Selasa, 31 Januari 2012

Asuhan Keperawatan Otitis Media

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbanga Anatominya juga sangat rumit .Indera pende¬ngaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.

Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik sangat penting.Di antara mereka yang dapat membantu diagnosis dan atau menangani kelainan otologik adalah ahli otolaringologi, pediatrisian, internis, perawat, ahli audiologi, ahli patologi wicara dan pendidik. Perawat yang terlibat dalam spesialisasi otolaringologi, saat ini dapat raemperoleh sertifikat di bidang keperawatan otorinolaringologi leher dan kepala (CORLN= cerificate in otorhinolaringology-head and neck nursing).

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan dengan OMA serta mempraktekannya di kehidupan sehari-hari.

2. Tujuan Khusus

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan OM dan Mastoditis, Penulis mampu :

1. Mengidentifikasi data yang menunjang masalah keperawatan pada OM dan Mastoditis

2. Menentukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan OM dan Mastoiditis

3. Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan OM dan Mastoiditis

4. Melaksanakan tindakan keperawatan padapasien dengan OM dan Mastoiditis

5. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien dengan OM dan Mastoiditis

C. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dengan diperolehnya materi-materi pada makalah ini adalah :

1. Sebagai suatu sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan menganalisa askep pada pasien dengan otitis media dan mastoiditis yang telah didapat dari materi.

2. Sebagai masukan bagi semua mahasiswa dalam upaya menjelaskan maupun berdiskusi dalam perkuliahan.

3. Dapat digunakan sebagai acuan dan referensi dalam pembelajaran.

BAB II

ISI

1. Perkembangan persepsi sensori pada anak

Bayi sudah dapat mendengar semenjak lahir. Seiring pertumbuhannya, bayi akan menggunakan telinganya untuk mengumpulkan informasi mengenai keadaan di sekelilingnya, yang akan menstimulasi perkembangan otaknya dan menuntun kepada pencapaian kemampuan lain seperti kemampuan duduk, berguling, merangkak dan berjalan.

Usia satu bulan

Setelah menginjak usia satu bulan pendengaran bayi akan matur sepenuhnya, walaupun kemampuan untuk mengerti dan mengapresiasi apa yang didengarnya membutuhkan waktu yang lebih lama.

Usia tiga bulan

Pada usia tiga bulan, lobus temporalis pada otak bayi akan semakin reseptif dan aktif, sehingga apabila orangtuanya memanggil maka ia akan menoleh dan berdeguk atau mencoba untuk menyahut. Namun demikian kemampuan berbicara dan menyimak masih sulit baginya.

Usia lima bulan

Di usia lima bulan bayi akan menyadari asal suara yang datang, dan ia akan berbalik mencarinya. Bayi lima bulan juga mampu menyadari namanya/panggilannya, sehingga ia akan menoleh ketika orangtuanya sedang berbicara dengan orang lain mengenai dirinya.

Usia selanjutnya

Pendengaran bayi akan terus berkembang di usianya yang sangat muda.

Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus terkait kemampuan mendengar pada anak

Sebagian kecil bayi mengalami masalah pendengaran, terutama mereka yang lahir prematur ekstrim, mengalami deprivasi oksigen atau infeksi berat pada saat kelahiran. Selain itu, bayi yang berasal dari keluarga dengan riwayat anggota keluarga menderita gangguan/kehilangan pendengaran lebih berisiko menderita gangguan pendengaran dibanding bayi yang berasal dari keluarga yang sehat. Berikut adalah beberapa hal yang patut diwaspadai sebagai gangguan pendengaran apabila diketemukan pada anak:

  1. Di bawah usia tiga bulan: bayi tidak terkejut apabila dikagetkan dengan tepuk tangan dari belakang berulang-ulang
  2. Usia empat sampai enam bulan: bayi tidak menoleh apabila dipanggil
  3. Usia sembilan sampai sepuluh bulan: bayi tidak menoleh apabila namanya dipanggil, atau jika mendengar suara-suara yang familiar seperti bunyi telepon dsb.
  4. Usia sepuluh sampai lima belas bulan: jika anak tidak dapat menunjukkan gambar di buku gambar sesuai perintah orangtuanya, kemungkinan ia tidak bisa mendengar.

Kaitan antara gangguan bicara dan gangguan pendengaran pada anak

Pendengaran yang utuh pada beberapa tahun pertama kehidupan merupakan hal yang vital untuk perkembangan kemampuan berbicara dan berbahasa. Gangguan pendengaran pada awal perkembangan dapat menyebabkan keterlambatan bicara.

Sekitar 2-3 bayi per 1000 kelahiran hidup memiliki gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran juga dapat terjadi pada anak yang memiliki pendengaran normal sewaktu masih bayi. Gangguan ini dapat menyerang salah satu atau kedua telinga, dapat bersifat ringan, sedang, berat, hingga ketulian.

Penyebab gangguan pendengaran ini antara lain:

  1. Riwayat gangguan pendengaran dalam keluarga
  2. Infeksi virus dan bakteri
  3. Berat lahir rendah
  4. Dismorfologi struktur pendengaran
  5. Benda asing pada telinga
  6. Tumor dan trauma
  7. Pajanan terhadap bahan kimia
  8. Gangguan pada sistem saraf, misalnya gangguan mielinisasi, dll

Tanda-tanda gangguan pendengaran pada anak adalah:

  1. Bayi baru lahir tidak terkejut ketika sebuah suara keras dibunyikan di dekatnya
  2. Bayi dengan usia lebih tua, yang seharusnya menunjukkan respons terhadap suara-suara familiar, tidak menunjukkan reaksi apapun
  3. Anak seharusnya menggunakan kata tunggal pada usia 15 bulan dan kalimat sederhana dengan dua kata pada usia 2 tahun. Jika anak tersebut tidak mencapai milestone ini, maka gangguan/kehilangan pendengaran dapat merupakan penyebabnya.

Beberapa anak tidak dapat didiagnosis hingga menginjak usia sekolah. Kekurangperhatian terhadap pelajaran serta kemampuan akademik yang rendah bisa jadi merupakan hasil dari gangguan pendengaran yang tidak terdiagnosa.

Gangguan pendengaran yang paling parah adalah kehilangan pendengaran. Kehilangan pendengaran dapat bersifat konduktif atau sensorineural. Kehilangan pendengaran kondukif umumnya disebabkan oleh otitis media (tympanitis) dengan efusi. Kehilangan pendengaran seperti ini biasanya bersifat hilang-timbul dan berkisar antara 15 sampai 20 dB. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak dengan kehilangan pendengaran konduktif yang dihubungkan dengan efusi cairan telinga selama tahun pertamanya memiliki risiko besar mengalami keterlambatan bicara. Kehilangan pendengaran konduktif juga dapat diasosiasikan dengan malformasi struktur telinga tengah dan atresia kanal auditorik eksternal.

Sedangkan kehilangan pendengaran sensorineural dapat disebabkan oleh infeksi intrauterin, kernikterus, obat yang bersifat ototoksik, meningitis bakterial, hipoksia, pendarahan intrakranial, sindrom (seperti Sindrom Pendred, Sindrom Waardenburg, Sindrom Usher), dan abnormalitas kromosomal. Kehilangan pendengaran sensorineural pada umumnya berefek lebih berat dibandingkan kehilangan pendengaran konduktif.

2. Anatomi fisiologi organ pendengaran / telinga (mekanisme pendengaran)

Telinga merupakan organ pendengaran yang memiliki reseptor khusus untuk mengenali bunyi dan untuk keseimbangan.Umumnya manusia memiliki sepasang daun telinga dengan beragam ukuran dan bentuk.Untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya, telinga memiliki anatomi fisiologi telinga yang terdiri atas tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.Berikut penjelasannya.

berikut nama-nama bagian-bagian telinga:

Description: http://arispurnomo.com/wp-content/uploads/2010/06/earanatomy.jpg

1. Aurikel (daun telinga)

· Terdiri dari tulang rawan dan kulit

· Terdapat konkha, tragus, antitragus, helix, antihelix dan lobulus

· Fungsi utama aurikel adalah untuk menangkap gelombang suara dan mengarahkannya ke dalam MAE

2. Meatus Auditorius Eksternal (liang telinga luar)

· Panjang + 2, 5 cm, berbentuk huruf S

· 1/3 bagian luar terdiri dari tulang rawan, banyak terdapat kelenjar minyak dan kel. Serumen

· 2/3 bagian sisanya terdiri dari tulang ( temporal ) dan sedikit kelenjar serumen.

· Rambut halus dan serumen berfungsi untuk mencegah serangga kecil masuk.

· MAE ini juga berfungsi sebagai buffer terhadap perubahan kelembaban dan temperatur yang dapat mengganggu elastisitas membran tympani

3. Membrana Tympani

· Terdiri dari jaringan fibrosa elastis

· Bentuk bundar dan cekung dari luar

· Terdapat bagian yang disebut pars flaksida, pars tensa dan umbo. Reflek cahaya ke arah kiri jam tujuh dan jam lima ke kanan

· Dibagi 4 kwadran ; atas depan, atas belakang, bawah depan dan bawah belakang

· Berfungsi menerima getaran suara dan meneruskannya pada tulang pendengaran

4. Tulang-tulang Pendengaran

· Terdiri dari Maleus, Incus dan Stapes

· Merupaka tulang terkecil pada tubuh manusia.

· Brfungsi menurunkan amplitudo getaran yang diterima dari membran tympani dan meneruskannya kjendela oval

5. Cavum Tympani

· Merupakan ruangan yang berhubungan dengan tulang Mastoid, sehingga bila terjadi infeksi pada telinga tengah dapat menjalar menjadi mastoiditis

6. Tuba Eustachius

· Bermula dari ruang tympani ke arah bawah sampai nasofaring

· Struktur mukosanya merupakan kelanjutan dari mukosa nasofaring

· Tuba dapat tertutup pada kondisi peningkatan tekanan secara mendadak.

· Tuba ini terbuka saat menelan dan bersin

· Berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan udara di luar tubuh dengan di dalam telinga tengah

7. Koklea

· Skala vestibuli yang berhubungan dengan vestibular berisi perilymph.

· Skala tympani yang berakhir pada jendela bulat, berisi perilymph

· Skala media / duktus koklearis yang berisi endolymph

· Dasar skala vestibuli disebut membran basalis, dimana terdapat organ corti dan sel rambut sebagai organ pendengaran

8. Kanalis Semi Sirkularis

· Terdiri dari 3 duktus semiserkular, masing-masing berujung pada ampula.

· Pada ampula terdapat sel rambut, krista dan kupula

· Berkaitan dengan sistem keseimbangan tubuh dalam hal rotasi

9. Vestibula

· Terdiri dari sakulus dan utrikel yang mengandung makula

· Berkaitan dengan sistem keseimbangan tubuh dalam hal posisi.

Anatomi Telinga Luar

Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang telinga).Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata.Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga.Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut.

Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis.Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani.Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen.Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga.Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.

Anatomi Telinga Tengah

Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal.

Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes.Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara.Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam.Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah.Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara.Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin.anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan.

Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan telingah ke nasofaring.Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan.Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.

Anatomi Fisiologi Telinga Dalam

Telinga dalam terletak di dalam pars petrosus os temporale. Sangat rumitterdiri dari dua organ organ pendengaran dan organ keseimbangan.


Description: http://arispurnomo.com/wp-content/uploads/2010/06/Ear-Anatomy.gif

Labirin oseosa telinga dalam adalah rangkaian rongga yang saling berhubungan . Labirin membranosa adalah kantong tertutup di dalam labirin oseosa dan kurang lebih memiliki bentuk yang sama. Perilimf adalah cairan jernih yang menempati ruang diantara labirin oseosa dan membranosa.Endolimf adalah cairan yang terdapat di dalam labirin membranosa. Vestibulum adalah ruangan kecil yang berhubungan pada sisi anterior denga koklea, pada sisi lateral dengan telinga tengah melalui dua lubang (i) lubang oval yang ditutupi oleh bagian kaki stapes , (ii) lubang bulat yang ditutupi oleh membrane pada sisi posterior , dengan kanalis semisirkularis.

Koklea melengkung seperti cangkang siput.Berongga, dengan canal koklearis melengkung disekitar pilar sentral.Bagian dalam tulang koklea, tabung membranosa berjalan dari clasar apeks dan kearah bawah kembali.Tabung yang mengarah keatas dimulai dari fenestra rotundum dan disebut skala vestibule.Tabung yang mengarah ke bawah disebut skala tympani dan berakhir pada fenestra rotundum. Skala media adalah tabung yang berisi endolimf yang terletak diantara kedua skala lain. Organ Corti adalah struktur yang rumit yang berjalan secara spiral ke arah atas pada koklea, sepanjang perjalanannya disokong oleh pilar sentralis yang melekat pada membrane basalis.Sel-sel rambut organ Corti berjumlah sekitar 15.000, menonjol dari membrana basalis ke dalam skala media.

Kanalis semisirkularis tersusun saling menyudut kearah kanan. Susunan ini adalah ; kanalis superior, kanalis lateralis, kanalis posterior. Kanalis ini mengandung endolimf dan membuka ke dalam dinding posterior vestibulum. Ujung saraf nerves kranialis ke delapan cabang vestibularis dihubungkan dengan sel-sel rambut yang menonjol ke dalam endolimf.
Sakulus dan utrikulus adalah bagian dari vestibulum membranosa. Struktur tersebut mengandung sel-sel dengan rambut yang melekat ke dalam zat seperti jell yang mengandung sejumlah otot, kristal kecil kalsium karbonat.

Nervus Kranialis Ke Delapan (Auditorius)

Nervus ini adalah saraf telinga dalam. Terdiri dari ; pars koklearis yang memiliki serat dimulai disekitar sel-sel rambut koklea dan mentranmisikan impels pendengaran. Pars vestibularis memiliki serat yang dimulai di dalam sel-sel canalis semisirkularis dan vestibulum mentransmisikan sensasi keseimbangan.

Pendengaran

Mendengar adalah kemampuan untuk mendeteksi tekanan vibrasi udara tertentu dan menginterpretasikannya sebagai bunyi. Telinga mengkonversi energi gelombang tekanan menjadi impuls syaraf, dan korteks serebri mengkonversi impuls ini menjadi bunyi .
Bunyi memiliki frekuensi, amplitude dan bentuk gelombang.Frekuensi gelombang bunyi adalah kecepatan osilasi gelombang udara per unit waktu.Telinga manusia dapat menangkap frekuensi yang bervariasi dari sekitar 20 sampai 16.000 Hertz (Hz).Satu hertz adalah satu siklus per detik.

Bunyii berfrekuensi rendah mempunyai nada rendah . Bunyi berfrekuensi tinggi mempunyai nada tinggi.Suara manusia berkisar dari sekitar 65 Hz sampai sedikit diatas 1000 Hz. Mekanisme frekuensi manusia paling sensitive terhadap suara dengan frekuensi sekitar 1000 Hz.

Amplitudo adalah ukuran energi atau intensitas fluktuasi tekanan.Gelombang bunyi dengan amplitude yang berbeda diinterpretasikan sebagai perbedaan dalam kekerasan.Ukuran bunyi dalam decibel (dB); bunyi bisikan sekitar 20 dB.Percakapan tenang sekitar 50 dB.Pabrik yang bising sekitar 100 dB.Bunyi di atas 120 dB menyebabkan nyeri dan pemaparan dalam jangka panjang dapat merusak telinga dan menyebabkan ketulian.

Tranmisi Bunyi Dalam Telinga Luar

Gelombang bunyi ditangkap oleh daun telinga dan ditransmisikan ke dalam meatus auditorius eksternus.

Membrana Tympani

Gelombang bunyi menyebabkan vibrasi membrane timpani.Sifat membrane adalah elastic yang tidak memiliki frekuensi alaminya sendiri tetapi mengambil karakteristik vibrasi yang terjadi.Membrana timpani dapat dengan mudah bergetar karena tekanan pada kedua sisinya bersifat atmosferik. Ujung faring tuba eustachius terbuka saat menelan, bersin, dan menguap, dan dengan demikian bila tuba paten,telinga tengah terns terisi dengan udara tekanan atmosfer. Membrana timpani ticlak akan bergetar dengan balk bila tuba tersumbat dan tekanan kedua sisi ticlak sama. Amplitude getaran membrane proporsional dengan intensitas bunyi.Membran sangat teredam, yaitu berhenti bergetar segera setelah bunyi berhenti.

