencegahan :
§ Meningkatkan perkembangan otak yang sehat dan penyediaan pengasuhan dan lingkungan yang merangsang pertumbuhan
§ Harus memfokuskan pada kesehatan biologis dan pengalaman kehidupan awal anak yang hidup dalam kemiskinan dalam hal ini ;
- perawatan prenatal
– pengawasan kesehatan reguler
– pelayanan dukungan keluarga





Pathway.



G3 motorik dan Sensorik

Infeksi dan Intoksinasi
Rudapaksa / Fisik lain
Nutrisi
congenital
Depresi psikososial
Rusaknya jaringan otak
G3 metabolisme
( KH Protein )

Pada masa anak “
G3 jiwa berat
Umur 4 tahun / < 6 Th
Abnormalitas struktur otak
IQ
RM sedang ( IQ 36 – 51 )
RM ( < 20 )
RM ( IQ 20 – 35 )
RM Ringan ( IQ 52-67 )
Retardasi Mental
       ( RM )
G3 Neurotransmiter
Cemas
Keterlambatan Tumbuh Kembang
 























  1. Asuhan Keperawatan
Kasus
An. Najah (6th) datang ke poli tumbang karena ibunya mengeluh perkembangan anaknya berbeda dengan anak seusianya. Setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan dijumpai An. Najah mengalami kesulitan dalam belajar dan kesulitan dalam bersosialisasi, tidak mampu memahami/melaksanakan instruksi, perbendaharaan kata terbatas, kesulitan dalam bertingkah laku yang sesuai dengan usianya. An. Najah cenderung lebih memilih anak-anak yang usianya lebih rendah dari dirinya sebagai temannya. Hasil pemeriksaan intelegensi skor menunjukkan nilai 45.
Pengkajian
DS:
·         Ibu klien mengeluh perkembangan anaknya berbeda dengan anak seusianya
·         Ibu klien mengatakan anaknya lebih memilih anak-anak yang usianya lebih rendah dari dirinya sebagai temannya
DO:
·         An. Najah mengalami kesulitan dalam belajar
·         An. Najah kesulitan dalam bersosialisasi
·         tidak mampu memahami/melaksanakan instruksi
·         perbendaharaan kata terbatas
·         kesulitan dalam bertingkah laku yang sesuai dengan usianya
·         Hasil pemeriksaan intelegensi skor menunjukkan nilai 45

ANALISA DATA
Tgl /Jam
Data
Problem
Etiologi

DS:
·         Ibu klien mengeluh perkembangan anaknya berbeda dengan anak seusianya
·         Ibu klien mengatakan anaknya lebih memilih anak-anak yang usianya lebih rendah dari dirinya sebagai temannya
DO:
·         An. Najah mengalami kesulitan dalam belajar
·         An. Najah kesulitan dalam bersosialisasi
·         tidak mampu memahami/melaksanakan instruksi
·         perbendaharaan kata terbatas
·         kesulitan dalam bertingkah laku yang sesuai dengan usianya
·         Hasil pemeriksaan intelegensi skor menunjukkan nilai 45
Keterlambatan Tumbuh Kembang
Kurang Stimulus dan lingkungan



DIAGNOSA KEPERAWATAN
Keterlambatan tumbuh kembang berhubungan dengan kurang stimulus dan lingkungan ditandai dengan IBu anak Najah mengeluh perkembangan anaknya berbeda dengan anak seusianya, dari hasil pemeriksaan anak Najah mengalami kesulitan dalam belajar dan kesulitan dalam bersosialisasi, Tidak mampu memahami/ melaksanakan instruksi, Perbendaharaan kata terbatas, Kesulitan dalam bertingkah laku yang sesuai dengan usianya, Anak Najah cenderung memilih anak-anak yang usianya lebih rendah dari dirinya sebagai temannya, Hasil pemeriksaan intelegensi skor menunjukkan 45.