Osikel

Getaran membrane timpani ditangkapp oleh malleus, yang melekat pada permukaan dalamnya dan ditransmisikan melalui incus ke stapes.Bagian kaki stapes menstransmisikan vibrasi melalui fenestrum ovale yang melekat padanya. Daerah membrane timpani 15 – 20 kali lebih besar dari pada fenestrum ovale, dan gaya vibrasi pada fenestrum lebih besar dad pada gaya pada membrane timpani, walaupun terjadi sedikit kehilangan energi akibat inersia osikel.
Muskulus stapedius dan tensor timpani berkontraksi secara reflektorik sebagai respons terhadap bunyi yang keras , dan dengan berkontraksi menarik osikel, membuat system osikular lebih kaku dan dengan demikian melinclungi telinga dalam.

Koklea

Vibrasi fenestrum ovale menyebabkan gelombang tekanan dalam perilimf telinga dalam.Gelombang berjalan ke atas pada perilimf dalam skala vestibule dan ke bawah pada perilimf di dalam skala timpani.Ketika gelombang mencapai fenestrum rotundum pada bagian dasar, membrane menutup fenestrum tersebut menyebabkan pembonjolan kecil di dalam telinga tengah.Bila tidak terjadi gelombang tidak dapat melewati koklea.

Organ Corti

Bagaimana organ Corti berespon terhadap vibrasi belum diketahui dengan pasti. Gerakan membrane basalis, dihasilkan oleh gelombang yang berjalan naik turun didalam koklea, tampaknya menarik sel-selrambut dan mengeksitasinya sehingga mentransmisikan impels ke dalam saraf nervus kokhlearis yang terletak disekitar dasar sel rambut.
Menurut teori “gelombang berjalan”, gelombang yang dihasilkan oleh bunyi berfrekuensi tinggi hanya berjalan sedikit di dalam koklea sebelum teredam, dan bunyi berfrekuensi rendah berjalan sampai ke apeks koklea.Pembedaan oleh telinga antara suara dengan berfrekuensi yang berbecla agaknya diakibatkan oleh pola getaran yang berbecla yang dihasilkan membrane basalis oleh berfrekuensi yang berbeda.

Description: http://arispurnomo.com/wp-content/uploads/2010/06/eardrum-repair-normal-anatomy-picture.jpg

Hubungan Sentral

Nerves auditorius pars koklearis menstranmisikan sensasi pada otak. Tempat sensasi tersebut diinterpretasikan di dalam pars auditorius Globus temporalis. Setiap telinga memiliki hubungan dengan kedua Globus temporalis, dan terutama dengan sisi yang berlawanan.. Gambaran KlinisKetulian dapat diakibatkan olehSerumen dalam meatus auditorius eksternusOtitis mediaOtosklerosis , keadaan dimana terjadi pembentukan tulang baru di sekitar bagian kaki stapes yang mencegah pergerakannya.Cedera pada membrane timpani.Cedera, penyakit atau degenerasi nervus auditorius. Tinitus adalah bunyi berdering, berdengung, berdesis atau pulsating di dalam telinga.Tinitus merupakan gejala dari semua keadaan abnormal dalam telinga.

Keseimbangan

Kanalis semisirkularis, sakulus dan utrikulus berperan dalam keseimbangan dan posisi kepala pada bahu. Kanalis semisirkularis berperan pada gerakan kepala pada waktu berputar . Gerakan ini menghasilkan gerakan pada endolimf dalam kanalis semisirkularis ,yang merangsang sel-sel rambut . Otolit sakulus dan utdkulus; bergerak oleh perubahan posisi kepala dan dengan demikian mencetuskan gerakan sel rambut di daerah tersebut.
Rangsangan ditransmisikan sepanjang serat saraf nervus kranialis kedelapan ( auditorius) pars vestibularis ke otak tengah , medulla oblongata, serebelum , dan medulla spinalis. Rangsangan ini memulai perubahan refleks pada otot-otot leher , mata, badan, dan ekstremitas untuk mempertahankan keseimbangan dan postur dan mata dapat difiksasi pada objek yang bergerak.

Gambaran KlinisPusing (vertigo) adalah kelainan atau penyakit pada organ keseimbangan. Pada penyakit Meniere, peningkatan tekanan edolimfatik menyebabkan serangan berat vertigo, swing dihubungkan dengan mual dan muntah dan kadang-kadang dengan ketulian dan tinnitus. Infeksi labirin, fraktur pars petrosus os temporale, ateroma arteria vertebralis menyebabkan reduksi suplai darah menuju telinga dalam, dan pertumbuhan bare akan menyebabkan vertigo. Serumen dalam meatus auditorius eksternus menekan membrane timpani dan menyumbat tuba faringotimpanikus dapat menyebabkan ketulian dengan.Mabuk perjalanan ( mobil, kereta api, pesawat, mabuk laut) diakibatkan oleh gangguan labirinitin akibat gerakan berulang endolimf, sexing disertai dengan factor emosi yang kuat sehingga orang yang rentan dapat sakit atau mengalami vertigo akibat antisipasi gerakan. Berbagai obat-obatan dapat mencegah mabuk perjalanan, tetapi bagaimana mereka bekerja belum diketahui.Beberapa obet terutama Streptomisin dapat menyebabkan degenerasi labirin.

Anatomi Labirin

Vestibulum yang terdapat di dalam labirin, telinga bagian dalam, mempunyai andil 55% dalam patofisiologi alat keseimbangan tubuh (AKT).Ada dua jenis organ (reseptor) sensoris di dalam labirin, yaitu pendengaran dan keseimbangan yang merupakan sel berambut (hair cells).Kedua jenis sel ini terbenam di dalam cairan endolimf, sehingga bila ada aliran / gelombang endolimf akibat rangsangan bunyi (pendengaran) atau gerakan (keseimbangan), rambut sel menekuk kearah tertentu dan mengubah transmisi impuls sensoris.

Organ untuk pendengaran ini disebut organ corti, sedangkan untuk keseimbangan disebut organ vestibulum.Vestibulum dibedakan atas crista dan macula yang masing-masing sensitive terhadap rangsangan gerakan sirkuler dan linier. Gambar 3 berikut akan mengigatkan kembali pada peran labirin.

Fisiologi

Informasi yang berguna untuk alat keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh respetor vestibuler visual dan propioseptik. Dan ketiga jenis reseptor tersebut, reseptor vestibuler yang punya kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50% disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil konstibusinya adalah propioseptik.

Arus informasi berlangusng intensif bila ada gerakan atau perubahan gerakan dari kepala atau tubuh, akibat gerakan ini menimbulkan perpindahan cairan endolimfe di labirin dan selanjutnya bulu (cilia) dari sel rambut ( hair cells) akan menekuk. Tekukan bulu menyebabkan permeabilitas membran sel berubah sehingga ion Kalsium menerobos masuk kedalam sel (influx). Influx Ca akan menyebabkan terjadinya depolarisasi dan juga merangsang pelepasan NT eksitator (dalam hal ini glutamat) yang selanjutnya akan meneruskan impul sensoris ini lewat saraf aferen (vestibularis) ke pusat-pusat alat keseimbangan tubuh di otak .

Description: http://arispurnomo.com/wp-content/uploads/2010/06/2191_ear_anatomy_450.jpg

Pusat Integrasi alat keseimbangan tubuh pertama diduga di inti vertibularis menerima impuls aferen dari propioseptik, visual dan vestibuler.Serebellum selain merupakan pusat integrasi kedua juga diduga merupakan pusat komparasi informasi yang sedang berlangsung dengan informasi gerakan yang sudah lewat, oleh karena memori gerakan yang pernah dialami masa lalu diduga tersimpan di vestibuloserebeli.Selain serebellum, informasi tentang gerakan juga tersimpan di pusat memori prefrontal korteks serebri.

Mekanisme Pendengaran

1. air condaction

Gelombang suara dikumpulkan oleh telinga luar “kemudian” disalurkan ke lubang telinga “kemudian” menuju gendang telinga “kemudian” gendang telinga bergetar untuk merespon gelombang suara yang menghantamnya “kemudian” getaran ini mengakibatkan 3 tulang pendengaran( malleus, stapes, incus ) yang sering disebut osikuli di telinga tengah begerak “kemudian” secara mekanis getaran dari gendang telinga akan disalurkan menuju cairan yang ada di koklea “kemudian” getaran yang sampai ke koklea akan menghasilkan gelombang “kemudian” rambut sel di koklea bergerak “kemudian” gerakan ini merubah energy mekanik menjadi energy elektrik ke saraf pendengaran (auditory nerve, saraf VIII ( saraf akustikus )) “kemudian” menuju ke pusat pendengaran di otak bagian lobus temporal “kemudian” menerjemahkan energy jadi suara yang dapat dikenal di otak “kemudian” hearing occurs.

2. bone condaction

· berjalan melalui penghantar tulang “kemudian” getaran sumber suara “kemudian” menggetarkan tulang kepala “kemudian” menggetarkan perylimph pada skala vestibuli “kemudian” skala tympani “kemudian” penghantaran udara

· penghantaran melalui tulang dapat dilakukan dengan percobaaan rine, sedangkan penghantaran bunyi melalui tulang kemudian dilan-jutkan melalui udara dapat dilakukan dengan percobaan weber

· kecepatan penghantaran suara terbatas, makin tambah usia makin berkurang daya tangkap suara atau bunyi yang dinyatakan antara 30 – 20.000 siklus/detik

3. Pengertian otitismedis dan mastoiditis

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.Gangguan telinga yang paling sering adalah infeksi eksterna dan media.Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang dewasa (Soepardi, 1998).

Description: C:\Documents and Settings\Els@_Wake\Bluetooth Software\My Documents\Sisitem Persepsi dan Sensori\Otitis Media & Mastoiditis\Gambar\0.jpg

Otitis media serosa / efusi adalah keadaan terdapatnya cairan di dalam telinga tengah tanpa adanya tanda dan gejala infeksi aktif. Secara teori, cairan ini sebagai akibat tekanan negative dalam telinga tengah yang disebabkan oleh obstruksi tuba eustachii.

Otitis media kronik sendiri adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode berulang otitis media akut yang tak tertangani.Sering berhubungan dengan perforasi menetap membrane timpani.

· Etiologi

1. Bakteri

Bakteri piogenik merupakan penyebab OMA yang tersering. Menurut penelitian, 65-75% kasus OMA dapat ditentukan jenis bakteri piogeniknya melalui isolasi bakteri terhadap kultur cairan atau efusi telinga tengah. Kasus lain tergolong sebagai non-patogenik karena tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Tiga jenis bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumoniae (40%), diikuti oleh Haemophilus influenzae (25-30%) dan Moraxella catarhalis (10-15%). Kira-kira 5% kasus dijumpai patogen-patogen yang lain seperti Streptococcus pyogenes (group A beta-hemolytic), Staphylococcus aureus, dan organisme gram negatif. Staphylococcus aureus dan organisme gram negatif banyak ditemukan pada anak dan neonatus yang menjalani rawat inap di rumah sakit.Haemophilus influenzae sering dijumpai pada anak balita. Jenis mikroorganisme yang dijumpai pada orang dewasa juga sama dengan yang dijumpai pada anak-anak (Kerschner, 2007).

2. Virus

Virus juga merupakan penyebab OMA. Virus dapat dijumpai tersendiri atau bersamaan dengan bakteri patogenik yang lain. Virus yang paling sering dijumpai pada anak-anak, yaitu respiratory syncytial virus (RSV), influenza virus, atau adenovirus (sebanyak 30-40%).Kira-kira 10-15% dijumpai parainfluenza virus, rhinovirus atau enterovirus. Virus akan membawa dampak buruk terhadap fungsi tuba Eustachius, menganggu fungsi imun lokal, meningkatkan adhesi bakteri, menurunkan efisiensi obat antimikroba dengan menganggu mekanisme farmakokinetiknya (Kerschner, 2007). Dengan menggunakan teknik polymerase chain reaction (PCR) dan virus specific enzyme-linked immunoabsorbent assay (ELISA), virus-virus dapat diisolasi dari cairan telinga tengah pada anak yang menderita OMA pada 75% kasus (Buchman, 2003).

· PENILAIAN OMA

Penilaian klinik OMA digunakan untuk menentukan berat atau ringannya suatu penyakit.Penilaian berdasarkan pada pengukuran temperatur, keluhan orang tua pasien tentang anak yang gelisah dan menarik telinga atau tugging, serta membran timpani yang kemerahan dan membengkak atau bulging. Menurut Dagan (2003) dalam Titisari (2005), skor OMA adalah seperti berikut:

Skor

Suhu (°C)

Gelisah

Tarik telinga

Kemerahan pada membran timpani

Bengkak pada membran timpani (bulging)

0

<38,0

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

1

38,0- 38,5

Ringan

Ringan

Ringan

Ringan

2

38,6- 39,0

Sedang

Sedang

Sedang

Sedang

3

>39,0

Berat

Berat

Berat

Berat, termasuk otore

· Tanda Dan Gejala

· Gejala-gejala yang sering dihubungkan dengan infeksi-infeksi telinga termasuk:

· Nyeri/sakit telinga

· Gatal atau ketidaknyamanan lain dalam telinga atau saluran telinga

· Kulit yang memerah dan bengkak pada telinga luar atau saluran telinga

· Pengaliran dari telinga

· Kehilangan pendengaran (umumnya sementara)

· Tinnitus atau telinga berdengung

· Demam

· Menggigil

· Iritasi

· Nafsu makan berkurang

· Kepeningan (Pusing)

· Mual dan muntah

· Diare

Stadium OMA

OMA dalam perjalanan penyakitnya dibagi menjadi lima stadium, bergantung pada perubahan pada mukosa telinga tengah, yaitu stadium oklusi tuba Eustachius, stadium hiperemis atau stadium pre-supurasi, stadium supurasi, stadium perforasi dan stadium resolusi (Djaafar, 2007).

1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Pada stadium ini, terdapat sumbatan tuba Eustachius yang ditandai oleh retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan intratimpani negatif di dalam telinga tengah, dengan adanya absorpsi udara.Retraksi membran timpani terjadi dan posisi malleus menjadi lebih horizontal, refleks cahaya juga berkurang. Edema yang terjadi pada tuba

Eustachius juga menyebabkannya tersumbat.Selain retraksi, membran timpani kadang-kadang tetap normal dan tidak ada kelainan, atau hanya berwarna keruh pucat.Efusi mungkin telah terjadi tetapi tidak dapat dideteksi.Stadium ini sulit dibedakan dengan tanda dari otitis media serosa yang disebabkan oleh virus dan alergi.Tidak terjadi demam pada stadium ini (Djaafar, 2007; Dhingra, 2007).

2. Stadium Hiperemis atau Stadium Pre-supurasi

Pada stadium ini, terjadi pelebaran pembuluh darah di membran timpani, yang ditandai oleh membran timpani mengalami hiperemis, edema mukosa dan adanya sekret eksudat serosa yang sulit terlihat.Hiperemis disebabkan oleh oklusi tuba yang berpanjangan sehingga terjadinya invasi oleh mikroorganisme piogenik. Proses inflamasi berlaku di telinga tengah dan membran timpani menjadi kongesti. Stadium ini merupakan tanda infeksi bakteri yang menyebabkan pasien mengeluhkan otalgia, telinga rasa penuh dan demam. Pendengaran mungkin masih normal atau terjadi gangguan ringan, tergantung dari cepatnya proses hiperemis. Hal ini terjadi karena terdapat tekanan udara yang meningkat di kavum timpani. Gejala-gejala berkisar antara dua belas jam sampai dengan satu hari (Djaafar, 2007; Dhingra, 2007).

3. Stadium Supurasi

Stadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen atau bernanah di telinga tengah dan juga di sel-sel mastoid.Selain itu edema pada mukosa telinga tengah menjadi makin hebat dan sel epitel superfisial terhancur. Terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani menyebabkan membran timpani menonjol atau bulging ke arah liang telinga luar.

Pada keadaan ini, pasien akan tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Pasien selalu gelisah dan tidak dapat tidur nyenyak.Dapat disertai dengan gangguan pendengaran konduktif.Pada bayi demam tinggi dapat disertai muntah dan kejang.

Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan iskemia membran timpani, akibat timbulnya nekrosis mukosa dan submukosa membran timpani. Terjadi penumpukan nanah yang terus berlangsung di kavum timpani dan akibat tromboflebitis vena-vena kecil, sehingga tekanan kapiler membran timpani meningkat, lalu menimbulkan nekrosis.Daerah nekrosis terasa lebih lembek dan berwarna kekuningan atau yellow spot.

Keadaan stadium supurasi dapat ditangani dengan melakukan miringotomi. Bedah kecil ini kita lakukan dengan menjalankan insisi pada membran timpani sehingga nanah akan keluar dari telinga tengah menuju liang telinga luar. Luka insisi pada membran timpani akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur, lubang tempat perforasi lebih sulit menutup kembali. Membran timpani mungkin tidak menutup kembali jikanya tidak utuh lagi (Djaafar, 2007; Dhingra, 2007)

4. Stadium Perforasi

Stadium perforasi

ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret berupa nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Kadang-kadang pengeluaran sekret bersifat pulsasi (berdenyut).Stadium ini sering disebabkan oleh terlambatnya pemberian antibiotik dan tingginya virulensi kuman, Setelah nanah keluar, anak berubah menjadi lebih tenang, suhu tubuh menurun dan dapat tertidur nyenyak.

Jika mebran timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret atau nanah tetap berlangsung melebihi tiga minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut.Jika kedua keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih satu setengah sampai dengan dua bulan, maka keadaan itu disebut otitis media supuratif kronik (Djaafar, 2007; Dhingra, 2007).

5. Stadium Resolusi

Keadaan ini merupakan stadium akhir OMA yang diawali dengan berkurangnya dan berhentinya otore. Stadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal hingga perforasi membran timpani menutup kembali dan sekret purulen akan berkurang dan akhirnya kering. Pendengaran kembali normal.Stadium ini berlangsung walaupun tanpa pengobatan, jika membran timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi kuman rendah.

Apabila stadium resolusi gagal terjadi, maka akan berlanjut menjadi otitis media supuratif kronik. Kegagalan stadium ini berupa perforasi membran timpani menetap, dengan sekret yang keluar secara terus-menerus atau hilang timbul.

Otitis media supuratif akut dapat menimbulkan gejala sisa berupa otitis media serosa.Otitis media serosa terjadi jika sekret menetap di kavum timpani tanpa mengalami perforasi membran timpani (Djaafar, 2007; Dhingra, 2007).

5. Patofisiologi otitis media

Pada gangguan ini biasanya terjadi disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang diakibatkan oleh infeksi saluran nafas atas, sehingga timbul tekanan negative di telinga tengah. Sebaliknya, terdapat gangguan drainase cairan telinga tengah dan kemungkinan refluks sekresi esophagus ke daerah ini yang secara normal bersifat steril.Cara masuk bakteri pada kebanyakan pasien kemungkinan melalui tuba eustachii akibat kontaminasi secret dalam nasofaring.Bakteri juga dapat masuk telinga tengah bila ada perforasi membran tymphani.Eksudat purulen biasanya ada dalam telinga tengah dan mengakibatkan kehilangan pendengaran konduktif.

Penyebab utama otitis media akut adalah masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya adalah steril. Paling sering terjadi bila terdapat disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya (eg : sinusitis, hipertrofi adenoid) atau reaksi alergik ( eg : rhinitis alergika). Bakteri yang umum ditemukan sebagai organisme penyebab adalah Streptococcus peneumoniae, Hemophylus influenzae, Streptococcus pyogenes, dan Moraxella catarrhalis.

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachiuss

Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah.Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.

Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas.Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus).

Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri.1 Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.

Mastoiditis

Pengertian

Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang temporal. Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasa yang sebelumnya telah menderita infeksi akut pada telinga tengah.Gejala-gejala awal yang timbul adalah gejala-gejala peradangan pada telinga tengah, seperti demam, nyeri pada telinga, hilangnya sensasi pendengaran, bahkan kadang timbul suara berdenging pada satu sisi telinga (dapat juga pada sisi telinga yang lainnya).

Description: http://www.klikdokter.com/userfiles/mastoiditis.JPG

Etiologi

Menurut George (1997: 106) etiologi mastoiditis antara lain:

1. Klien imunosupresi atau orang yang menelantarkan otitis media akut yang dideritanya

2. Berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab otitis media akut yaitu streptococcus pnemonieae.

Bakteri lain yang sering ditemukan adalah adalah branhamella catarrhalis, streptococcus group-Adan staphylococcus aureus

Gejala

Dari keluhan penyakit didapatkan keluarnya cairan dari dalam telinga yang selama lebih dari tiga minggu, hal ini menandakan bahwa pada infeksi telinga tengah sudah melibatkan organ mastoid.Gejala demam biasanya hilang dan timbul, hal ini disebabkan infeksi telinga tengah sebelumnya dan pemberian antibiotik pada awal-awal perjalanan penyakit. Jika demam tetap dirasakan setelah pemberian antibiotik maka kecurigaan pada infeksi mastoid lebih besar. Rasa nyeri biasanya dirasakan dibagian belakang telinga dan dirasakan lebih parah pada malam hari, tetapi hal ini sulit didapatkan pada pasien-pasien yang masih bayi dan belum dapat berkomunikasi.Hilangnya pendengaran dapat timbul atau tidak bergantung pada besarnya kompleks mastoid akibat infeksi.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan

  • Kemerahan pada kompleks mastoid
  • Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir (warna bergantung dari bakteri)
  • Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan)
  • Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah)
  • Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ lainnya.
  • Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnnya.
  • Kulit yang melapisi prosesus mastoideus menjadi merah, membengkak dan nyeri bila ditekan. Daun telinga terdorong ke samping dan ke bawah.
  • Gejala lainnya adalah demam, nyeri di sekitar dan di dalam telinga serta keluarnya cairan kental dari telinga. Nyeri cenderung menetap dan berdenyut. Pembengkakan di belakang telinga, dapat menyebabkan telinga untuk tetap keluar.

Patofisiologi mastoiditis

Mastoiditis adalah hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah, bakteri yang didapat pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang didapat pada infeksi telinga tengah. Bakteri gram negative danstreptococcus aureus adalah beberapa bakteri yang paling sering didapatkan pada infeksi ini.Seperti telah disebutkan diatas, bahwa keadaan-keadaan yang menyebabkan penurunan dari system imunologi dari seseorang juga dapat menjadi faktor predisposisi mastoiditis.Pada beberapa penelitian terakhir, hampir sebagian dari anak-anak yang menderita mastoiditis, tidak memiliki penyakit infeksi telinga tengah sebelumnya.Bakteri yang berperan pada penderita anak-anak ini adalah S. Pnemonieae.

Seperti semua penyakit infeksi, beberapa hal yang mempengaruhi berat dan ringannya penyakit adalah faktor tubuh penderita dan faktor dari bakteri itu sendiri. Dapat dilihat dari angka kejadian anak-anak yang biasanya berumur di bawah dua tahun, pada usia inilah imunitas belum baik. Beberapa faktor lainnya seperti bentuk tulang, dan jarak antar organ juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Faktor-faktor dari bakteri sendiri adalah, lapisan pelindung pada dinding bakteri, pertahanan terhadap antibiotic dan kekuatan penetrasi bakteri terhadap jaringan keras dan lunak dapat berperan pada berat dan ringannya penyakit.

  • Dari keluhan penyakit didapatkan keluarnya cairan dari dalam telinga yang selama lebih dari tiga minggu, hal ini menandakan bahwa pada infeksi telinga tengah sudah melibatkan organ mastoid. Gejala demam biasanya hilang dan timbul, hal ini disebabkan infeksi telinga tengah sebelumnya dan pemberian antibiotik pada awal-awal perjalanan penyakit. Jika demam tetap dirasakan setelah pemberian antibiotik maka kecurigaan pada infeksi mastoid lebih besar. Rasa nyeri biasanya dirasakan dibagian belakang telinga dan dirasakan lebih parah pada malam hari, tetapi hal ini sulit didapatkan pada pasien-pasien yang masih bayi dan belum dapat berkomunikasi. Hilangnya pendengaran dapat timbul atau tidak bergantung pada besarnya kompleks mastoid akibat infeksi.

6. Diet

Diet yang diperlukan dengan pasien yang OM dan mastoiditis harus dengan angka nutrisi dan protein yang cukup atau dengan TKTP. Apalagi dengan anak yang masih dengan usia 6 tahun. Perlu diber makanan tambahan seperti buah-buahan dan sayuran.

7. Farmakologi

Emberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai pembersihan sekret profus.Bila terjadi kegagalan pengobatan, perlu diperhatikan faktor penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut.Antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan.Golongan pertama daya bunuhnya tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin banyak kuman terbunuh, misalnya golongan aminoglikosida dengan kuinolon. Golongan kedua adalah antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya paling baik.Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh antimikroba golongan ini, misalnya golongan beta laktam.

Terapi antibiotik sistemik yang dianjurkan pada Otitis media kronik adalah2,3. Pseudomonas Aminoglikosida ± karbenisilin

P. mirabilis Ampisilin atau sefalosforin

P. morganii, P. vulgaris Aminoglikosida ± Karbenisilin

Klebsiella Sefalosforin atau aminoglikosida

E. coli Ampisilin atau sefalosforin

S. Aureus Anti-stafilikokus penisilin, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida

Streptokokus Penisilin, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida

B. fragilis Klindamisin

Antibiotika golongan kuinolon (siprofloksasin, dan ofloksasin) yaitu dapat derivat asam nalidiksat yang mempunyai aktifitas anti pseudomonas dan dapat diberikan peroral.Tetapi tidak dianjurkan untuk anak dengan umur dibawah 16 tahun. Golongan sefalosforin generasi III ( sefotaksim, seftazidinm dan seftriakson) juga aktif terhadap pseudomonas, tetapi harus diberikan secara parenteral. Terapi ini sangat baik untuk OMA sedangkan untuk OMSK belum pasti cukup, meskipun dapat mengatasi OMSK.Metronidazol mempunyai efek bakterisid untuk kuman anaerob. Menurut Browsing dkk metronidazol dapat diberikan dengan dan tanpa antibiotik ( sefaleksin dan kotrimoksasol) pada OMSK aktif, dosis 400 mg per 8 jam selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam selama 2-4 minggu1,2,6. Analgesia/pereda nyeri.Penanganan OMA selayaknya disertai penghilang nyeri (analgesia).Analgesia yang umumnya digunakan adalah analgesia sederhana seperti paracetamol atau ibuprofen.Namun perlu diperhatikan bahwa pada penggunaan ibuprofen, harus dipastikan bahwa anak tidak mengalami gangguan pencernaan seperti muntah atau diare karena ibuprofen dapat memperparah iritasi saluran cerna.Pemberian obat-obatan lain seperti antihistamin (antialergi) atau dekongestan tidak memberikan manfaat bagi anak.

* Myringotomy (myringotomy: melubangi gendang telinga untuk mengeluarkan cairan yang menumpuk di belakangnya) juga hanya dilakukan pada kasus-kasus khusus di mana terjadi gejala yang sangat berat atau ada komplikasi.

* Cairan yang keluar harus dikultur. Pemberian antibiotik sebagai profilaksis untuk mencegah berulangnya OMA tidak memiliki bukti yang cukup.

8. Penatalaksanaan

Penatalaksaan pada Otitis media dan Mastoidits

O M

A. Pemeriksaan Diagnostik

1.Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar

2.Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane timpani

3.Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani).

  1. Penatalaksanaan Medis

Hasil penatalaksanaan otitis media bergantung pada efektifitas terapi ( e.g : dosis antibiotika oral yang diresepkan dan durasi terapi ), virulensi bakteri, dan status fisik klien

Antibiotik dapat digunakan untuk otitis media akut. Pilihan pertama adalah Amoksisilin; pilihan kedua – digunakan bila diperkirakan organismenya resisten terhadap amoksisilin – adalah amoksisilin dengan klavulanat (Augmentin ; sefalosporin generasi kedua), atau trimetoprin sulfametoksazol. Pada klien yang alergi penisilin, dapat diberikan eritronmisin dan sulfonamide atau trimetoprim – sulfa.

Untuk otitis media serosa ( otitis media dengan efusi ), terapi yang umum dilakukan adalah menunggu. Keadaan ini umumnya sembuh sendiri dalam 2 bulan.

Untuk otitis media serosa yang persisten, dianjurkan untuk melakukan miringotomi.Miringotomi adalah prosedur bedah dengan memasukkan selang penyeimbang tekanan ke dalam membrane timpani.Hal ini memungkinkan ventilasi dari telinga tengah, mengurangi tekanan negative dan memungkinkan drainase cairan.Selang itu umumnya lepas sendiri setelah 6 sampai 12 bulan.Kemungkinan komplikasinya adala atrofi membrane timpani, timpanosklerosis (parut pada membrane timpani), perforasi kronik, dan kolesteatoma.

Mastoiditis

C. Tatalaksana

Pengobatan dengan obat-obatan seperti antibiotik, anti nyeri, anti peradangan dan lain-lainnya adalah lini pertama dalam pengobatan mastoiditis. Tetapi pemilihan anti bakteri harus tepat sesuai dengan hasil test kultur dan hasil resistensi. Pengobatan yang lebih invasif adalah pembedahan pada mastoid.Bedah yang dilakukan berupa bedah terbuka, hal ini dilakukan jika dengan pengobatan tidak dapat membantu mengembalikan ke fungsi yang normal.

  1. Pemeriksaan diagnostik

1. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar

2.Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane timpani

3.Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani).

Ketrampilan – ketrampilan:

9. PF system pendengaran

Tujuan
Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga dan fungsi pendengaran.

Persiapan alat
1. Arloji berjarum jam detik
2. Garpu talla
3. Spekulum telinga
4. Lampu kepala

Prosedur pelaksanaan
Inspeksi dan palpasi telinga luar :
1. Bantu klien dalam posisi duduk jika memungkinkan
2. Posisi pemeriksa menghadap ke sisi telinga yang dikaji
3. Atur pencahayaan dengan menggunakan auroskop, lampu kepala atau sumber cahaya lain sehingga tangan pemeriksa bebas bekerja
4. Inspeksi telinga luar terhadap posisi, warna, ukuran, bentuk, hygiene, adanya lesi/ massa dan kesimetrisan.
5. Lakukan palpasi dengan memegang telinga menggunakan jari telunjuk dan jempol.
6. Palpasi kartilago telinga luar secara simetris, yaitu dari jaringan lunak ke jaringan keras dan catat jika ada nyeri
7. Lakukan penekanan pada area tragus ke dalam dan tulang telinga di bawah daun telinga.
8. Bandingkan telinga kiri dan kanan.
9. Inspeksi lubang pendengaran eksternal dengan cara berikut:
- Pada orang dewasa, pegang daun telinga/ heliks dan perlahan-lahan tarik daun telinga ke atas dan ke belakang sehingga lurus dan menjadi mudah diamatai.
- Pada anak-anak, tarik daun telinga ke bawah.
10. Periksa adanya peradangan, perdarahan atau kotoran/ serumen pada lubang telinga.

Pemeriksaan pendengaran
Menggunakan bisikan
1. Atur posisi klien membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6 m.
2. Instruksikan klien untuk menutup salah satu telinga yang tidak diperiksa
3. Bisikkan suatu bilangan, misal ”tujuh enam”
4. Minta klien untuk mengulangi bilangan yang didengar
5. Periksa telinga lainnya dengan cara yang sama
6. Bandingkan kemampuan mendengar telinga kanan dan kiri klien.