Tgl/ Jam
No DP
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
22 Maret 2012
08.00 WIB
1.
Kterlambatan tumbang teratasi setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 bulan dengan kriteria hasil :
  • Anak dapat bergaul dengan teman sejawatnya
  • Anaka tidak kesulitan dalam belajar
  • Anak mampu bersosialisasi
  • Anaka mampu memahami/ melaksanakan indtruksi
  • Perbendahran kata pada anak bertambah
  • Anak Mampu bertingkah laku sesuai dengan usianya
  • Hasil inteligensi dari ( 68 – 85 )

  1. Monitor tingkah laku anak

  1. Monitor factor penyebab gangguan perkembangan anak
     
  2. Indentifikasi dan gunakan sumber pendidikan untuk memfasilitasi perkembangan anak yang optimal

  3. Berikan perawatan yang konsisten

  4. Tingkatkan komunikasi verbal dan stimualsi taktil

  5. Berikan instruksi berulang dan sederhana

  1. Berikan reinforcement positif atas hasil yang dicapai anak

  1. Dorong anak melakukan perawatan sendiri

  1. Manajemen perilaku anak yang sulit

  2. Dorong anak melakukan sosialisasi dengan kelompok
  1. Kondisi klien yang mengalami keterbatasan dalam bersosialisa dan cenderung bergaul dengan temannya yang lebih rendah darinya
  2. Terlihat adanya gangguan tumbuh kembang pada Klien.
  3.   Kelemahan intelektual klien
  4. Kondisi fisik maupun psikis anak yang mengalami keterbatasan akibat dari tumbang terlambat.
  5. Ketidakmampuan dalam pembendaharaan kata
  6. Anak tidak memaham instruksi.
  7. Anak gangguan tumbang membutuhkan mativasi dan semangat.
  8. Kondisi dimana anak sulit dalam belajar.
  9. Menemukan hambatan-hambatan dalam diri anak sehingga dapat diberikan bimbingan dan perawatan.
  10. Gangauan intelaktual anak seperti sulit bersosialisasi dengan teman dan tidak mampu membedakan antara teman seumur dan teman yang lebih rendah dari
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Retardasi mental ialah keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa anak). Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secara keseluruhan, tetapi gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang. Retardasi mental disebut juga oligofrenia (oligo = kurang atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental.
Retardasi mental bukan suatu penyakit walaupun retardasi mental merupakan hasil dari proses patologik di dalam otak yang memberikan gambaran keterbatasan terhadap intelektual dan fungsi adaptif. Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya.
Retardasi Mental sebenarnya bukan suatu penyakit walaupun retardasi mental merupakan hasil dari proses Patologik di dalam otak yang memberikan gambaran keterbatasan terhadap Intelektualitas dan fungsi Adaptif. Retardasi Mental ini dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa maupun gangguan fisik lainnya.
Jadi, sebagai orangtua harus menjaga dan mengerti atas kebutuhan anaknya, serta tidak menjatuhkannya namun, membimbing ia agar menjadi anak yang memiliki potensi khusus di balik kekurangannya.
3.2. Saran
1.      Sebagai mahasiswa/mahasiswi calon perawat agar dapat lebih memperdalam ilmu serta wawasan mengenai klien dengan retardasi mental dan dapat mengaplikasikanya dalam dunia keperawaatan.
2.      Bagi masyarakat agar lebih peduli dan berpartisipasi dalam menjaga kesehatan dan jangan mengabaikan tanda dan gejala yang muncul sebagai penyakit yang wajar tetapi segera periksakan kedokter atau pelayanaan kesehatan yang terdekat utuk mencegah komplikasi dan prognosis yang buruk.

DAFTAR PUSTAKA
Stuart, Gail Wiscarzt. Buku Saku Keperawatan Jiwa edisi 3. 2002. Jakarta: EGC.
Tomb, David A. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. 2003. Jakarta: EGC.
NN. 29 Oktober 2007. Waham. http//www.Id.wikipedia.org/wiki/waham.
Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.).St.Louis Mosby Year Book, 1995
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa,Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang :RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa,Edisi 1, Bandung, RSJP Bandung, 2000


Tidak ada komentar:

Posting Komentar