Menggunakan arloji
1. Ciptakan suasana ruangan yang tenang
2. Pegang arloji dan dekatkan ke telinga klien
3. Minta klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia mendengar detak arloji
4. Pindahkan posisi arloji perlahan-lahan menjauhi telinga dan minta klien untuk memberitahu pemeriksa jika ia tidak mendengar detak arloji. Normalnya klien masih mendengar sampai jarak 30 cm dari telinga.

Menggunakan garpu talla
Pemeriksaan Rinne
1. Pegang garpu talla pada tangkainya dan pukulkan ke telapak tangan atau buku jari tangan yang berlawanan
2. Letakkan tangkai garpu talla pada prosesus mastoideus klien
3. Anjurkan klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia tidak merasakan getaran lagi
4. Angkat garpu talla dan dengan cepat tempatkan di depan lubang telinga klien 1-2 cm dengan posisi garpu talla paralel terhadap lubang telinga luar klien
5. Instruksikan klien untuk memberitahu apakah ia masih mendengar suara atau tidak
6. Catat hasil pendengaran pemeriksaan tersebut

Pemeriksaan Weber
1. Pegang garpu talla pada tangkainya dan pukulkan ke telapak tangan atau buku jari tangan yang berlawanan
2. Letakkan tangkai garpu talla di tengah puncak kepala klien
3. Tanyakan kepada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua telinga atau lebih jelas pada salah satu telinga
4. Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut.

10. Ketrampilan irigasi telinga

Prosedur:

1. Verifikasi data

2. Persiapan alat:

- Cairan irigasi sesuai pesanan medic: Nacl 0,9% suhu cairan 37°c

- Spuit 10 cc steril tanpa jarum

- Bengkok

- Handuk

- Perlak

- Kapas bulat

- Lidi kapas

- Kasa steril

- Sarung tangan steril

- Kom steril untuk cairan irigasi

- Korentang steril

- Plester dan gunting

Fase kerja:

1. Mencuci tangan

2. Menjaga privasi pasien

3. Mengatur posisi pasien (duduk tegak dengan kepala dimiringkan, tidur miring, telinga yang akan diirigasi berada di atas)

4. Meletakkan perlak dan handuk dibawah kepala dan bahu pasien

5. Mendekatkan bengkok ke telinga yang akan diirigasi

6. Memakai sarung tangan steril

7. Membersihkan kanal telinga luar dengan lidi kapas

8. Mengisi spuit 10 cc dengan cairan irigasi, keluarkan udara dari spuit

9. Menarik daun telinga ke atas dan sedikit kebelakang(dewasa) dan menarik daun telinga ke bawah dan kebelakang (anak kecil) dengan tangan yang tidak dominan, tangan yang dominan memegang spuit dan meletakan dipangkal kanal

10. Mengalirkan secara perlahan menuju dinding kanal posterior dan pertahankan posisi telinga

11. Mempertahankan aliran irigasi, mengamati drainase cairan apakah terdapat serumen atau benda asing

12. Mengkaji secara periodic apakah pasien merasa vertigo atau nausea

13. Mengulangi irigasi selama diperlukan, dengan menyediakan waktu istirahat diantara irigasi

14. Mengeringkan daun telinga dan liang telinga dengan kapas atau lidi kapas

15. Menaruh tuffer atau kassa pada liang telinga, menganjurkan pasien miring ke arah telinga yang di irigasi selama 5-10 menit

16. Menutup telinga dengan kasa steril

17. Melepas sarung tangan

Fase terminasi

1. Merapikan pasien

2. Melakukan evaluasi menyampaikan rencana tindak lanjut

3. Berpamitan

4. Membereskan alat

5. Mencuci tangan

11. Ketrampilan tetes telinga

Prosedur :

1. Verifikasi data

2. Persiapan alat:

- Daftar obat

- Obat tetes telingan yang sudah ditentukan

- Lidi kapas steril

- Lampu senter

- Tisu

- Sarung tangan

- Pipet obat kalau perlu

- Bengkok

- Handuk

Fase kerja:

1. Mencuci tangan

2. Memakai sarung tangan

3. Meletakan handuk dibawah bahu pasien

4. Mengatur posisi pasien

5. Membersihkan liang telinga bagian luar dengan lidi kapas kemudian meletakan lidi kapas kotor kedalam bengkok

6. Mengisi pipet dengan obat yang sudah disediakan

7. Menarik daun telinga ke atas dan sedikit kebelakang(dewasa) dan menarik daun telinga ke bawah dan kebelakang (bayi) untuk meluruskan liang ke telinga sehingga jelas terlihat

8. Meneteskan obat melalui sisi/liang telinga dengan pipet sesuai dosis yang ditentukan, lalu ditutup dengan kapas

9. Setelah penetesan obat, pasien tetap berbaring±5 menit untuk mencegah merembesnya obat dari liang telinga

10. Membersihkan bekas cairan obat dengan tisu

11. Melepas sarung tangan

Fase terminasi

6. Merapikan pasien

7. Melakukan evaluasi menyampaikan rencana tindak lanjut

8. Berpamitan

9. Membereskan alat

10. Mencuci tangan

12. Penkes ostitismedia dan mastoiditis

PENKES

Cara Menjaga Kesehatan Telinga

Inilah poin-poin yang menurut Noerbaiti penting untuk diperhatikan dalam menjaga kesehatan telinga.

  1. Jangan mengorek-ngorek telinga. Baik dengan cotton buds maupun benda lain.
  2. Biasakan anak mengunyah makanan dengan benar karena mengunyah adalah mekanisme alamiah tubuh untuk mengeluarkan kotoran dari dalam telinga.
  3. Pada bayi, mekanisme ini pun telah dilakukan, yaitu ketika bayi mengisap puting susu atau dot.
  4. Bila telinga terasa berkurang pendengarannya, segera ke dokter THT untuk dibersihkan.
  5. Telinga mempunyai mekanisme sendiri untuk menghambat dan mengeluarkan benda asing yang masuk. Bila hal ini tidak terjadi, berarti ada sesuatu yang salah dengan telinga. Segera konsultasikan ke dokter THT untuk dicari penyebabnya.
  6. Jauhkan cotton buds dari jangkauan anak-anak. Mereka belum tahu bahayanya. Selain kapas bisa tertinggal di dalam telinga, bila tidak hati-hatimenggunakannya, bukan tak mungkin menusuk dan merobek selaput gendang.

PENCEGAHAN

Beberapa cara untuk mencegah terjadinya otitis media akut perforasi antara lain:

  • Resiko terjadinya perforasi pada membran timpani dapat dicegah dengan menghindari terjadinya infeksi pada telinga tengah. Pada anak – anak dapat diberikan imunisasi terhadap 2 bakteri yang sering menimbulkan infeksi pada telinga tengah (Haemophilus influenzae and Streptococcus pneumoniae).
  • Jangan mengorek – orek liang telinga terlalu kasar karena dapat merobek membran timpani.
  • Jika ada benda asing yang masuk ke telinga anda, datanglah ke dokter untuk meminimalisasi kerusakan telinga yang dapat terjadi.
  • Jauhkan telinga dari bunyi yang sangat keras.
  • Lindungi telinga dari kerusakan yang tidak diinginkan dengan memakai pelindung telinga jika terdapat suara yang amat keras.
  • Menonton televisi dan mendengarkan musik dengan volume yang normal.
  • Lindungi telinga anda selama penerbangan.
  • Mengunyah permen ketika pesawat berangkat dan mendarat dapat mencegah terjadinya perforasi membran timpani selama penerbangan.

Berkomunikasi pada Kerusakan Pendengaran

Saran berikut dapat membuat komunikasi lebih bafik dengan penderita gangguan pendengaran yang wicaranya sulit dipahami.

1) Pusatkan seluruh perhatian pada apa yang sedang ia katakannya. Perhatikan dan dengarkan jangan mencoba melakukan pekerjaan lain sementara mendengarkannya.

2) Libatkan pembicara dalam percakapan bila memungkinkan untuk mengantisipasi jawaban. Hal ini memungkinkan anda menjadi terbiasa dengan pola wicaranya yang khusus.

3) Cobalah mencari konteks intinya tentang apa yang sedang dikatakannya; anda kemudian mungkin dapat mengisi detil dari konteks tersebut.

4) Jangan mencoba berpura-pura mengerti bila anda memang tidak mengerti.

5) Bila anda tak mampu memahami atau mengalami keraguan berat mengenai kemampuan memahami apa yang dikatakannya, lebih baik memintanya menuliskan pesan yang ingin disampaikannya daripada mengambil risiko salah pengertian. Meminta orang tersebut mengulang pesan dalam bentuk wicara, setelah anda mengetahui isinya, juga dapat membantu anda membiasakan diri dengan pola wicaranya.

Anjuran agar komunikasi lebih baik dengan penderita gangguan pendengaran yang dapat membaca gerak bibir adalah sebagai berikut:

1) Ketika berbicara, anda harus menatap orang tersebut selangsung mungkin.

2) Yakinkan bahwa wajah anda tampak sejelas mungkin; posisikan diri anda sedemikian rupa sehingga wajah anda mendapat pencahayaan yang memadai hindari terhalang oleh bayangan cahaya yang terlalu terang;jangan menutupi penglihatan orang tersebut terhadap mulut anda dengan cara apapun; hindari berbicara sambil mengunyah sesuatu dalam mulut anda.

3) Yakinkan bahwa pasien mengetahui topik atau subjek ekspresi verbal anda sebelum meneruskan dengan apa yang anda rencanakan untuk diucapkan ini memung-kinkan orang tersebut menggunakan petunjuk kontekstual dalam membaca gerak bibir.

4) Berbicara secara perlahan dan jelas, dengan jeda yang lebih sering dibanding bila anda berbicara normal.

5) Bila anda ragu apakah beberapa petunjuk atau instruk-si telah dipahami, lakukan pengecekan untuk meyakinkan bahwa pasien telah memahami secara penuh pesan anda.

6) Bila mulut anda terpaksa ditutup dengan alasan apapun (misalnya memakai masker) dan anda wajib memberi arahan atau instruksi kepada pasien, maka tak ada jalan lain kecuali anda harus menulis pesan yang ingin anda sampaikan.

13. Askep

Kasus

An. Fahri 6th dirawat di RS dengan dx medic ostitismedia cronic.Saat ini anak mengeluh nyeri skala 4 pada kedua telinga, terdapat otorrhoe yang purulent. S= 37 C .

Kata sukar :

Otorrhea : sekret telinga khususnya purulent, keluarnya cairan serebrospinal melalui meatus akustikus yang di sebabkan oleh fraktur temporal.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbanga Anatominya juga sangat rumit .Indera pende¬ngaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.

Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik sangat penting.Di antara mereka yang dapat membantu diagnosis dan atau menangani kelainan otologik adalah ahli otolaringologi, pediatrisian, internis, perawat, ahli audiologi, ahli patologi wicara dan pendidik. Perawat yang terlibat dalam spesialisasi otolaringologi, saat ini dapat raemperoleh sertifikat di bidang keperawatan otorinolaringologi leher dan kepala (CORLN= cerificate in otorhinolaringology-head and neck nursing).

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan dengan OMA serta mempraktekannya di kehidupan sehari-hari.

2. Tujuan Khusus

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan OM dan Mastoditis, Penulis mampu :

1. Mengidentifikasi data yang menunjang masalah keperawatan pada OM dan Mastoditis

2. Menentukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan OM dan Mastoiditis

3. Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan OM dan Mastoiditis

4. Melaksanakan tindakan keperawatan padapasien dengan OM dan Mastoiditis

5. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien dengan OM dan Mastoiditis

C. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dengan diperolehnya materi-materi pada makalah ini adalah :

1. Sebagai suatu sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan menganalisa askep pada pasien dengan otitis media dan mastoiditis yang telah didapat dari materi.

2. Sebagai masukan bagi semua mahasiswa dalam upaya menjelaskan maupun berdiskusi dalam perkuliahan.

3. Dapat digunakan sebagai acuan dan referensi dalam pembelajaran.

BAB II

ISI

1. Perkembangan persepsi sensori pada anak

Bayi sudah dapat mendengar semenjak lahir. Seiring pertumbuhannya, bayi akan menggunakan telinganya untuk mengumpulkan informasi mengenai keadaan di sekelilingnya, yang akan menstimulasi perkembangan otaknya dan menuntun kepada pencapaian kemampuan lain seperti kemampuan duduk, berguling, merangkak dan berjalan.

Usia satu bulan

Setelah menginjak usia satu bulan pendengaran bayi akan matur sepenuhnya, walaupun kemampuan untuk mengerti dan mengapresiasi apa yang didengarnya membutuhkan waktu yang lebih lama.

Usia tiga bulan

Pada usia tiga bulan, lobus temporalis pada otak bayi akan semakin reseptif dan aktif, sehingga apabila orangtuanya memanggil maka ia akan menoleh dan berdeguk atau mencoba untuk menyahut. Namun demikian kemampuan berbicara dan menyimak masih sulit baginya.

Usia lima bulan

Di usia lima bulan bayi akan menyadari asal suara yang datang, dan ia akan berbalik mencarinya. Bayi lima bulan juga mampu menyadari namanya/panggilannya, sehingga ia akan menoleh ketika orangtuanya sedang berbicara dengan orang lain mengenai dirinya.

Usia selanjutnya

Pendengaran bayi akan terus berkembang di usianya yang sangat muda.

Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus terkait kemampuan mendengar pada anak

Sebagian kecil bayi mengalami masalah pendengaran, terutama mereka yang lahir prematur ekstrim, mengalami deprivasi oksigen atau infeksi berat pada saat kelahiran. Selain itu, bayi yang berasal dari keluarga dengan riwayat anggota keluarga menderita gangguan/kehilangan pendengaran lebih berisiko menderita gangguan pendengaran dibanding bayi yang berasal dari keluarga yang sehat. Berikut adalah beberapa hal yang patut diwaspadai sebagai gangguan pendengaran apabila diketemukan pada anak:

  1. Di bawah usia tiga bulan: bayi tidak terkejut apabila dikagetkan dengan tepuk tangan dari belakang berulang-ulang
  2. Usia empat sampai enam bulan: bayi tidak menoleh apabila dipanggil
  3. Usia sembilan sampai sepuluh bulan: bayi tidak menoleh apabila namanya dipanggil, atau jika mendengar suara-suara yang familiar seperti bunyi telepon dsb.
  4. Usia sepuluh sampai lima belas bulan: jika anak tidak dapat menunjukkan gambar di buku gambar sesuai perintah orangtuanya, kemungkinan ia tidak bisa mendengar.

Kaitan antara gangguan bicara dan gangguan pendengaran pada anak

Pendengaran yang utuh pada beberapa tahun pertama kehidupan merupakan hal yang vital untuk perkembangan kemampuan berbicara dan berbahasa. Gangguan pendengaran pada awal perkembangan dapat menyebabkan keterlambatan bicara.

Sekitar 2-3 bayi per 1000 kelahiran hidup memiliki gangguan pendengaran. Gangguan pendengaran juga dapat terjadi pada anak yang memiliki pendengaran normal sewaktu masih bayi. Gangguan ini dapat menyerang salah satu atau kedua telinga, dapat bersifat ringan, sedang, berat, hingga ketulian.

Penyebab gangguan pendengaran ini antara lain:

  1. Riwayat gangguan pendengaran dalam keluarga
  2. Infeksi virus dan bakteri
  3. Berat lahir rendah
  4. Dismorfologi struktur pendengaran
  5. Benda asing pada telinga
  6. Tumor dan trauma
  7. Pajanan terhadap bahan kimia
  8. Gangguan pada sistem saraf, misalnya gangguan mielinisasi, dll

Tanda-tanda gangguan pendengaran pada anak adalah:

  1. Bayi baru lahir tidak terkejut ketika sebuah suara keras dibunyikan di dekatnya
  2. Bayi dengan usia lebih tua, yang seharusnya menunjukkan respons terhadap suara-suara familiar, tidak menunjukkan reaksi apapun
  3. Anak seharusnya menggunakan kata tunggal pada usia 15 bulan dan kalimat sederhana dengan dua kata pada usia 2 tahun. Jika anak tersebut tidak mencapai milestone ini, maka gangguan/kehilangan pendengaran dapat merupakan penyebabnya.

Beberapa anak tidak dapat didiagnosis hingga menginjak usia sekolah. Kekurangperhatian terhadap pelajaran serta kemampuan akademik yang rendah bisa jadi merupakan hasil dari gangguan pendengaran yang tidak terdiagnosa.

Gangguan pendengaran yang paling parah adalah kehilangan pendengaran. Kehilangan pendengaran dapat bersifat konduktif atau sensorineural. Kehilangan pendengaran kondukif umumnya disebabkan oleh otitis media (tympanitis) dengan efusi. Kehilangan pendengaran seperti ini biasanya bersifat hilang-timbul dan berkisar antara 15 sampai 20 dB. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak dengan kehilangan pendengaran konduktif yang dihubungkan dengan efusi cairan telinga selama tahun pertamanya memiliki risiko besar mengalami keterlambatan bicara. Kehilangan pendengaran konduktif juga dapat diasosiasikan dengan malformasi struktur telinga tengah dan atresia kanal auditorik eksternal.

Sedangkan kehilangan pendengaran sensorineural dapat disebabkan oleh infeksi intrauterin, kernikterus, obat yang bersifat ototoksik, meningitis bakterial, hipoksia, pendarahan intrakranial, sindrom (seperti Sindrom Pendred, Sindrom Waardenburg, Sindrom Usher), dan abnormalitas kromosomal. Kehilangan pendengaran sensorineural pada umumnya berefek lebih berat dibandingkan kehilangan pendengaran konduktif.

2. Anatomi fisiologi organ pendengaran / telinga (mekanisme pendengaran)

Telinga merupakan organ pendengaran yang memiliki reseptor khusus untuk mengenali bunyi dan untuk keseimbangan.Umumnya manusia memiliki sepasang daun telinga dengan beragam ukuran dan bentuk.Untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya, telinga memiliki anatomi fisiologi telinga yang terdiri atas tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam.Berikut penjelasannya.

berikut nama-nama bagian-bagian telinga:

Description: http://arispurnomo.com/wp-content/uploads/2010/06/earanatomy.jpg

1. Aurikel (daun telinga)

· Terdiri dari tulang rawan dan kulit

· Terdapat konkha, tragus, antitragus, helix, antihelix dan lobulus

· Fungsi utama aurikel adalah untuk menangkap gelombang suara dan mengarahkannya ke dalam MAE

2. Meatus Auditorius Eksternal (liang telinga luar)

· Panjang + 2, 5 cm, berbentuk huruf S

· 1/3 bagian luar terdiri dari tulang rawan, banyak terdapat kelenjar minyak dan kel. Serumen

· 2/3 bagian sisanya terdiri dari tulang ( temporal ) dan sedikit kelenjar serumen.

· Rambut halus dan serumen berfungsi untuk mencegah serangga kecil masuk.

· MAE ini juga berfungsi sebagai buffer terhadap perubahan kelembaban dan temperatur yang dapat mengganggu elastisitas membran tympani

3. Membrana Tympani

· Terdiri dari jaringan fibrosa elastis

· Bentuk bundar dan cekung dari luar

· Terdapat bagian yang disebut pars flaksida, pars tensa dan umbo. Reflek cahaya ke arah kiri jam tujuh dan jam lima ke kanan

· Dibagi 4 kwadran ; atas depan, atas belakang, bawah depan dan bawah belakang

· Berfungsi menerima getaran suara dan meneruskannya pada tulang pendengaran

4. Tulang-tulang Pendengaran

· Terdiri dari Maleus, Incus dan Stapes

· Merupaka tulang terkecil pada tubuh manusia.

· Brfungsi menurunkan amplitudo getaran yang diterima dari membran tympani dan meneruskannya kjendela oval

5. Cavum Tympani

· Merupakan ruangan yang berhubungan dengan tulang Mastoid, sehingga bila terjadi infeksi pada telinga tengah dapat menjalar menjadi mastoiditis

6. Tuba Eustachius

· Bermula dari ruang tympani ke arah bawah sampai nasofaring

· Struktur mukosanya merupakan kelanjutan dari mukosa nasofaring

· Tuba dapat tertutup pada kondisi peningkatan tekanan secara mendadak.

· Tuba ini terbuka saat menelan dan bersin

· Berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan udara di luar tubuh dengan di dalam telinga tengah

7. Koklea

· Skala vestibuli yang berhubungan dengan vestibular berisi perilymph.

· Skala tympani yang berakhir pada jendela bulat, berisi perilymph

· Skala media / duktus koklearis yang berisi endolymph

· Dasar skala vestibuli disebut membran basalis, dimana terdapat organ corti dan sel rambut sebagai organ pendengaran

8. Kanalis Semi Sirkularis

· Terdiri dari 3 duktus semiserkular, masing-masing berujung pada ampula.

· Pada ampula terdapat sel rambut, krista dan kupula

· Berkaitan dengan sistem keseimbangan tubuh dalam hal rotasi

9. Vestibula

· Terdiri dari sakulus dan utrikel yang mengandung makula

· Berkaitan dengan sistem keseimbangan tubuh dalam hal posisi.

Anatomi Telinga Luar

Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang telinga).Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata.Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga.Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut.

Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis.Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani.Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen.Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga.Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit.

Anatomi Telinga Tengah

Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal.

Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes.Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara.Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam.Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah.Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara.Jendela bulat ditutupi oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin.anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan.

Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe.Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan telingah ke nasofaring.Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan.Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer.

Anatomi Fisiologi Telinga Dalam

Telinga dalam terletak di dalam pars petrosus os temporale. Sangat rumitterdiri dari dua organ organ pendengaran dan organ keseimbangan.


Description: http://arispurnomo.com/wp-content/uploads/2010/06/Ear-Anatomy.gif

Labirin oseosa telinga dalam adalah rangkaian rongga yang saling berhubungan . Labirin membranosa adalah kantong tertutup di dalam labirin oseosa dan kurang lebih memiliki bentuk yang sama. Perilimf adalah cairan jernih yang menempati ruang diantara labirin oseosa dan membranosa.Endolimf adalah cairan yang terdapat di dalam labirin membranosa. Vestibulum adalah ruangan kecil yang berhubungan pada sisi anterior denga koklea, pada sisi lateral dengan telinga tengah melalui dua lubang (i) lubang oval yang ditutupi oleh bagian kaki stapes , (ii) lubang bulat yang ditutupi oleh membrane pada sisi posterior , dengan kanalis semisirkularis.

Koklea melengkung seperti cangkang siput.Berongga, dengan canal koklearis melengkung disekitar pilar sentral.Bagian dalam tulang koklea, tabung membranosa berjalan dari clasar apeks dan kearah bawah kembali.Tabung yang mengarah keatas dimulai dari fenestra rotundum dan disebut skala vestibule.Tabung yang mengarah ke bawah disebut skala tympani dan berakhir pada fenestra rotundum. Skala media adalah tabung yang berisi endolimf yang terletak diantara kedua skala lain. Organ Corti adalah struktur yang rumit yang berjalan secara spiral ke arah atas pada koklea, sepanjang perjalanannya disokong oleh pilar sentralis yang melekat pada membrane basalis.Sel-sel rambut organ Corti berjumlah sekitar 15.000, menonjol dari membrana basalis ke dalam skala media.

Kanalis semisirkularis tersusun saling menyudut kearah kanan. Susunan ini adalah ; kanalis superior, kanalis lateralis, kanalis posterior. Kanalis ini mengandung endolimf dan membuka ke dalam dinding posterior vestibulum. Ujung saraf nerves kranialis ke delapan cabang vestibularis dihubungkan dengan sel-sel rambut yang menonjol ke dalam endolimf.
Sakulus dan utrikulus adalah bagian dari vestibulum membranosa. Struktur tersebut mengandung sel-sel dengan rambut yang melekat ke dalam zat seperti jell yang mengandung sejumlah otot, kristal kecil kalsium karbonat.

Nervus Kranialis Ke Delapan (Auditorius)

Nervus ini adalah saraf telinga dalam. Terdiri dari ; pars koklearis yang memiliki serat dimulai disekitar sel-sel rambut koklea dan mentranmisikan impels pendengaran. Pars vestibularis memiliki serat yang dimulai di dalam sel-sel canalis semisirkularis dan vestibulum mentransmisikan sensasi keseimbangan.

Pendengaran

Mendengar adalah kemampuan untuk mendeteksi tekanan vibrasi udara tertentu dan menginterpretasikannya sebagai bunyi. Telinga mengkonversi energi gelombang tekanan menjadi impuls syaraf, dan korteks serebri mengkonversi impuls ini menjadi bunyi .
Bunyi memiliki frekuensi, amplitude dan bentuk gelombang.Frekuensi gelombang bunyi adalah kecepatan osilasi gelombang udara per unit waktu.Telinga manusia dapat menangkap frekuensi yang bervariasi dari sekitar 20 sampai 16.000 Hertz (Hz).Satu hertz adalah satu siklus per detik.

Bunyii berfrekuensi rendah mempunyai nada rendah . Bunyi berfrekuensi tinggi mempunyai nada tinggi.Suara manusia berkisar dari sekitar 65 Hz sampai sedikit diatas 1000 Hz. Mekanisme frekuensi manusia paling sensitive terhadap suara dengan frekuensi sekitar 1000 Hz.

Amplitudo adalah ukuran energi atau intensitas fluktuasi tekanan.Gelombang bunyi dengan amplitude yang berbeda diinterpretasikan sebagai perbedaan dalam kekerasan.Ukuran bunyi dalam decibel (dB); bunyi bisikan sekitar 20 dB.Percakapan tenang sekitar 50 dB.Pabrik yang bising sekitar 100 dB.Bunyi di atas 120 dB menyebabkan nyeri dan pemaparan dalam jangka panjang dapat merusak telinga dan menyebabkan ketulian.

Tranmisi Bunyi Dalam Telinga Luar

Gelombang bunyi ditangkap oleh daun telinga dan ditransmisikan ke dalam meatus auditorius eksternus.

Membrana Tympani

Gelombang bunyi menyebabkan vibrasi membrane timpani.Sifat membrane adalah elastic yang tidak memiliki frekuensi alaminya sendiri tetapi mengambil karakteristik vibrasi yang terjadi.Membrana timpani dapat dengan mudah bergetar karena tekanan pada kedua sisinya bersifat atmosferik. Ujung faring tuba eustachius terbuka saat menelan, bersin, dan menguap, dan dengan demikian bila tuba paten,telinga tengah terns terisi dengan udara tekanan atmosfer. Membrana timpani ticlak akan bergetar dengan balk bila tuba tersumbat dan tekanan kedua sisi ticlak sama. Amplitude getaran membrane proporsional dengan intensitas bunyi.Membran sangat teredam, yaitu berhenti bergetar segera setelah bunyi berhenti.

Osikel

Getaran membrane timpani ditangkapp oleh malleus, yang melekat pada permukaan dalamnya dan ditransmisikan melalui incus ke stapes.Bagian kaki stapes menstransmisikan vibrasi melalui fenestrum ovale yang melekat padanya. Daerah membrane timpani 15 – 20 kali lebih besar dari pada fenestrum ovale, dan gaya vibrasi pada fenestrum lebih besar dad pada gaya pada membrane timpani, walaupun terjadi sedikit kehilangan energi akibat inersia osikel.
Muskulus stapedius dan tensor timpani berkontraksi secara reflektorik sebagai respons terhadap bunyi yang keras , dan dengan berkontraksi menarik osikel, membuat system osikular lebih kaku dan dengan demikian melinclungi telinga dalam.

Koklea

Vibrasi fenestrum ovale menyebabkan gelombang tekanan dalam perilimf telinga dalam.Gelombang berjalan ke atas pada perilimf dalam skala vestibule dan ke bawah pada perilimf di dalam skala timpani.Ketika gelombang mencapai fenestrum rotundum pada bagian dasar, membrane menutup fenestrum tersebut menyebabkan pembonjolan kecil di dalam telinga tengah.Bila tidak terjadi gelombang tidak dapat melewati koklea.

Organ Corti

Bagaimana organ Corti berespon terhadap vibrasi belum diketahui dengan pasti. Gerakan membrane basalis, dihasilkan oleh gelombang yang berjalan naik turun didalam koklea, tampaknya menarik sel-selrambut dan mengeksitasinya sehingga mentransmisikan impels ke dalam saraf nervus kokhlearis yang terletak disekitar dasar sel rambut.
Menurut teori “gelombang berjalan”, gelombang yang dihasilkan oleh bunyi berfrekuensi tinggi hanya berjalan sedikit di dalam koklea sebelum teredam, dan bunyi berfrekuensi rendah berjalan sampai ke apeks koklea.Pembedaan oleh telinga antara suara dengan berfrekuensi yang berbecla agaknya diakibatkan oleh pola getaran yang berbecla yang dihasilkan membrane basalis oleh berfrekuensi yang berbeda.

Description: http://arispurnomo.com/wp-content/uploads/2010/06/eardrum-repair-normal-anatomy-picture.jpg

Hubungan Sentral

Nerves auditorius pars koklearis menstranmisikan sensasi pada otak. Tempat sensasi tersebut diinterpretasikan di dalam pars auditorius Globus temporalis. Setiap telinga memiliki hubungan dengan kedua Globus temporalis, dan terutama dengan sisi yang berlawanan.. Gambaran KlinisKetulian dapat diakibatkan olehSerumen dalam meatus auditorius eksternusOtitis mediaOtosklerosis , keadaan dimana terjadi pembentukan tulang baru di sekitar bagian kaki stapes yang mencegah pergerakannya.Cedera pada membrane timpani.Cedera, penyakit atau degenerasi nervus auditorius. Tinitus adalah bunyi berdering, berdengung, berdesis atau pulsating di dalam telinga.Tinitus merupakan gejala dari semua keadaan abnormal dalam telinga.

Keseimbangan

Kanalis semisirkularis, sakulus dan utrikulus berperan dalam keseimbangan dan posisi kepala pada bahu. Kanalis semisirkularis berperan pada gerakan kepala pada waktu berputar . Gerakan ini menghasilkan gerakan pada endolimf dalam kanalis semisirkularis ,yang merangsang sel-sel rambut . Otolit sakulus dan utdkulus; bergerak oleh perubahan posisi kepala dan dengan demikian mencetuskan gerakan sel rambut di daerah tersebut.
Rangsangan ditransmisikan sepanjang serat saraf nervus kranialis kedelapan ( auditorius) pars vestibularis ke otak tengah , medulla oblongata, serebelum , dan medulla spinalis. Rangsangan ini memulai perubahan refleks pada otot-otot leher , mata, badan, dan ekstremitas untuk mempertahankan keseimbangan dan postur dan mata dapat difiksasi pada objek yang bergerak.

Gambaran KlinisPusing (vertigo) adalah kelainan atau penyakit pada organ keseimbangan. Pada penyakit Meniere, peningkatan tekanan edolimfatik menyebabkan serangan berat vertigo, swing dihubungkan dengan mual dan muntah dan kadang-kadang dengan ketulian dan tinnitus. Infeksi labirin, fraktur pars petrosus os temporale, ateroma arteria vertebralis menyebabkan reduksi suplai darah menuju telinga dalam, dan pertumbuhan bare akan menyebabkan vertigo. Serumen dalam meatus auditorius eksternus menekan membrane timpani dan menyumbat tuba faringotimpanikus dapat menyebabkan ketulian dengan.Mabuk perjalanan ( mobil, kereta api, pesawat, mabuk laut) diakibatkan oleh gangguan labirinitin akibat gerakan berulang endolimf, sexing disertai dengan factor emosi yang kuat sehingga orang yang rentan dapat sakit atau mengalami vertigo akibat antisipasi gerakan. Berbagai obat-obatan dapat mencegah mabuk perjalanan, tetapi bagaimana mereka bekerja belum diketahui.Beberapa obet terutama Streptomisin dapat menyebabkan degenerasi labirin.

Anatomi Labirin

Vestibulum yang terdapat di dalam labirin, telinga bagian dalam, mempunyai andil 55% dalam patofisiologi alat keseimbangan tubuh (AKT).Ada dua jenis organ (reseptor) sensoris di dalam labirin, yaitu pendengaran dan keseimbangan yang merupakan sel berambut (hair cells).Kedua jenis sel ini terbenam di dalam cairan endolimf, sehingga bila ada aliran / gelombang endolimf akibat rangsangan bunyi (pendengaran) atau gerakan (keseimbangan), rambut sel menekuk kearah tertentu dan mengubah transmisi impuls sensoris.

Organ untuk pendengaran ini disebut organ corti, sedangkan untuk keseimbangan disebut organ vestibulum.Vestibulum dibedakan atas crista dan macula yang masing-masing sensitive terhadap rangsangan gerakan sirkuler dan linier. Gambar 3 berikut akan mengigatkan kembali pada peran labirin.

Fisiologi

Informasi yang berguna untuk alat keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh respetor vestibuler visual dan propioseptik. Dan ketiga jenis reseptor tersebut, reseptor vestibuler yang punya kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50% disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil konstibusinya adalah propioseptik.

Arus informasi berlangusng intensif bila ada gerakan atau perubahan gerakan dari kepala atau tubuh, akibat gerakan ini menimbulkan perpindahan cairan endolimfe di labirin dan selanjutnya bulu (cilia) dari sel rambut ( hair cells) akan menekuk. Tekukan bulu menyebabkan permeabilitas membran sel berubah sehingga ion Kalsium menerobos masuk kedalam sel (influx). Influx Ca akan menyebabkan terjadinya depolarisasi dan juga merangsang pelepasan NT eksitator (dalam hal ini glutamat) yang selanjutnya akan meneruskan impul sensoris ini lewat saraf aferen (vestibularis) ke pusat-pusat alat keseimbangan tubuh di otak .

Description: http://arispurnomo.com/wp-content/uploads/2010/06/2191_ear_anatomy_450.jpg

Pusat Integrasi alat keseimbangan tubuh pertama diduga di inti vertibularis menerima impuls aferen dari propioseptik, visual dan vestibuler.Serebellum selain merupakan pusat integrasi kedua juga diduga merupakan pusat komparasi informasi yang sedang berlangsung dengan informasi gerakan yang sudah lewat, oleh karena memori gerakan yang pernah dialami masa lalu diduga tersimpan di vestibuloserebeli.Selain serebellum, informasi tentang gerakan juga tersimpan di pusat memori prefrontal korteks serebri.

Mekanisme Pendengaran

1. air condaction

Gelombang suara dikumpulkan oleh telinga luar “kemudian” disalurkan ke lubang telinga “kemudian” menuju gendang telinga “kemudian” gendang telinga bergetar untuk merespon gelombang suara yang menghantamnya “kemudian” getaran ini mengakibatkan 3 tulang pendengaran( malleus, stapes, incus ) yang sering disebut osikuli di telinga tengah begerak “kemudian” secara mekanis getaran dari gendang telinga akan disalurkan menuju cairan yang ada di koklea “kemudian” getaran yang sampai ke koklea akan menghasilkan gelombang “kemudian” rambut sel di koklea bergerak “kemudian” gerakan ini merubah energy mekanik menjadi energy elektrik ke saraf pendengaran (auditory nerve, saraf VIII ( saraf akustikus )) “kemudian” menuju ke pusat pendengaran di otak bagian lobus temporal “kemudian” menerjemahkan energy jadi suara yang dapat dikenal di otak “kemudian” hearing occurs.

2. bone condaction

· berjalan melalui penghantar tulang “kemudian” getaran sumber suara “kemudian” menggetarkan tulang kepala “kemudian” menggetarkan perylimph pada skala vestibuli “kemudian” skala tympani “kemudian” penghantaran udara

· penghantaran melalui tulang dapat dilakukan dengan percobaaan rine, sedangkan penghantaran bunyi melalui tulang kemudian dilan-jutkan melalui udara dapat dilakukan dengan percobaan weber

· kecepatan penghantaran suara terbatas, makin tambah usia makin berkurang daya tangkap suara atau bunyi yang dinyatakan antara 30 – 20.000 siklus/detik

3. Pengertian otitismedis dan mastoiditis

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.Gangguan telinga yang paling sering adalah infeksi eksterna dan media.Sering terjadi pada anak-anak dan juga pada orang dewasa (Soepardi, 1998).

Description: C:\Documents and Settings\Els@_Wake\Bluetooth Software\My Documents\Sisitem Persepsi dan Sensori\Otitis Media & Mastoiditis\Gambar\0.jpg

Otitis media serosa / efusi adalah keadaan terdapatnya cairan di dalam telinga tengah tanpa adanya tanda dan gejala infeksi aktif. Secara teori, cairan ini sebagai akibat tekanan negative dalam telinga tengah yang disebabkan oleh obstruksi tuba eustachii.

Otitis media kronik sendiri adalah kondisi yang berhubungan dengan patologi jaringan irreversible dan biasanya disebabkan oleh episode berulang otitis media akut yang tak tertangani.Sering berhubungan dengan perforasi menetap membrane timpani.

· Etiologi

1. Bakteri

Bakteri piogenik merupakan penyebab OMA yang tersering. Menurut penelitian, 65-75% kasus OMA dapat ditentukan jenis bakteri piogeniknya melalui isolasi bakteri terhadap kultur cairan atau efusi telinga tengah. Kasus lain tergolong sebagai non-patogenik karena tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Tiga jenis bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumoniae (40%), diikuti oleh Haemophilus influenzae (25-30%) dan Moraxella catarhalis (10-15%). Kira-kira 5% kasus dijumpai patogen-patogen yang lain seperti Streptococcus pyogenes (group A beta-hemolytic), Staphylococcus aureus, dan organisme gram negatif. Staphylococcus aureus dan organisme gram negatif banyak ditemukan pada anak dan neonatus yang menjalani rawat inap di rumah sakit.Haemophilus influenzae sering dijumpai pada anak balita. Jenis mikroorganisme yang dijumpai pada orang dewasa juga sama dengan yang dijumpai pada anak-anak (Kerschner, 2007).

2. Virus

Virus juga merupakan penyebab OMA. Virus dapat dijumpai tersendiri atau bersamaan dengan bakteri patogenik yang lain. Virus yang paling sering dijumpai pada anak-anak, yaitu respiratory syncytial virus (RSV), influenza virus, atau adenovirus (sebanyak 30-40%).Kira-kira 10-15% dijumpai parainfluenza virus, rhinovirus atau enterovirus. Virus akan membawa dampak buruk terhadap fungsi tuba Eustachius, menganggu fungsi imun lokal, meningkatkan adhesi bakteri, menurunkan efisiensi obat antimikroba dengan menganggu mekanisme farmakokinetiknya (Kerschner, 2007). Dengan menggunakan teknik polymerase chain reaction (PCR) dan virus specific enzyme-linked immunoabsorbent assay (ELISA), virus-virus dapat diisolasi dari cairan telinga tengah pada anak yang menderita OMA pada 75% kasus (Buchman, 2003).

· PENILAIAN OMA

Penilaian klinik OMA digunakan untuk menentukan berat atau ringannya suatu penyakit.Penilaian berdasarkan pada pengukuran temperatur, keluhan orang tua pasien tentang anak yang gelisah dan menarik telinga atau tugging, serta membran timpani yang kemerahan dan membengkak atau bulging. Menurut Dagan (2003) dalam Titisari (2005), skor OMA adalah seperti berikut:

Skor

Suhu (°C)

Gelisah

Tarik telinga

Kemerahan pada membran timpani

Bengkak pada membran timpani (bulging)

0

<38,0

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

1

38,0- 38,5

Ringan

Ringan

Ringan

Ringan

2

38,6- 39,0

Sedang

Sedang

Sedang

Sedang

3

>39,0

Berat

Berat

Berat

Berat, termasuk otore

· Tanda Dan Gejala

· Gejala-gejala yang sering dihubungkan dengan infeksi-infeksi telinga termasuk:

· Nyeri/sakit telinga

· Gatal atau ketidaknyamanan lain dalam telinga atau saluran telinga

· Kulit yang memerah dan bengkak pada telinga luar atau saluran telinga

· Pengaliran dari telinga

· Kehilangan pendengaran (umumnya sementara)

· Tinnitus atau telinga berdengung

· Demam

· Menggigil

· Iritasi

· Nafsu makan berkurang

· Kepeningan (Pusing)

· Mual dan muntah

· Diare

Stadium OMA

OMA dalam perjalanan penyakitnya dibagi menjadi lima stadium, bergantung pada perubahan pada mukosa telinga tengah, yaitu stadium oklusi tuba Eustachius, stadium hiperemis atau stadium pre-supurasi, stadium supurasi, stadium perforasi dan stadium resolusi (Djaafar, 2007).

1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius

Pada stadium ini, terdapat sumbatan tuba Eustachius yang ditandai oleh retraksi membran timpani akibat terjadinya tekanan intratimpani negatif di dalam telinga tengah, dengan adanya absorpsi udara.Retraksi membran timpani terjadi dan posisi malleus menjadi lebih horizontal, refleks cahaya juga berkurang. Edema yang terjadi pada tuba

Eustachius juga menyebabkannya tersumbat.Selain retraksi, membran timpani kadang-kadang tetap normal dan tidak ada kelainan, atau hanya berwarna keruh pucat.Efusi mungkin telah terjadi tetapi tidak dapat dideteksi.Stadium ini sulit dibedakan dengan tanda dari otitis media serosa yang disebabkan oleh virus dan alergi.Tidak terjadi demam pada stadium ini (Djaafar, 2007; Dhingra, 2007).

2. Stadium Hiperemis atau Stadium Pre-supurasi

Pada stadium ini, terjadi pelebaran pembuluh darah di membran timpani, yang ditandai oleh membran timpani mengalami hiperemis, edema mukosa dan adanya sekret eksudat serosa yang sulit terlihat.Hiperemis disebabkan oleh oklusi tuba yang berpanjangan sehingga terjadinya invasi oleh mikroorganisme piogenik. Proses inflamasi berlaku di telinga tengah dan membran timpani menjadi kongesti. Stadium ini merupakan tanda infeksi bakteri yang menyebabkan pasien mengeluhkan otalgia, telinga rasa penuh dan demam. Pendengaran mungkin masih normal atau terjadi gangguan ringan, tergantung dari cepatnya proses hiperemis. Hal ini terjadi karena terdapat tekanan udara yang meningkat di kavum timpani. Gejala-gejala berkisar antara dua belas jam sampai dengan satu hari (Djaafar, 2007; Dhingra, 2007).

3. Stadium Supurasi

Stadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen atau bernanah di telinga tengah dan juga di sel-sel mastoid.Selain itu edema pada mukosa telinga tengah menjadi makin hebat dan sel epitel superfisial terhancur. Terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani menyebabkan membran timpani menonjol atau bulging ke arah liang telinga luar.

Pada keadaan ini, pasien akan tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Pasien selalu gelisah dan tidak dapat tidur nyenyak.Dapat disertai dengan gangguan pendengaran konduktif.Pada bayi demam tinggi dapat disertai muntah dan kejang.

Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan iskemia membran timpani, akibat timbulnya nekrosis mukosa dan submukosa membran timpani. Terjadi penumpukan nanah yang terus berlangsung di kavum timpani dan akibat tromboflebitis vena-vena kecil, sehingga tekanan kapiler membran timpani meningkat, lalu menimbulkan nekrosis.Daerah nekrosis terasa lebih lembek dan berwarna kekuningan atau yellow spot.

Keadaan stadium supurasi dapat ditangani dengan melakukan miringotomi. Bedah kecil ini kita lakukan dengan menjalankan insisi pada membran timpani sehingga nanah akan keluar dari telinga tengah menuju liang telinga luar. Luka insisi pada membran timpani akan menutup kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur, lubang tempat perforasi lebih sulit menutup kembali. Membran timpani mungkin tidak menutup kembali jikanya tidak utuh lagi (Djaafar, 2007; Dhingra, 2007).

4. Stadium Perforasi

Stadium perforasi

ditandai oleh ruptur membran timpani sehingga sekret berupa nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar. Kadang-kadang pengeluaran sekret bersifat pulsasi (berdenyut).Stadium ini sering disebabkan oleh terlambatnya pemberian antibiotik dan tingginya virulensi kuman, Setelah nanah keluar, anak berubah menjadi lebih tenang, suhu tubuh menurun dan dapat tertidur nyenyak.

Jika mebran timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret atau nanah tetap berlangsung melebihi tiga minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut.Jika kedua keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih satu setengah sampai dengan dua bulan, maka keadaan itu disebut otitis media supuratif kronik (Djaafar, 2007; Dhingra, 2007).

5. Stadium Resolusi

Keadaan ini merupakan stadium akhir OMA yang diawali dengan berkurangnya dan berhentinya otore. Stadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal hingga perforasi membran timpani menutup kembali dan sekret purulen akan berkurang dan akhirnya kering. Pendengaran kembali normal.Stadium ini berlangsung walaupun tanpa pengobatan, jika membran timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi kuman rendah.

Apabila stadium resolusi gagal terjadi, maka akan berlanjut menjadi otitis media supuratif kronik. Kegagalan stadium ini berupa perforasi membran timpani menetap, dengan sekret yang keluar secara terus-menerus atau hilang timbul.

Otitis media supuratif akut dapat menimbulkan gejala sisa berupa otitis media serosa.Otitis media serosa terjadi jika sekret menetap di kavum timpani tanpa mengalami perforasi membran timpani (Djaafar, 2007; Dhingra, 2007).

5. Patofisiologi otitis media

Pada gangguan ini biasanya terjadi disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang diakibatkan oleh infeksi saluran nafas atas, sehingga timbul tekanan negative di telinga tengah. Sebaliknya, terdapat gangguan drainase cairan telinga tengah dan kemungkinan refluks sekresi esophagus ke daerah ini yang secara normal bersifat steril.Cara masuk bakteri pada kebanyakan pasien kemungkinan melalui tuba eustachii akibat kontaminasi secret dalam nasofaring.Bakteri juga dapat masuk telinga tengah bila ada perforasi membran tymphani.Eksudat purulen biasanya ada dalam telinga tengah dan mengakibatkan kehilangan pendengaran konduktif.

Penyebab utama otitis media akut adalah masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah yang normalnya adalah steril. Paling sering terjadi bila terdapat disfungsi tuba eustachii seperti obstruksi yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, inflamasi jaringan disekitarnya (eg : sinusitis, hipertrofi adenoid) atau reaksi alergik ( eg : rhinitis alergika). Bakteri yang umum ditemukan sebagai organisme penyebab adalah Streptococcus peneumoniae, Hemophylus influenzae, Streptococcus pyogenes, dan Moraxella catarrhalis.

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachiuss

Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah.Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.

Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas.Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus).

Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri.1 Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang telinga karena tekanannya.

Mastoiditis

Pengertian

Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang temporal. Biasanya timbul pada anak-anak atau orang dewasa yang sebelumnya telah menderita infeksi akut pada telinga tengah.Gejala-gejala awal yang timbul adalah gejala-gejala peradangan pada telinga tengah, seperti demam, nyeri pada telinga, hilangnya sensasi pendengaran, bahkan kadang timbul suara berdenging pada satu sisi telinga (dapat juga pada sisi telinga yang lainnya).

Description: http://www.klikdokter.com/userfiles/mastoiditis.JPG

Etiologi

Menurut George (1997: 106) etiologi mastoiditis antara lain:

1. Klien imunosupresi atau orang yang menelantarkan otitis media akut yang dideritanya

2. Berkaitan dengan virulensi dari organisme penyebab otitis media akut yaitu streptococcus pnemonieae.

Bakteri lain yang sering ditemukan adalah adalah branhamella catarrhalis, streptococcus group-Adan staphylococcus aureus

Gejala

Dari keluhan penyakit didapatkan keluarnya cairan dari dalam telinga yang selama lebih dari tiga minggu, hal ini menandakan bahwa pada infeksi telinga tengah sudah melibatkan organ mastoid.Gejala demam biasanya hilang dan timbul, hal ini disebabkan infeksi telinga tengah sebelumnya dan pemberian antibiotik pada awal-awal perjalanan penyakit. Jika demam tetap dirasakan setelah pemberian antibiotik maka kecurigaan pada infeksi mastoid lebih besar. Rasa nyeri biasanya dirasakan dibagian belakang telinga dan dirasakan lebih parah pada malam hari, tetapi hal ini sulit didapatkan pada pasien-pasien yang masih bayi dan belum dapat berkomunikasi.Hilangnya pendengaran dapat timbul atau tidak bergantung pada besarnya kompleks mastoid akibat infeksi.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan

  • Kemerahan pada kompleks mastoid
  • Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir (warna bergantung dari bakteri)
  • Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan)
  • Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah)
  • Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ lainnya.
  • Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnnya.
  • Kulit yang melapisi prosesus mastoideus menjadi merah, membengkak dan nyeri bila ditekan. Daun telinga terdorong ke samping dan ke bawah.
  • Gejala lainnya adalah demam, nyeri di sekitar dan di dalam telinga serta keluarnya cairan kental dari telinga. Nyeri cenderung menetap dan berdenyut. Pembengkakan di belakang telinga, dapat menyebabkan telinga untuk tetap keluar.

Patofisiologi mastoiditis

Mastoiditis adalah hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah, bakteri yang didapat pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang didapat pada infeksi telinga tengah. Bakteri gram negative danstreptococcus aureus adalah beberapa bakteri yang paling sering didapatkan pada infeksi ini.Seperti telah disebutkan diatas, bahwa keadaan-keadaan yang menyebabkan penurunan dari system imunologi dari seseorang juga dapat menjadi faktor predisposisi mastoiditis.Pada beberapa penelitian terakhir, hampir sebagian dari anak-anak yang menderita mastoiditis, tidak memiliki penyakit infeksi telinga tengah sebelumnya.Bakteri yang berperan pada penderita anak-anak ini adalah S. Pnemonieae.

Seperti semua penyakit infeksi, beberapa hal yang mempengaruhi berat dan ringannya penyakit adalah faktor tubuh penderita dan faktor dari bakteri itu sendiri. Dapat dilihat dari angka kejadian anak-anak yang biasanya berumur di bawah dua tahun, pada usia inilah imunitas belum baik. Beberapa faktor lainnya seperti bentuk tulang, dan jarak antar organ juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Faktor-faktor dari bakteri sendiri adalah, lapisan pelindung pada dinding bakteri, pertahanan terhadap antibiotic dan kekuatan penetrasi bakteri terhadap jaringan keras dan lunak dapat berperan pada berat dan ringannya penyakit.

  • Dari keluhan penyakit didapatkan keluarnya cairan dari dalam telinga yang selama lebih dari tiga minggu, hal ini menandakan bahwa pada infeksi telinga tengah sudah melibatkan organ mastoid. Gejala demam biasanya hilang dan timbul, hal ini disebabkan infeksi telinga tengah sebelumnya dan pemberian antibiotik pada awal-awal perjalanan penyakit. Jika demam tetap dirasakan setelah pemberian antibiotik maka kecurigaan pada infeksi mastoid lebih besar. Rasa nyeri biasanya dirasakan dibagian belakang telinga dan dirasakan lebih parah pada malam hari, tetapi hal ini sulit didapatkan pada pasien-pasien yang masih bayi dan belum dapat berkomunikasi. Hilangnya pendengaran dapat timbul atau tidak bergantung pada besarnya kompleks mastoid akibat infeksi.

6. Diet

Diet yang diperlukan dengan pasien yang OM dan mastoiditis harus dengan angka nutrisi dan protein yang cukup atau dengan TKTP. Apalagi dengan anak yang masih dengan usia 6 tahun. Perlu diber makanan tambahan seperti buah-buahan dan sayuran.

7. Farmakologi

Emberian antibiotika tidak lebih dari 1 minggu dan harus disertai pembersihan sekret profus.Bila terjadi kegagalan pengobatan, perlu diperhatikan faktor penyebab kegagalan yang ada pada penderita tersebut.Antimikroba dapat dibagi menjadi 2 golongan.Golongan pertama daya bunuhnya tergantung kadarnya. Makin tinggi kadar obat, makin banyak kuman terbunuh, misalnya golongan aminoglikosida dengan kuinolon. Golongan kedua adalah antimikroba yang pada konsentrasi tertentu daya bunuhnya paling baik.Peninggian dosis tidak menambah daya bunuh antimikroba golongan ini, misalnya golongan beta laktam.

Terapi antibiotik sistemik yang dianjurkan pada Otitis media kronik adalah2,3. Pseudomonas Aminoglikosida ± karbenisilin

P. mirabilis Ampisilin atau sefalosforin

P. morganii, P. vulgaris Aminoglikosida ± Karbenisilin

Klebsiella Sefalosforin atau aminoglikosida

E. coli Ampisilin atau sefalosforin

S. Aureus Anti-stafilikokus penisilin, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida

Streptokokus Penisilin, sefalosforin, eritromisin, aminoglikosida

B. fragilis Klindamisin

Antibiotika golongan kuinolon (siprofloksasin, dan ofloksasin) yaitu dapat derivat asam nalidiksat yang mempunyai aktifitas anti pseudomonas dan dapat diberikan peroral.Tetapi tidak dianjurkan untuk anak dengan umur dibawah 16 tahun. Golongan sefalosforin generasi III ( sefotaksim, seftazidinm dan seftriakson) juga aktif terhadap pseudomonas, tetapi harus diberikan secara parenteral. Terapi ini sangat baik untuk OMA sedangkan untuk OMSK belum pasti cukup, meskipun dapat mengatasi OMSK.Metronidazol mempunyai efek bakterisid untuk kuman anaerob. Menurut Browsing dkk metronidazol dapat diberikan dengan dan tanpa antibiotik ( sefaleksin dan kotrimoksasol) pada OMSK aktif, dosis 400 mg per 8 jam selama 2 minggu atau 200 mg per 8 jam selama 2-4 minggu1,2,6. Analgesia/pereda nyeri.Penanganan OMA selayaknya disertai penghilang nyeri (analgesia).Analgesia yang umumnya digunakan adalah analgesia sederhana seperti paracetamol atau ibuprofen.Namun perlu diperhatikan bahwa pada penggunaan ibuprofen, harus dipastikan bahwa anak tidak mengalami gangguan pencernaan seperti muntah atau diare karena ibuprofen dapat memperparah iritasi saluran cerna.Pemberian obat-obatan lain seperti antihistamin (antialergi) atau dekongestan tidak memberikan manfaat bagi anak.

* Myringotomy (myringotomy: melubangi gendang telinga untuk mengeluarkan cairan yang menumpuk di belakangnya) juga hanya dilakukan pada kasus-kasus khusus di mana terjadi gejala yang sangat berat atau ada komplikasi.

* Cairan yang keluar harus dikultur. Pemberian antibiotik sebagai profilaksis untuk mencegah berulangnya OMA tidak memiliki bukti yang cukup.

8. Penatalaksanaan

Penatalaksaan pada Otitis media dan Mastoidits

O M

A. Pemeriksaan Diagnostik

1.Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar

2.Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane timpani

3.Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani).

  1. Penatalaksanaan Medis

Hasil penatalaksanaan otitis media bergantung pada efektifitas terapi ( e.g : dosis antibiotika oral yang diresepkan dan durasi terapi ), virulensi bakteri, dan status fisik klien

Antibiotik dapat digunakan untuk otitis media akut. Pilihan pertama adalah Amoksisilin; pilihan kedua – digunakan bila diperkirakan organismenya resisten terhadap amoksisilin – adalah amoksisilin dengan klavulanat (Augmentin ; sefalosporin generasi kedua), atau trimetoprin sulfametoksazol. Pada klien yang alergi penisilin, dapat diberikan eritronmisin dan sulfonamide atau trimetoprim – sulfa.

Untuk otitis media serosa ( otitis media dengan efusi ), terapi yang umum dilakukan adalah menunggu. Keadaan ini umumnya sembuh sendiri dalam 2 bulan.

Untuk otitis media serosa yang persisten, dianjurkan untuk melakukan miringotomi.Miringotomi adalah prosedur bedah dengan memasukkan selang penyeimbang tekanan ke dalam membrane timpani.Hal ini memungkinkan ventilasi dari telinga tengah, mengurangi tekanan negative dan memungkinkan drainase cairan.Selang itu umumnya lepas sendiri setelah 6 sampai 12 bulan.Kemungkinan komplikasinya adala atrofi membrane timpani, timpanosklerosis (parut pada membrane timpani), perforasi kronik, dan kolesteatoma.

Mastoiditis

C. Tatalaksana

Pengobatan dengan obat-obatan seperti antibiotik, anti nyeri, anti peradangan dan lain-lainnya adalah lini pertama dalam pengobatan mastoiditis. Tetapi pemilihan anti bakteri harus tepat sesuai dengan hasil test kultur dan hasil resistensi. Pengobatan yang lebih invasif adalah pembedahan pada mastoid.Bedah yang dilakukan berupa bedah terbuka, hal ini dilakukan jika dengan pengobatan tidak dapat membantu mengembalikan ke fungsi yang normal.

  1. Pemeriksaan diagnostik

1. Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar

2.Timpanogram untuk mengukur keseuaian dan kekakuan membrane timpani

3.Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis (Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani).

Ketrampilan – ketrampilan:

9. PF system pendengaran

Tujuan
Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga dan fungsi pendengaran.

Persiapan alat
1. Arloji berjarum jam detik
2. Garpu talla
3. Spekulum telinga
4. Lampu kepala

Prosedur pelaksanaan
Inspeksi dan palpasi telinga luar :
1. Bantu klien dalam posisi duduk jika memungkinkan
2. Posisi pemeriksa menghadap ke sisi telinga yang dikaji
3. Atur pencahayaan dengan menggunakan auroskop, lampu kepala atau sumber cahaya lain sehingga tangan pemeriksa bebas bekerja
4. Inspeksi telinga luar terhadap posisi, warna, ukuran, bentuk, hygiene, adanya lesi/ massa dan kesimetrisan.
5. Lakukan palpasi dengan memegang telinga menggunakan jari telunjuk dan jempol.
6. Palpasi kartilago telinga luar secara simetris, yaitu dari jaringan lunak ke jaringan keras dan catat jika ada nyeri
7. Lakukan penekanan pada area tragus ke dalam dan tulang telinga di bawah daun telinga.
8. Bandingkan telinga kiri dan kanan.
9. Inspeksi lubang pendengaran eksternal dengan cara berikut:
- Pada orang dewasa, pegang daun telinga/ heliks dan perlahan-lahan tarik daun telinga ke atas dan ke belakang sehingga lurus dan menjadi mudah diamatai.
- Pada anak-anak, tarik daun telinga ke bawah.
10. Periksa adanya peradangan, perdarahan atau kotoran/ serumen pada lubang telinga.



Pemeriksaan pendengaran
Menggunakan bisikan
1. Atur posisi klien membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6 m.
2. Instruksikan klien untuk menutup salah satu telinga yang tidak diperiksa
3. Bisikkan suatu bilangan, misal ”tujuh enam”
4. Minta klien untuk mengulangi bilangan yang didengar
5. Periksa telinga lainnya dengan cara yang sama
6. Bandingkan kemampuan mendengar telinga kanan dan kiri klien.

Menggunakan arloji
1. Ciptakan suasana ruangan yang tenang
2. Pegang arloji dan dekatkan ke telinga klien
3. Minta klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia mendengar detak arloji
4. Pindahkan posisi arloji perlahan-lahan menjauhi telinga dan minta klien untuk memberitahu pemeriksa jika ia tidak mendengar detak arloji. Normalnya klien masih mendengar sampai jarak 30 cm dari telinga.

Menggunakan garpu talla
Pemeriksaan Rinne
1. Pegang garpu talla pada tangkainya dan pukulkan ke telapak tangan atau buku jari tangan yang berlawanan
2. Letakkan tangkai garpu talla pada prosesus mastoideus klien
3. Anjurkan klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia tidak merasakan getaran lagi
4. Angkat garpu talla dan dengan cepat tempatkan di depan lubang telinga klien 1-2 cm dengan posisi garpu talla paralel terhadap lubang telinga luar klien
5. Instruksikan klien untuk memberitahu apakah ia masih mendengar suara atau tidak
6. Catat hasil pendengaran pemeriksaan tersebut

Pemeriksaan Weber
1. Pegang garpu talla pada tangkainya dan pukulkan ke telapak tangan atau buku jari tangan yang berlawanan
2. Letakkan tangkai garpu talla di tengah puncak kepala klien
3. Tanyakan kepada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua telinga atau lebih jelas pada salah satu telinga
4. Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut.

10. Ketrampilan irigasi telinga

Prosedur:

1. Verifikasi data

2. Persiapan alat:

- Cairan irigasi sesuai pesanan medic: Nacl 0,9% suhu cairan 37°c

- Spuit 10 cc steril tanpa jarum

- Bengkok

- Handuk

- Perlak

- Kapas bulat

- Lidi kapas

- Kasa steril

- Sarung tangan steril

- Kom steril untuk cairan irigasi

- Korentang steril

- Plester dan gunting

Fase kerja:

1. Mencuci tangan

2. Menjaga privasi pasien

3. Mengatur posisi pasien (duduk tegak dengan kepala dimiringkan, tidur miring, telinga yang akan diirigasi berada di atas)

4. Meletakkan perlak dan handuk dibawah kepala dan bahu pasien

5. Mendekatkan bengkok ke telinga yang akan diirigasi

6. Memakai sarung tangan steril

7. Membersihkan kanal telinga luar dengan lidi kapas

8. Mengisi spuit 10 cc dengan cairan irigasi, keluarkan udara dari spuit

9. Menarik daun telinga ke atas dan sedikit kebelakang(dewasa) dan menarik daun telinga ke bawah dan kebelakang (anak kecil) dengan tangan yang tidak dominan, tangan yang dominan memegang spuit dan meletakan dipangkal kanal

10. Mengalirkan secara perlahan menuju dinding kanal posterior dan pertahankan posisi telinga

11. Mempertahankan aliran irigasi, mengamati drainase cairan apakah terdapat serumen atau benda asing

12. Mengkaji secara periodic apakah pasien merasa vertigo atau nausea

13. Mengulangi irigasi selama diperlukan, dengan menyediakan waktu istirahat diantara irigasi

14. Mengeringkan daun telinga dan liang telinga dengan kapas atau lidi kapas

15. Menaruh tuffer atau kassa pada liang telinga, menganjurkan pasien miring ke arah telinga yang di irigasi selama 5-10 menit

16. Menutup telinga dengan kasa steril

17. Melepas sarung tangan

Fase terminasi

1. Merapikan pasien

2. Melakukan evaluasi menyampaikan rencana tindak lanjut

3. Berpamitan

4. Membereskan alat

5. Mencuci tangan

11. Ketrampilan tetes telinga

Prosedur :

1. Verifikasi data

2. Persiapan alat:

- Daftar obat

- Obat tetes telingan yang sudah ditentukan

- Lidi kapas steril

- Lampu senter

- Tisu

- Sarung tangan

- Pipet obat kalau perlu

- Bengkok

- Handuk

Fase kerja:

1. Mencuci tangan

2. Memakai sarung tangan

3. Meletakan handuk dibawah bahu pasien

4. Mengatur posisi pasien

5. Membersihkan liang telinga bagian luar dengan lidi kapas kemudian meletakan lidi kapas kotor kedalam bengkok

6. Mengisi pipet dengan obat yang sudah disediakan

7. Menarik daun telinga ke atas dan sedikit kebelakang(dewasa) dan menarik daun telinga ke bawah dan kebelakang (bayi) untuk meluruskan liang ke telinga sehingga jelas terlihat

8. Meneteskan obat melalui sisi/liang telinga dengan pipet sesuai dosis yang ditentukan, lalu ditutup dengan kapas

9. Setelah penetesan obat, pasien tetap berbaring±5 menit untuk mencegah merembesnya obat dari liang telinga

10. Membersihkan bekas cairan obat dengan tisu

11. Melepas sarung tangan

Fase terminasi

6. Merapikan pasien

7. Melakukan evaluasi menyampaikan rencana tindak lanjut

8. Berpamitan

9. Membereskan alat

10. Mencuci tangan

12. Penkes ostitismedia dan mastoiditis

PENKES

Cara Menjaga Kesehatan Telinga

Inilah poin-poin yang menurut Noerbaiti penting untuk diperhatikan dalam menjaga kesehatan telinga.

  1. Jangan mengorek-ngorek telinga. Baik dengan cotton buds maupun benda lain.
  2. Biasakan anak mengunyah makanan dengan benar karena mengunyah adalah mekanisme alamiah tubuh untuk mengeluarkan kotoran dari dalam telinga.
  3. Pada bayi, mekanisme ini pun telah dilakukan, yaitu ketika bayi mengisap puting susu atau dot.
  4. Bila telinga terasa berkurang pendengarannya, segera ke dokter THT untuk dibersihkan.
  5. Telinga mempunyai mekanisme sendiri untuk menghambat dan mengeluarkan benda asing yang masuk. Bila hal ini tidak terjadi, berarti ada sesuatu yang salah dengan telinga. Segera konsultasikan ke dokter THT untuk dicari penyebabnya.
  6. Jauhkan cotton buds dari jangkauan anak-anak. Mereka belum tahu bahayanya. Selain kapas bisa tertinggal di dalam telinga, bila tidak hati-hatimenggunakannya, bukan tak mungkin menusuk dan merobek selaput gendang.

PENCEGAHAN

Beberapa cara untuk mencegah terjadinya otitis media akut perforasi antara lain:

  • Resiko terjadinya perforasi pada membran timpani dapat dicegah dengan menghindari terjadinya infeksi pada telinga tengah. Pada anak – anak dapat diberikan imunisasi terhadap 2 bakteri yang sering menimbulkan infeksi pada telinga tengah (Haemophilus influenzae and Streptococcus pneumoniae).
  • Jangan mengorek – orek liang telinga terlalu kasar karena dapat merobek membran timpani.
  • Jika ada benda asing yang masuk ke telinga anda, datanglah ke dokter untuk meminimalisasi kerusakan telinga yang dapat terjadi.
  • Jauhkan telinga dari bunyi yang sangat keras.
  • Lindungi telinga dari kerusakan yang tidak diinginkan dengan memakai pelindung telinga jika terdapat suara yang amat keras.
  • Menonton televisi dan mendengarkan musik dengan volume yang normal.
  • Lindungi telinga anda selama penerbangan.
  • Mengunyah permen ketika pesawat berangkat dan mendarat dapat mencegah terjadinya perforasi membran timpani selama penerbangan.

Berkomunikasi pada Kerusakan Pendengaran

Saran berikut dapat membuat komunikasi lebih bafik dengan penderita gangguan pendengaran yang wicaranya sulit dipahami.

1) Pusatkan seluruh perhatian pada apa yang sedang ia katakannya. Perhatikan dan dengarkan jangan mencoba melakukan pekerjaan lain sementara mendengarkannya.

2) Libatkan pembicara dalam percakapan bila memungkinkan untuk mengantisipasi jawaban. Hal ini memungkinkan anda menjadi terbiasa dengan pola wicaranya yang khusus.

3) Cobalah mencari konteks intinya tentang apa yang sedang dikatakannya; anda kemudian mungkin dapat mengisi detil dari konteks tersebut.

4) Jangan mencoba berpura-pura mengerti bila anda memang tidak mengerti.

5) Bila anda tak mampu memahami atau mengalami keraguan berat mengenai kemampuan memahami apa yang dikatakannya, lebih baik memintanya menuliskan pesan yang ingin disampaikannya daripada mengambil risiko salah pengertian. Meminta orang tersebut mengulang pesan dalam bentuk wicara, setelah anda mengetahui isinya, juga dapat membantu anda membiasakan diri dengan pola wicaranya.

Anjuran agar komunikasi lebih baik dengan penderita gangguan pendengaran yang dapat membaca gerak bibir adalah sebagai berikut:

1) Ketika berbicara, anda harus menatap orang tersebut selangsung mungkin.

2) Yakinkan bahwa wajah anda tampak sejelas mungkin; posisikan diri anda sedemikian rupa sehingga wajah anda mendapat pencahayaan yang memadai hindari terhalang oleh bayangan cahaya yang terlalu terang;jangan menutupi penglihatan orang tersebut terhadap mulut anda dengan cara apapun; hindari berbicara sambil mengunyah sesuatu dalam mulut anda.

3) Yakinkan bahwa pasien mengetahui topik atau subjek ekspresi verbal anda sebelum meneruskan dengan apa yang anda rencanakan untuk diucapkan ini memung-kinkan orang tersebut menggunakan petunjuk kontekstual dalam membaca gerak bibir.

4) Berbicara secara perlahan dan jelas, dengan jeda yang lebih sering dibanding bila anda berbicara normal.

5) Bila anda ragu apakah beberapa petunjuk atau instruk-si telah dipahami, lakukan pengecekan untuk meyakinkan bahwa pasien telah memahami secara penuh pesan anda.

6) Bila mulut anda terpaksa ditutup dengan alasan apapun (misalnya memakai masker) dan anda wajib memberi arahan atau instruksi kepada pasien, maka tak ada jalan lain kecuali anda harus menulis pesan yang ingin anda sampaikan.

13. Askep

Kasus

An. Fahri 6th dirawat di RS dengan dx medic ostitismedia cronic.Saat ini anak mengeluh nyeri skala 4 pada kedua telinga, terdapat otorrhoe yang purulent. S= 37 C .

Kata sukar :

Otorrhea : sekret telinga khususnya purulent, keluarnya cairan serebrospinal melalui meatus akustikus yang di sebabkan oleh fraktur temporal.

Description: 1092Lampiran gambar

Gambar. Bagian-bagian telinga

Gambar. Bagian-bagian telinga

Description: 125921


Description: middle-ear-infection-otitis-mediaGambar. Bagian-bagian telinga

Gambar. Otitis media


Gambar. Proses pendengaran

Gambar. Proses pendengaran

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Otitis Media adalah infeksi pada telinga tengah oleh bakteri atau virus, dapat terjadi pada semua usia tetapi lebih sering ditemukan pada anak-anak terutama pada usia 3 bulan sampai 3 tahun, karena pada usia ini anak – anak mengalami masa pertumbuhan yang cepat, sehingga pada masa ini pula tubuh rentan terhadap berbagai penyakit, misalnya Otitis Media ini.

Mastoiditis adalah suat infeksi bakteri pada prosesus mastoideus (tulang yang menonjol di belakang telinga) atau proses peradangan mastoideus sel-sel udara dalam tulang temporal.Description: http://openx.detik.com/delivery/avw.php?zoneid=986&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&n=a9f2d374Penyakitini biasanya terjadi jika otitis media akut yang tidak diobati secara tuntas menyebar dari telinga tengah ke tulang di sekitarnya, yaitu prosesus mastoideus.Bisa juga karena infeksi telinga tengah. Jadi kelompok kami menyimpulkan Otitis Media dapat mengakibatkan Mastoiditis

3.2 Saran

Kami para tim penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah yang selanjutnya dapat lebih baik lagi.

Daftar pustaka

Betz, Cecily L., Buku Saku Keperawatan Pediatri, edisi 3, Jakarta, EGC, 2002

Dudley, H.A.F., Hamilton Bailey Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi 11, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 1992.

Ludman, Harold, MB, FRCS, Petunjuk Penting pada Penyakit THT, Jakarta, Hipokrates, 1996

Smeltzer, Suzanne C., Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8, Jakarta, EGC, 2001.

file:///C:/Users/Public/Documents/Smster%205/persepsi%20sensori/asuhan%20keperawatan%20%20OTITIS%20MEDIA%20AKUT.htm

Pathway

Infeksi sekunder trauma benda asing

(ISPA,streptococus)

Masuk ke telinga



Rounded Rectangle: hipertermi


Text Box: nyeri Invasi bakteri

Infeksi telinga tengah rx. Inflamasi

Rounded Rectangle: Krg pengtahuan

Produksi cairan tek udra pd telinga tengah pengobtan tdk tuntas

Serosa

Akumulasi mkus n serosa retraksi membran timpani infeksi lanjt ke telinga dlm

Ruptur m.timpani hntran suara yg d trima erosi pd kanalis semisirkularis

Rounded Rectangle: Resiko infeksiKarna dsakan

Sekret keluar n bau fungsi pndngaran

Rounded Rectangle: G3 persepsi sensori pendengaranTak enak

Mrusak tlg krn adnya epitel

squamousa d rongga telinga tngah

operasi mastoidektomi



Rounded Rectangle: Resiko infeksi


Rounded Rectangle: cemasRounded Rectangle: nyeri

Description: 1092Lampiran gambar

Gambar. Bagian-bagian telinga

Gambar. Bagian-bagian telinga

Description: 125921


Description: middle-ear-infection-otitis-mediaGambar. Bagian-bagian telinga

Gambar. Otitis media


Gambar. Proses pendengaran

Gambar. Proses pendengaran

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Otitis Media adalah infeksi pada telinga tengah oleh bakteri atau virus, dapat terjadi pada semua usia tetapi lebih sering ditemukan pada anak-anak terutama pada usia 3 bulan sampai 3 tahun, karena pada usia ini anak – anak mengalami masa pertumbuhan yang cepat, sehingga pada masa ini pula tubuh rentan terhadap berbagai penyakit, misalnya Otitis Media ini.

Mastoiditis adalah suat infeksi bakteri pada prosesus mastoideus (tulang yang menonjol di belakang telinga) atau proses peradangan mastoideus sel-sel udara dalam tulang temporal.Description: http://openx.detik.com/delivery/avw.php?zoneid=986&cb=INSERT_RANDOM_NUMBER_HERE&n=a9f2d374Penyakitini biasanya terjadi jika otitis media akut yang tidak diobati secara tuntas menyebar dari telinga tengah ke tulang di sekitarnya, yaitu prosesus mastoideus.Bisa juga karena infeksi telinga tengah. Jadi kelompok kami menyimpulkan Otitis Media dapat mengakibatkan Mastoiditis

3.2 Saran

Kami para tim penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah yang selanjutnya dapat lebih baik lagi.

Daftar pustaka

Betz, Cecily L., Buku Saku Keperawatan Pediatri, edisi 3, Jakarta, EGC, 2002

Dudley, H.A.F., Hamilton Bailey Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi 11, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 1992.

Ludman, Harold, MB, FRCS, Petunjuk Penting pada Penyakit THT, Jakarta, Hipokrates, 1996

Smeltzer, Suzanne C., Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8, Jakarta, EGC, 2001.

file:///C:/Users/Public/Documents/Smster%205/persepsi%20sensori/asuhan%20keperawatan%20%20OTITIS%20MEDIA%20AKUT.htm

Pathway

Infeksi sekunder trauma benda asing

(ISPA,streptococus)

Masuk ke telinga



Rounded Rectangle: hipertermi


Text Box: nyeri Invasi bakteri

Infeksi telinga tengah rx. Inflamasi

Rounded Rectangle: Krg pengtahuan

Produksi cairan tek udra pd telinga tengah pengobtan tdk tuntas

Serosa

Akumulasi mkus n serosa retraksi membran timpani infeksi lanjt ke telinga dlm

Ruptur m.timpani hntran suara yg d trima erosi pd kanalis semisirkularis

Rounded Rectangle: Resiko infeksiKarna dsakan

Sekret keluar n bau fungsi pndngaran

Rounded Rectangle: G3 persepsi sensori pendengaranTak enak

Mrusak tlg krn adnya epitel

squamousa d rongga telinga tngah

operasi mastoidektomi



Rounded Rectangle: Resiko infeksi


Rounded Rectangle: cemasRounded Rectangle: nyeri

Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Persepsi Sensori dengan Otitis Media dan Mastoiditis

Kasus

An. Fahri (6 tahun), dirawat di RS dengan diagnosa medis otitis media kronik. Saat ini anak mengeluh nyeri skala 4 pada kedua telinga, terdapat otorrhoe yang purulent. Suhu 37o C.

Analisa Data

Data

Problem

Etiologi

DS:

Pasien mengatakan nyeri pada kedua telinganya.

Pasien mengatakan skala nyeri 4.

DO:

Terdapat otorrhoe yang purulent.

Suhu 37o C.

Nyeri Akut

Agen Cedera Biologi

Prioritas Diagnosa

Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi ditandai dengan pasien mengatakan nyeri pada kedua telinganya, skala nyeri 4, terdapat otorrhoe yang purulent, Suhu 37o C.

Intervensi

Tgl/Jam

NO DP

Tujuan

Intervensi

Rasional

Ttd

Rabu, 01 Februari 2012

08.00

1

Nyeri akut dapat teratasi setelah dilakukan tindakan keperawata selama 3x24 jam, dengan kriteria hasil:

Sudah tidak nyeri pada ke 2 telinga pasien.

Scala nyeri 0

Tidak ada otorrhoe yang purulent di ke 2 telinga pasien.

Suhu 36.5-37.5o C.

Monitor TTV (RR, Nadi, dan Suhu) tiap 8 jam.

Monitor scala nyeri (PQRST).

Monitor respon dan expresi pasien.

Monitor otorrhoe purulent di ke 2 telinga pasien.

Periksa adanya gangguan pendengaran.

Ajarkan tehnik relaksasi.

Lakukan irigasi telinga dengan air hangat.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat tetes telinga.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antibiotik.

Mengukur tanda-tanda vital dapat membantu untuk mengetahui adanya perubahan RR, Nadi, dan Suhu pasien, karena pasien ostitis dan mastoiditis dengan masalah nyeri, metabolisme dalam tubuhnya sering berubah-ubah karena adanya infeksi pada telinga.

Mengukur scala nyeri dapat membantu untuk mengetahui kualitas dan kuantitas nyeri yang di rasakan pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan terapi yang sesuai.

Memantau respon atau expresi pasien maka dapat diketahui kualitas nyeri yang dirasakan pasien karena pada anak kadang kala susah untuk mengindentifikasi kualitas dan kuantitas nyeri yang dirasakannya.

Memeriksa adanya otorrhoe purulent pada ke 2 telinga pasien dapat membantu untuk mengetahui apakah keadaan otorrhoenya semakin memburuk atau berkurang yang disebabkan karena infeksi mikroorganisme sehingga dapat diberikan tindakan dan terapi yang tepat.

Memeriksa adanya gangguan pendengaran pada pasien dapat membantu untuk mengetahui apakah pasien sudah mengalami gangguan pada pendengarannya karena adanya otorrhoe purulent pada telinganya sehingga di berikan terapi yang tepat.

Tehnik relaksasi dapat membantu untuk mengurangi nyeri yang dirasakan pasien sehingga pasien tidak terusan focus pada nyerinya dan merasa lebih nyaman.

Melakukan irigasi telinga dengan air hangat dapat membantu untuk mengencerkan otorrhoe yang purulent dan membatu pengeluarannya dengan gaya gravitasi.

Pemberian obat tetes telinga maka dapat membantu untuk mengurangi dan menghilangkan otorrhoe purulent pada ke 2 telinga pasien sehingga kondisi pasien semakin membaik dan menghindari adanya ganggua pada telinga ke arah yang lebih buruk.

Pemberian antibiotik dapat membantu untuk mematikan mikroorganisme yang menyebabkan infeksi pada telinga pasien sehingga membantu mempercepat proses penyembuhan.